Yang Hilang dan Kembali
Petenis putri Svetlana Kuznetsova menjadi petenis pertama yang menyatakan tak akan tampil pada Australia Terbuka 2018 karena cedera. Kuznetsova, juara AS Terbuka 2004 dan Perancis Terbuka 2009, bahkan menegaskan akan absen sejak awal Desember 2017 karena cedera pergelangan tangan kiri.
Pada Januari, pengumuman sama disampaikan petenis terbaik Asia, Nishikori (cedera pergelangan tangan), lalu Murray. Murray, yang berada di Australia sejak 30 Desember, bahkan harus menjalani operasi pinggul untuk cedera yang membuatnya tak bisa bertanding sejak Juli 2017. Dia menjalani operasi di Melbourne dengan target bisa pulih saat persaingan di lapangan rumput berlangsung pada pertengahan musim.
Penggemar tenis pun berharap pada kehadiran Serena yang memperlihatkan tanda mempertahankan gelar juara dengan tampil pada pertandingan ekshibisi melawan juara Perancis Terbuka, Jelena Ostapenko. Namun, setelah kalah dari Ostapenko pada pertandingan yang berlangsung di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, 30 Desember, Serena menyatakan, bertanding kembali setelah melahirkan putri pertamanya, September 2017, ternyata tak mudah.
Pada hari yang sama ketika Murray mundur, dari kediamannya di Florida, AS, Serena menyampaikan hal yang sama kepada panitia penyelenggara Australia Terbuka. ”Pelatih dan tim selalu mengatakan, saya bisa bermain dalam turnamen saat saya telah mempersiapkan segalanya. Saya bisa saja tampil, tetapi tak ingin sekadar bertanding. Saya ingin jauh lebih baik dari itu. Jadi, saat ini saya belum siap, saya masih membutuhkan sedikit waktu,” ujarnya.
Dalam wawancara yang dipublikasikan majalah Vogue, baru-baru ini, dia berharap bisa mengumpulkan hingga 25 gelar juara Grand Slam. Saat ini, petenis berusia 36 tahun tersebut telah 23 kali menjuarai Grand Slam, hanya tertinggal satu gelar dari Margaret Court sebagai pemain tunggal dengan gelar Grand Slam terbanyak. Meski berambisi mempertahankan gelar juara Australia Terbuka, yang dia ungkapkan sejak hamil, Serena memilih memperpanjang waktu mempersiapkan diri.
Saat Murray, Nishikori, dan Serena tak tampil, penggemar tenis yang kehilangan Djokovic sejak Juli 2017 akan kembali menyaksikan petenis yang telah enam kali membawa pulang trofi juara dari Melbourne Park. Dalam konferensi pers yang digelar Sabtu (13/1), Djokovic mengatakan, dia sebenarnya belum berada dalam kondisi fit.
”Namun, pada saat ini, saya sudah berada pada tahap bisa bertanding. Saya berharap kondisinya bisa 100 persen saat turnamen mulai. Meski demikian, ketika kondisi itu tercapai, saya tak tahu apa yang akan terjadi setelah enam bulan tak berkompetisi,” katanya.
Di putri, absennya Serena kembali memunculkan persaingan terbuka seperti yang terjadi pada Perancis Terbuka, Wimbledon, dan AS Terbuka 2017. Mantan petenis putri, Chris Evert, bahkan menyebut kandidat juara tunggal putri bisa mencapai 20-an petenis.
Mantan petenis putra, Mats Wilander, berpendapat, kunci persaingan pada tunggal putri saat ini adalah cara mereka mengatasi tekanan. ”Tanpa Serena, persaingan begitu ’liar’. Tekanan untuk bersaing di putri lebih berat ketimbang putra,” kata Wilander, juara Australia Terbuka 1983, 1984, 1988.
Selain petenis unggulan, seperti Simona Halep (1), Caroline Wozniacki (2), dan Venus Williams (5), Maria Sharapova layak disebut sebagai kandidat juara. Meski kariernya tercoreng kasus doping hingga diskors 15 bulan—Sharapova absen pada Australia Terbuka 2017—ambisinya untuk juara tak hilang. Dia menegaskan masih mengincar posisi peringkat teratas dunia.
(reuters/ap/afp/iya)