Demam film televisi serta grup penyanyi asal Korea Selatan belum terlihat surut di Sumatera Barat. Hal itu terlihat pada Tour de Singkarak 2017, yang diikuti salah satu tim dari Korea Selatan, yaitu Gapyeong Cycling Team.
Di setiap garis start ataupun finis, sejak etape pertama hingga etape terakhir, para pebalap Korea Selatan beserta anggota tim pendukungnya selalu menjadi buruan utama para siswa SMP, SMA, bahkan juga ibu-ibu untuk bisa berfoto bersama. Kehadiran sejumlah pebalap berkulit putih asal Eropa, Australia, atau Amerika Latin menjadi sasaran berikutnya ketika para pebalap Korsel beserta semua anggota timnya tidak terlihat lagi di area publik.
”Senang aja berfoto dengan orang-orang Korea. Ganteng-ganteng, sih…. Siapa tahu mereka nanti jadi pemain film,” kata beberapa siswa SMP di Kota Sawah Lunto ketika para pebalap menyelesaikan balapan etape II.
Uniknya, antusiasme para remaja dan warga Sumbar, khususnya terhadap orang Korea Selatan, itu juga sangat dinikmati Lee Jung-hee dan kawan-kawan. Mereka sering kali dengan sukarela menyediakan diri untuk berfoto bersama, bahkan saling mengejek di antara mereka sendiri ketika salah satu dari mereka lebih ”laku” diajak berfoto ketimbang yang lain.
”Tidak pentinglah mereka juara atau tidaknya. Yang penting saya punya foto sama bintang Korea,” papar sejumlah siswa ketika Kompas mengajukan pertanyaan mengapa tidak berfoto dengan para juaranya.
Hal lain yang luar biasa dari para penggemar budaya pop Korea itu adalah kemampuan mereka membedakan mana orang Korea Selatan dan mana yang bukan Korea. Selain tim dan para pebalap dari Korea Selatan, pada ajang Tour de Singkarak 2017 lalu juga ikut serta tim dan para pebalap asal China, Taiwan, Jepang, dan juga Singapura yang sama-sama berkulit putih dan bermata agak sipit.
”Kami tahu mana yang orang Korea dan mana yang bukan. Orang-orang Korea itu punya ciri tertentu, jadi ya kelihatan beda sama orang Jepang atau China,” ujar Feni Nurhalimah sambil tertawa. Dia adalah salah seorang siswa SMA di Bukittinggi yang memang dengan tepat bisa memilih ”target” orang yang diajaknya untuk berfoto bersama.
Bagi Feni dan banyak warga Sumbar lainnya, Tour de Singkarak memang telah menjadi salah satu ajang hiburan yang selalu mereka tunggu-tunggu. Kehadiran para pebalap asing di lomba balap sepeda tersebut masih menjadi magnet besar bagi para warga untuk menunggu kehadiran para pebalap dan semua timnya di tempat finis ataupun start, bahkan di banyak lokasi yang dilintasi para pebalap sepeda.
Di kalangan banyak siswa di kota-kota yang jadi tempat start dan finis TdS 2017, ada kebanggaan sangat besar jika mereka bisa berfoto bersama dengan para ”tamu” dari luar itu dengan kamera di telepon seluler mereka. (OKI)