Tanpa Coutinho, Liverpool Bisa Apa?
Lewat akun Instagram-nya, Philippe Coutinho menulis ucapan terima kasihnya kepada Liverpool, terutama kepada pendukungnya yang telah menyokongnya sepenuh cinta. ”Sejak pertama tiba di Liverpool, saya dan keluarga merasa sangat diterima dan mendapatkan banyak teman. Di dalam dan di luar lapangan, kami mendapatkan pengalaman betapa indahnya klub ini dan para pendukungnya. Sebagai balasannya, saya berharap bisa memberikan kenangan dan membawa kebahagiaan kepada para pendukung Liverpool,” tulis Coutinho.
”Saya pergi meninggalkan Liverpool karena Barcelona adalah mimpi saya. Pun demikian dengan Liverpool yang juga mimpi saya, dan saya beruntung pernah mewujudkannya selama lima tahun….”
Laman BBC memuat lengkap ucapan terima kasih yang pertama kali diucapkan gelandang kreatif asal Brasil itu sejak pergi meninggalkan Anfield dan bertemu dengan fans barunya dalam acara perkenalan di Camp Nou, Senin lalu. Apa yang diungkapkan Coutinho lewat akun medsosnya itu terasa tulus meski tentu tak semua fans Liverpool mampu menerima kenyataan pahit tersebut, setidaknya dalam pekan-pekan ini setelah periode festival yang menguras fisik dan emosi.
Bagaimanapun Liverpool telah mengalami kehilangan besar meski kocek manajemen bertambah tebal dengan rekor penjualan Coutinho yang mencapai 142 juta poundsterling (sekitar Rp 2,5 triliun).
Bukan hanya gol, Liverpool juga kehilangan daya magis Coutinho dalam memberikan asis, membuka peluang bagi pemain lain, dan kemampuannya yang seolah tanpa batas untuk menjadikan pemain lain di sekelilingnya menjadi lebih baik.
Yang paling terpukul tentu saja Pelatih Juergen Klopp, dan manajer asal Jerman itu tak mengingkarinya. Pukulan telak kehilangan ”Si Pesulap”—demikian julukan Coutinho karena kemampuannya mencetak gol dan memberi asis yang ajaib—tentu saja dalam rencana permainan Klopp untuk mencapai target musim ini dan musim-musim selanjutnya. Liverpool yang penampilannya terus menanjak semenjak ditangani mantan manajer Dortmund itu dalam semalam kehilangan pilar paling kreatif di lapangan tengah sekaligus pemain yang paling memberi pengaruh dalam gaya passing game yang kental di Anfield.
Dalam jangka pendek, Liverpool dan Klopp harus berpikir keras untuk mempertahankan target empat besar di Liga Inggris, juara di Piala FA, dan peningkatan peringkat di Liga Champions di mana ”The Reds” akan menghadapi wakil Portugal, FC Porto, di babak 16 besar.
Tidak terbantahkan, Coutinho adalah salah satu pembelian terbaik dalam sejarah Liverpool saat didatangkan dari Inter Milan pada musim dingin 2013 dengan harga ”hanya” 8,5 juta poundsterling. Pemain berusia 25 tahun itu mencetak 54 gol dalam 200 penampilan bersama ”Si Merah” di semua kompetisi, dan mencatat digit ganda dalam gol dan asis pada tiga musim terakhir. Coutinho menjadi salah satu pemain tersubur dengan 13 gol musim lalu, dan musim ini telah mencetak tujuh gol (tiga di Liga Champions) sebelum meninggalkan Anfield.
Bukan hanya gol, Liverpool juga kehilangan daya magis Coutinho dalam memberikan asis, membuka peluang bagi pemain lain, dan kemampuannya yang seolah tanpa batas untuk menjadikan pemain lain di sekelilingnya menjadi lebih baik. Luis Suarez, mantan rekan setim di Anfield yang kini rekan setim di Camp Nou, mengakui, sejak kedatangan Coutinho, Liverpool telah mengalami perubahan yang sangat mendasar dalam cara memainkan sepak bola.
”Dia mengubah kami sepenuhnya,” kata Suarez saat menjemput Coutinho di Bandara Barcelona, seperti dikutip The Guardian. ”Dia adalah pemain yang memberi kami keyakinan saat memegang bola karena kemampuan teknisnya yang luar biasa. Anda tahu dia tidak akan kehilangan bola, dan Anda juga yakin dia akan melakukan sesuatu istimewa… dan Anda juga tahu dia selalu melakukan umpan yang akurat… dalam sekejap, Anda akan tahu dia memang berbeda,” kata Suarez yang hijrah ke Barcelona pada 2014 dengan nilai mahar 75 juta poundsterling.
Di Liverpool, laman BBC mencatat, dalam hal mencetak gol, tidak ada pemain yang lebih produktif ketimbang Roberto Firmino yang mencetak 30 gol sejak bergabung pada musim panas 2015. Namun, tanpa Coutinho di dekatnya, striker asal Brasil ini tak akan seefektif ini catatannya.
Firmino mencetak 6 gol dalam 11 laga di mana dia start bersama Coutinho musim ini. Namun, dalam tujuh laga, dia start tanpa didampingi Coutinho, hanya mencetak 3 gol. Rasio gol jika mereka tampil bersama adalah 0,54, berbanding hanya 0,42 jika Firmino tampil tanpa rekan setimnya di tim nasional Brasil tersebut.
Mo salah
Jika dihitung sejak 2015, Firmino memang berada di peringkat teratas daftar pencetak gol ”The Anfield Gank”, tetapi sejak kehadiran Mohamed Salah, posisi penyerang asal Brasil itu terancam. Bahkan, kehadiran pemain asal Mesir itu telah membuat hiruk-pikuk dan terutama kesedihan fans Liverpool terobati.
