Manchester City Hadapi ”Kryptonite”
LIVERPOOL, SABTU — Manchester City, di musim kedua bersama Manajer Pep Guardiola, ibarat tim ”super”. Namun, status hebat itu terancam sirna saat mereka bertamu ke markas Liverpool pada laga Liga Inggris, Minggu (14/1) pukul 23.00 WIB. Stadion Anfield tak ubahnya kryptonite bagi super-City.
Musim ini, ”The Citizens” memang luar biasa. Mereka tak terkalahkan dalam 22 laga Liga Inggris. Jika ditarik lebih jauh, yaitu sejak musim lalu, mereka tidak pernah kalah di 30 laga beruntun sejak April 2017. Keperkasaan pemuncak klasemen Liga Inggris itu dipertegas dengan kemenangan mereka di kandang dua musuh terbesarnya, Chelsea dan Manchester United (MU), pada musim ini.
Namun, Liverpool bukanlah Chelsea ataupun MU. Liverpool yang kini terpaut 18 poin dari pemuncak klasemen itu selalu tampil lebih kuat saat menghadapi City di Anfield. Guardiola tahu betul hal ini. Musim lalu, ia dan City takluk 0-1 di Anfield.
Bukan kali itu saja City lunglai di Anfield. Hal serupa terjadi setiap tahun sejak musim 2013-2014. Ya, empat kali beruntun The Citizens takluk di Anfield dalam ajang Liga Inggris. Sejarah pun berbicara, City hanya pernah dua kali mengalahkan ”The Reds” di Anfield dalam 55 tahun terakhir. Kali terakhir The Reds kalah dari Manchester City adalah pada 2003.
”Manchester City bakal cemas mempertahankan rekor tidak terkalahkannya. Juergen Klopp (Manajer Liverpool) punya rencana untuk mengincar kelemahan mereka (City),” tutur Martin Keown, legenda Arsenal, dikutip Daily Star.
Seperti dikatakan Keown, Klopp telah mengetahui kelemahan City. Itu tidak terlepas dari jasa Bristol City. Klub dari divisi Championship itu nyaris menjungkalkan City di Piala Liga, Rabu (10/1). Bristol mengeksploitasi kelemahan City lewat bola-bola panjang dari para bek sayap. Namun, perbedaan kualitas pemain akhirnya membuat City menang, ditentukan lewat gol Sergio Aguero di injury time.
Liverpool bakal kembali menyasar kelemahan City itu. Mereka punya para pemain berkualitas dan cepat untuk mereplikasi pola taktik Bristol itu dengan jauh lebih efektif. Selain itu, The Reds punya motivasi lapis tiga untuk membekap City di Anfield. Pertama, mereka ingin menjadi buah bibir, yaitu tim pertama yang menghentikan laju cepat City di Liga Inggris musim ini.
Kedua, laga ini sekaligus menjadi ajang pembuktian The Reds bahwa mereka bisa move on, baik-baik-saja, setelah ditinggal pergi Philippe Coutinho ke Barcelona. Toh, The Reds masih memiliki banyak barisan penyerang maut lainnya, seperti Roberto Firmino, Sadio Mane, dan Mohamed Salah.
Kebetulan pula, Salah, pemain paling tajam di Liverpool saat ini, telah pulih dari cedera otot paha. Pengoleksi 17 gol di Liga Inggris musim ini tersebut bakal menebar ancaman bagi pertahanan City yang tengah lelah setelah dieksploitasi Bristol. ”Ia bermain bagus akhir-akhir ini. Ia bisa menghadirkan masalah bagi lawan,” tutur Klopp menaruh harap kepada Salah.
Faktor lain yang bakal menambah daya ngotot Liverpool di laga ini adalah dendam. Klopp masih ingat betul saat dihajar 5-0 oleh City di Stadion Etihad, September 2017. Itu menjadi aib, kekalahan terbesar sepanjang karier Klopp di Inggris. Kehancuran itu diderita setelah Mane diberi kartu merah. Sebelum Mane diusir, Liverpool sempat mengimbangi permainan City.
Di sisi lain, City dan Guardiola tidak kalah termotivasi di laga ini. Guardiola meminta para pemainnya untuk fokus memenangi laga ini demi menjadi bagian dari sejarah. Ya, jika City menang di Anfield, mereka bakal menjadi tim pertama setelah Wimbledon pada musim 1986-1987 yang mampu menang di tiga markas raksasa, yaitu Chelsea, MU, dan Liverpool. ”Ini adalah ujian sesungguhnya bagi kami,” ujar Guardiola. (AFP/JON)