Prioritas Anggaran Digugat
”Jika mengacu pada besaran anggaran pelatnas yang direkomendasikan Kemenpora, 15 dari 20 cabang prioritas hanya mendapat alokasi 30,7 persen atau
Rp 169,51 miliar dari total Rp 551 miliar. Sementara 70 persen atau Rp 381,5 miliar dialokasikan untuk cabang yang tidak berpotensi medali,” kata Fritz di Jakarta, Kamis (4/1).
Menurut Fritz, pemerintah seharusnya mengalokasikan anggaran jauh lebih besar untuk cabang prioritas Asian Games 2018, sekitar 70 persen dari total.
Hal serupa dilakukan China untuk program pembinaan dan peningkatan prestasi. Selama
20 tahun sejak 1988, mereka hanya mengalokasikan dana untuk 5-10 cabang prioritas. Adapun cabang bukan prioritas dibina setelah cabang prioritas mandiri dan mampu bersaing di tingkat dunia.
”Pembinaan bukan hanya dengan suntikan dana, tetapi dengan memperbanyak turnamen di dalam negeri. Dengan turnamen itu, cabang bisa meningkatkan kemampuan atlet sekaligus memperoleh dana tambahan dari sponsor,” kata Fritz.
Sebagai tuan rumah, Indonesia juga tak harus mengikuti semua nomor pertandingan apabila anggaran latihan atau peralatan yang dibutuhkan terlalu besar. Anggaran itu justru bisa ditambah untuk cabang prioritas sehingga lebih bermanfaat.
Selama ini, cabang yang berpeluang menyabet medali dapat diprediksi oleh pemerintah. ”Kita boleh ikut semua cabang, tetapi logika anggaran harus untuk prestasi,” kata Fritz.
Dalam APBN 2018, pemerintah mengalokasikan anggaran pelatnas Asian Games dan Asian Para Games 2018 sebesar Rp 735 miliar. Nilai itu terdiri dari Rp 550 miliar untuk pelatnas Asian Games, Rp 135 miliar untuk pelatnas Asian Para Games, dan Rp 50 miliar untuk dana operasional kontingen saat bertanding.
Bantuan pemerintah
Anggaran pelatnas dalam bentuk bantuan pemerintah untuk pelaksanaan program peningkatan prestasi olahraga nasional dialokasikan untuk 48 cabang
dan disiplin olahraga yang dipertandingkan dalam Asian Games. Sebanyak 20, di antaranya, adalah prioritas untuk meraih medali.
Untuk mengalokasikan anggaran, pemerintah membentuk tim verifikasi yang bertujuan menyeleksi, memverifikasi, dan memvalidasi kelengkapan administrasi terkait proposal permohonan bantuan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan petunjuk teknis.
Tim verifikasi bertugas membuat rekomendasi anggaran berdasarkan satuan harga wajar dan kebutuhan sesuai pencapaian prestasi. Namun, menurut anggota tim verifikasi, Yusuf Suparman, berdasarkan peraturan Deputi Bidang Peningkatan Prestasi Kemenpora, yang berwenang mengatur menetapkan besaran anggaran adalah pejabat pembuat komitmen dan disahkan kuasa pengguna anggaran.
Masalah muncul ketika besaran anggaran yang ditetapkan jauh lebih kecil dari pengajuan cabang. Dari 48 cabang dan disiplin olahraga, baru 8 yang menandatangani nota kesepahaman pencairan dana, antara lain PBSI (bulu tangkis), PP Jiu Jitsu, Perbasi (basket), dan Perserosi (sepatu roda).
Dayung, salah satu cabang unggulan, tidak puas dengan besaran anggaran yang ditetapkan pemerintah. Dari usulan Rp 105 miliar untuk membiayai 120 atlet pelatnas, Kemenpora hanya memenuhi Rp 30 miliar. Sebanyak 120 atlet pelatnas Asian Games itu mencangkup tiga disiplin olahraga, yaitu kano/kayak, rowing, dan perahu naga.
Sekjen PB IJBA (jetski) Rinaldi Duyo mempertanyakan perhitungan anggaran untuk cabang prioritas dari Kemenpora. Jetski yang ditargetkan menyabet dua emas hanya mendapat alokasi Rp 5,6 miliar dari usulan Rp 25,7 miliar. Pemangkasan anggaran akan berdampak pada program pembinaan prestasi atlet.
PB IJBA belum menyepakati anggaran yang diusulkan Kemenpora. Rinaldi mengatakan, alokasi dana terbesar untuk sewa alat dan bensin karena alat harus sewa. Selain itu, uji coba akan digelar di Amerika Serikat sebagai lokasi utama latihan atlet jetski dunia. (KRN/DNA)