Pemain Terbaik Afrika 2017 itu telah menyumbang 17 gol dalam 21 penampilan Liga Inggris sejak bergabung musim panas lalu. Laman BBC juga mencatat, Salah telah mencetak 10 gol lebih banyak ketimbang Coutinho musim ini meski ”Si Pesulap” mencetak asis lebih banyak (6 berbanding 5 milik Salah), dan mencetak peluang lebih banyak (40 berbanding 35) dalam jumlah laga yang lebih sedikit.
Grafis juga memperlihatkan, dalam konteks pengaruh musim pertama bergabung, Salah yang digaet dari AS Roma musim panas lalu lebih memberikan dampak ketimbang Coutinho. Bukan saja karena kemampuan pemain Mesir ini mencetak gol pada saat pemain lain kehilangan daya saat bertemu tim dengan pertahanan ekstraketat (seperti dua golnya saat Liverpool menang 2-1 atas Leicester di Anfield, 30 Desember lalu), melainkan juga karena asis dan kemampuannya menarik perhatian bek-bek lawan.
Salah juga punya kemampuan mencetak asis kala tak mencetak gol seperti dua asisnya kepada Coutinho dan Firmino saat Liverpool menggasak Swansea, 5-0, di Anfield, 27 Desember lalu.
Kemampuan teknis Salah memegang bola memang tidak sebaik Coutinho, tetapi dengan kemampuan larinya yang istimewa, mirip Michael Owen saat jaya-jayanya pada 1990-an, Salah menjadi faktor penting keberhasilan gaya gegenpressing yang menjadi filosofi permainan Juergen Klopp.
Di satu sisi, kepergian Coutinho juga membuat salah satu formasi lini pemukul paling menakutkan di Liga Inggris, ”The Fab Four”—Coutinho, Firmino, Sadio Mane, Salah—tiba-tiba pecah. Namun, statistik kembali menyebutkan, tanpa Coutinho, pasukan pemukul Liverpool tetap sangat efektif dengan persentase kemenangan dan poin per game yang lebih baik secara signifikan.
Jika ditarik garis lebih ke belakang, tanpa Coutinho sejak awal 2013, Liverpool memang mencatat persentase kemenangan dan poin per laga yang lebih kecil meski tidak terlalu sinifikan.
Belajar dari Rodgers
Hampir empat tahun lalu, saat Liverpool kehilangan pemain paling berpengaruh, Luis Suarez yang hijrah ke Barcelona, Pelatih Brendan Rodgers melakukan pembelian panik dengan mendatangkan Mario Balotelli dan Rickie Lambert ke Anfiled. Pembelian tergesa-gesa untuk menggantikan mesin gol Suarez terbukti gagal dan menjadi awal terdepaknya Rodgers dari Anfield.
Belajar dari pengalaman itu, Klopp sangat berhati-hati dalam mengelola anggaran klub. Dia mendatangkan bek Virgil van Dijk dari Southampton dengan harga yang selangit, 75 juta poundsterling (sekitar Rp 1,2 triliun) untuk memecahkan rekor pemain belakang termahal.
Meski terbilang sangat mahal, misalnya jika dibandingkan dengan pembelian Kyle Walker dari Tottenham Hotspur ke Manchester City senilai 50 juta poundsterling, tetapi pembelian pemain asal Belanda itu terbilang memang kebutuhan mendasar Klopp saat ini. Dengan jumlah kebobolan terbanyak (25 gol dari 21 laga) dari klub-klub di empat besar, Van Dijk menjadi prioritas belanja Klopp pada jendela transfer musim dingin ini.
Apalagi dalam laga debutnya di FA Cup, Van Dijk membuktikan bahwa harga mahalnya bukanlah sebuah kesia-siaan. Pemain berpostur 198 cm itu langsung menjadi jenderal di lini belakang Liverpool dan tidak pernah kalah duel udara dengan pemain-pemain Everton. Mantan pemain Celtic tersebut juga membuat gol kemenangan bagi Liverpool lewat tandukannya. Sebuah debut yang gemilang untuk seorang bek termahal di dunia.
Di lini tengah, pulihnya Adam Lallana dari cedera panjang juga menguak harapan baru bahwa kepergian Coutinho tidak akan membawa dampak buruk terlalu jauh. Apalagi musim panas mendatang, Liverpool akan mendapat darah segar dengan datangnya gelandang serba bisa, Naby Keita, dari RB Leipzig (Jerman) dengan komitmen pembelian senilai 55 juta poundsterling. Klopp juga mengonfirmasi kesungguhannya mendapatkan gelandang Monako, Tomas Lemar, yang kini menjadi salah satu andalan lini tengah pasukan ”Les Bleus” Perancis di Piala Dunia 2018.
Klopp juga mengambil banyak pelajaran dari sejarah Liverpool yang langsung limbung begitu kehilangan pemain pilarnya seperti saat mereka ditinggalkan Suarez, Xabi Alonso, ataupun Fernando Torres. Pelatih asal Jerman itu menegaskan timnya akan tetap ”mengalami kemajuan berarti” meski kehilangan pemain bintang.
Klopp masih punya setengah musim untuk membuktikan tekadnya tetap agresif dan maju meski tanpa Coutinho. Kedatangan Van Dijk yang memberi kekuatan penyeimbang di lini belakang dan masih tajamnya trio pemukul di lini depan memberi kepercayaan diri tinggi kepada seluruh tim.
Coutinho memang memberi dampak yang luar biasa, tetapi dengan atau tanpa pemain berteknik tinggi tersebut, Liverpool tetap bisa berbuat banyak, menurut Klopp. Layak ditunggu sampai akhir musim!