LONDON, JUMAT — Chelsea membidik kemenangan perdana pada tahun ini saat menjamu Leicester City di Liga Inggris, Sabtu (13/1) malam WIB. Untuk mewujudkannya, ”The Blues” perlu becermin dari sang calon lawan.
Duel para juara Liga Inggris di dua musim terakhir ini menjadi pertaruhan Chelsea untuk kembali ke tren kemenangan. Tahun 2018 ini, mereka seolah paceklik menang. Tiga laga mereka pada tahun ini selalu berakhir imbang, yaitu kontra Arsenal 2-2 di Liga Inggris, 0-0 versus Norwich City di Piala FA, dan 0-0 kontra Arsenal di Piala Liga Inggris.
Chelsea sebetulnya tak tampil buruk dalam tiga laga ini. Mereka menciptakan banyak peluang saat bermain dengan tim inti, yaitu pada kedua laga kontra Arsenal, baik di Liga Inggris maupun Piala Liga. Hanya saja mereka kurang efisien saat menyerang.
Kiper Chelsea, Thibaut Courtois, lantas menantang rekan-rekan setimnya untuk menemukan kembali insting ”predator” di depan gawang. ”Seperti pada laga kontra Arsenal, kami sebetulnya menciptakan banyak peluang gol. Namun, kami tidak menyelesaikannya dengan baik. Kami harus bisa lebih bengis,” ujarnya.
The Blues perlu mengejar kemenangan untuk menyalip Manchester United ke peringkat kedua Liga Inggris. Saat ini, Chelsea tertinggal satu poin dari MU, tim yang akan menjamu Stoke City pada Selasa (16/1) dini hari WIB.
Sementara Leicester bertengger di peringkat kedelapan. Serupa The Blues, Leicester juga punya target di duel bergengsi ini. Mereka ingin paling tidak membawa pulang satu poin demi mengejar peringkat ketujuh. Mereka kini terpaut empat poin dari peringkat ketujuh saat ini, Burnley.
Peringkat ketujuh menjadi target realistis bagi ”The Foxes” pasca-turbulensi di tim yang mengakibatkan mereka berganti- ganti manajer. Di sisi lain, terlalu sulit bagi Leicester untuk mendobrak hegemoni the big six alias enam tim papan atas Inggris.
Meski demikian, Leicester memiliki satu keunggulan khas di musim ini yang membuat mereka tidak perlu inferior melawan tim-tim papan atas seperti Chelsea. The Foxes adalah salah satu tim paling keji saat menyerang.
Mereka tidak menggebu-gebu saat menyerang. Namun, hanya dengan satu atau dua serangan, mereka ”membunuh” lawannya.
Itu dibuktikan ketika mereka membekap Tottenham Hotspurs, akhir November 2017. The Foxes menikam Spurs 2-1 dengan berbekal hanya 33 persen penguasaan bola dan dua tembakan tepat ke gawang.
Tingkat konversi gol Leicester City di Liga Inggris ini adalah 43 persen per laga. Artinya, dari dua kali tembakan, satu di antaranya berpeluang besar untuk menjadi gol. Angka itu hanya bisa dilewati Watford, tim paling efisien di Liga Inggris dengan tingkat konversi gol 46 persen. Sebagai bandingan, tingkat konversi gol The Blues adalah 31 persen.
Ancaman Leicester di Stadion Stamford Bridge bakal kian besar seiring pulihnya ”mesin gol” Jamie Vardy dari cedera kunci paha. ”Namun, Chelsea selalu memenangi tujuh laga terakhir di kandangnya (di Liga Inggris), sementara Leicester memiliki rekor tandang buruk,” ujar Michael Owen, mantan pemain dan pakar sepak bola Liga Inggris, yang tetap menjagokan Chelsea. (AFP/JON)