Agus mengatakan, tahun ini dia akan fokus berlatih maraton. ”Saya tidak akan tampil pada nomor 5.000 meter dan 10.000 meter,” ujarnya, Senin (1/1).
Keputusan itu berdampak pada pola latihan. Jika sepanjang 2017 Agus berlatih daya tahan tubuh dan kecepatan, tahun ini fokus latihan pada membangun kekuatan dan daya tahan tubuh. Latihan dimulai pekan depan di perkebunan teh Pangalengan, Bandung, Jawa Barat.
Agus mengatakan, persaingan lari jarak jauh di tingkat Asia sangat ketat. Namun, peluang meraih medali masih terbuka. ”Pada maraton, apa saja bisa terjadi. Itu yang membuat peluang masih terbuka,” ujarnya.
Agung Mulyana, pelatih Agus, mengatakan, sepuluh pelari maraton tercepat Asia pada 2017 berasal dari Jepang. Pelari tercepat mencatat waktu 2 jam 11 menit. Adapun catatan waktu terbaik Agus adalah 2 jam 23 menit 3 detik, yang dicapainya pada Gold Coast Airport Marathon di Brisbane, Australia, 3 Juli 2017.
”Karena persaingannya sangat ketat, kami tidak menargetkan medali kepada Agus. Yang terpenting Agus dapat memberikan yang terbaik,” kata Agung.
Agung menjelaskan, Agus saat ini adalah pelari jarak jauh terbaik Indonesia. Namun, di Asia, catatan waktunya tertinggal. Secara usia, Agus juga tak lagi muda. Karena itu, Agus diminta fokus pada nomor maraton.
Agus mengatakan, dirinya membutuhkan rekan latihan di pelatnas. Asma Barra, pelari jarak jauh yang lain, berlatih di tempat berbeda sehingga tidak bisa menjadi rekan berlatih. ”Lari jarak jauh kalau sendirian sering bikin bosan. Saya butuh teman latihan,” katanya.
Untuk mengatasi kebosanan, biasanya Agus berlatih sambil mendengarkan musik. Program juga dibuat dinamis dengan memperhatikan jarak, volume, dan intensitas latihan. (DNA)