Ketika menginjakkan kaki di markas lama Arsenal, Stadion Highbury, pada 1996 dengan tampilan rapi dan kacamata bulatnya, Arsene Wenger tidak tampak seperti seorang manajer sepak bola. Bek kanan Arsenal saat itu, Lee Dixon, bahkan mengira Wenger adalah seorang guru geografi.
Dixon dan pemain Arsenal lainnya saat itu tidak menyangka jika mereka sedang mendapatkan seorang manajer yang visioner dan gemar menerapkan ilmu pengetahuan dalam melatih. Itulah mengapa Wenger kemudian dijuluki ”le professeur” atau ”sang profesor”.
Pengetahuan itu antara lain mengenai pola makan yang ia pelajari selama melatih Nagoya Grampus Eight, klub di Jepang yang terakhir dilatih Wenger sebelum hijrah ke Arsenal. Ia merombak menu makan di Arsenal. Sayur diperbanyak dan para pemain disarankan menjauhi minuman beralkohol.
”Pola makan orang Jepang sangat sehat dengan banyak sayur, nasi, dan ikan. Sementara di Inggris, orang terlalu banyak mengonsumsi gula dan daging,” kata Wenger, seperti dikutip The Guardian.
Selain pola makan, Wenger juga menerapkan pola latihan yang sangat terukur. Dengan menggunakan stopwatch di tangan, ia menjadikan sesi latihan di Arsenal relatif singkat, tetapi efektif. Tidak seperti pola latihan di klub lain yang lebih menonjolkan latihan fisik yang berat dan lama.
Hasilnya, dalam 10 tahun pertama bersama Arsenal, Wenger langsung meraih tiga gelar juara Liga Inggris dan empat Piala FA. Hingga 2017, Wenger mempersembahkan total tujuh gelar Piala FA untuk Arsenal.
Dengan cara ia melatih, tidak heran Wenger terus mendapat kepercayaan manajemen klub dan bisa bertahan lama di Arsenal. Laga kontra West Bromwich Albion yang berakhir 1-1, Minggu (31/12), pun menjadi laganya yang ke-811. Ia resmi menjadi manajer yang paling banyak menjalani laga di Liga Inggris dan memecahkan rekor milik mantan Manajer Manchester United Sir Alex Ferguson. ”Mungkin rekor ini akan sulit untuk dipecahkan lagi,” kata Ferguson melalui laman Asosiasi Manajer Liga (LMA).
Namun, Wenger masih menghadapi pekerjaan berat. Arsenal saat ini bukanlah Arsenal pada era awal kepelatihan Wenger. Performa klub berjuluk ”The Gunners” ini sempat melorot pada musim lalu. Untuk pertama kali selama Wenger melatih, Arsenal pada musim lalu finis di luar empat besar atau di posisi kelima. Fans Arsenal sempat meminta Wenger mundur.
Bahkan, pada laga kontra West Brom lalu, Wenger tidak sempat merayakan rekor kepelatihannya itu. Ia justru marah kepada wasit yang menghadiahi West Brom tendangan penalti pada menit-menit akhir. Akibatnya, Arsenal gagal meraih tiga poin dari tim penghuni zona degradasi itu. Wenger pun masih memiliki pekerjaan berat di Arsenal untuk dituntaskan.
(AP/AFP/REUTERS/DEN)