”Selanjutnya pada 2045, tepat 100 tahun kemerdekaan Republik Indonesia, sepak bola nasional sudah bisa diperhitungkan di level dunia. Ini akan jadi kado yang indah bagi RI,” kata Ketua Umum PSSI Edy Rahmayadi.
Artinya, pembinaan pemain usia 9-15 tahun menjadi fokus PSSI saat ini. Untuk itu, PSSI memasukkan penambahan klausul mengenai hierarki Asosiasi Kabupaten (Askab) dan Asosiasi Kota (Askot) serta upaya menjadikan sekolah sepak bola (SSB) sebagai lembaga terafiliasi dalam amendemen statuta PSSI melalui kongres luar biasa (KLB).
Kongres tahunan PSSI, kemarin, terbagi dua sesi, yaitu KLB dengan agenda amendemen statuta PSSI serta kongres biasa dengan agenda pemaparan laporan 2017 dan program 2018.
PSSI ingin punya tangan untuk menyentuh langsung Askab dan Askot melalui Asosiasi Provinsi (Asprov). Askab, Askot, dan Asprov menjadi garda terdepan dalam menemukan bibit-bibit baru. Dengan demikian, PSSI langsung bisa mengintervensi Askab dan Askot yang kurang aktif melahirkan pemain baru.
Di sisi lain, saat ini terus bermunculan SSB. PSSI pun berusaha menstandarkan pembinaan di SSB melalui filosofi sepak bola Indonesia (filanesia) yang sudah dirumuskan sebagai panduan mengenai cara bermain sepak bola ala Indonesia. Sebagai lembaga terafiliasi, SSB akan diakreditasi dengan menggunakan filanesia.
”Filanesia adalah panduan yang belum melalui riset. Satu tahun ke depan, riset itu akan dilakukan,” kata Sekretaris
Jenderal PSSI Ratu Tisha Destria. Rencana riset filanesia dibahas dalam kongres biasa.
Selain itu, PSSI juga akan mengkaji rencana pelatihan pemain usia 15 tahun di Italia. Gagasan awalnya, pelatihan tersebut akan diikuti 30 pemain yang sudah terseleksi. Hal ini seperti yang sudah pernah dilakukan PSSI melalui tim Primavera pada era 1990-an.
Kualitas kompetisi
Tiga hal lain dalam amendemen statuta PSSI yaitu perubahan jumlah voter (anggota PSSI pemilik suara), perampingan komite tetap dari 17 komite menjadi 12 komite, dan kewajiban klub untuk memiliki badan hukum yang teregistrasi di PSSI. Hal terakhir merupakan langkah PSSI untuk meningkatkan kualitas kompetisi di dalam negeri, yaitu mencegah munculnya dualisme klub.
Selanjutnya, dalam kongres biasa, PSSI merumuskan rencana pendirian badan penyelesaian sengketa nasional yang secara khusus menyelesaikan sengketa pemain klub yang terdaftar di PSSI. Badan penyelesaian sengketa tersebut akan diterapkan mulai tahun ini.
Sementara itu, Kongres PSSI, kemarin, berlangsung singkat, sekitar enam jam. Tidak muncul perdebatan sengit di dalam kongres. Para anggota cenderung langsung menyetujui hal- hal yang disampaikan oleh Edy Rahmayadi.
”Agenda kongres sudah bagus, tetapi kami berharap agenda ini bisa terealisasi dengan baik,” kata Manajer Persebaya Chairul Basalamah.