Gelandang Liverpool asal Senegal, Sadio Mane (ketiga dari kanan), merayakan golnya ke gawang Manchester City bersama rekan-rekannya pada laga Liga Inggris di Stadion Anfield, Liverpool, Minggu (14/1). Liverpool yang bermain berani dengan garis pertahanan tinggi menang 4-3, yang sekaligus menghentikan rekor tak terkalahkan City dalam 30 laga Liga Inggris sejak April 2017. Liverpool kini naik ke posisi ketiga klasemen menggusur Chelsea, sedangkan City masih kokoh di puncak klasemen Liga Inggris.
Stadion Anfield, markas ”The Reds”, benar-benar menjelma sebagai kryptonite untuk City, tim yang sebelumnya tampil ”super” sepanjang musim ini. Lima kali beruntun City dibuat The Reds lunglai di Anfield di Liga Inggris.
Padahal, sebelum laga ini, City tercatat sebagai tim paling produktif sekaligus memiliki pertahanan terbaik di Liga Inggris. City pun tak terkalahkan pada 30 laga Liga Inggris sejak April 2017. Tak ayal, mereka sempat dijagokan bisa menyamai rekor ”The Invincibles” Arsenal, tim yang tidak terkalahkan saat menjuarai Liga Inggris musim 2003-2004.
”Ini laga bersejarah yang akan terus dikenang hingga 20 tahun. Tidak sering tim seperti City bisa kalah. Tampaknya mereka tidak akan lagi kalah musim ini,” ujar Juergen Klopp, Manajer Liverpool, yang terlihat sangat bahagia dengan kemenangan itu.
Klopp memang patut bahagia. Kemenangan itu memberi pesan bahwa Liverpool tetap galak meskipun ditinggal mesin kreatifnya, Philippe Coutinho, yang hijrah ke Barcelona. Hengkangnya Coutinho menjadi kesempatan bagi pemain baru, seperti Mohamed Salah, untuk bersinar.
”Kemenangan ini sangat penting bagi kami. Itu menunjukkan kami bisa bermain baik tanpa dia (Coutinho). Jadi, itu (kemenangan atas City) adalah pernyataan dari kami,” tutur Klopp.
Laga sengit yang sangat menghibur itu sekaligus menjadi pesan dari Klopp bahwa ia adalah salah satu pelatih istimewa di Liga Inggris. Ia mampu mewujudkan hal yang sebelumnya gagal dilakukan para manajer top, seperti Antonio Conte (Chelsea), Jose Mourinho (Manchester United), dan Arsene Wenger (Arsenal).
Taktik berbeda
Klopp melakukan pendekatan taktik yang berbeda ketimbang para kompatriotnya itu. Saat Conte dan Mourinho memilih cara gerilya, yaitu meminta pemainnya mundur hingga ke benteng pertahanan ketika kehilangan bola pada laga kontra City, Klopp memilih hal sebaliknya.
Mantan pelatih Borussia Dortmund itu meminta timnya tampil nekat, yaitu menerapkan garis pertahanan sangat tinggi. Barisan penyerang The Reds, seperti Salah, Roberto Firmino, dan Sadio Mane, diminta tampil agresif, yaitu menekan dan mencoba merebut bola sejak garis depan.
Ini perjudian besar karena The Reds tak diperkuat bek barunya, Virgil van Dijk, yang cedera. Absennya bek tangguh senilai Rp 1,3 triliun itu membuat pertahanan The Reds lebih rentan, terutama saat menghadapi serangan cepat.
Namun, taktik gegenpressing itu berbuah positif, khususnya pada babak kedua. Duo bek City, Nicolas Otamendi dan John Stones, dipaksa gugup dan membuat kesalahan akibat tekanan hebat dari barisan penyerang lawan. Kiper City, Ederson Moraes, tak kalah kikuk akibat tekanan itu.
Klopp paham, para bek City, termasuk Moraes, tidak terbiasa menghadapi tekanan di garis depan lawan. Kebanyakan para lawan City, seperti Chelsea dan MU, selama ini memilih mundur ke belakang. Itu justru menjadi ”blunder” karena gelandang dan penyerang City sangat piawai menguasai bola serta mengoyak pertahanan lawan jika bola sudah telanjur ada di belakang lawan.
Taktik gegenpressing itu berbuah tiga gol tambahan Liverpool dalam waktu sembilan menit pada babak kedua. Firmino, Mane, dan Salah silih berganti menjebol gawang City, tim yang sebelumnya hanya kebobolan 13 gol dari 22 laga Liga Inggris.
”Sebetulnya tidak ada (taktik) alternatif melawan City. Anda bisa memilih hanya sabar menunggu di garis belakang dan tidak ada (gol) yang terjadi, atau berjudi di depan dan berupaya merebut bola. Karena kami adalah Liverpool, kami harus tampil berani di depan,” ujar Klopp kemudian.
Berkat tiga poin dari laga itu, The Reds naik ke peringkat ketiga di Liga Inggris dengan menggusur Chelsea. MU, tim peringkat kedua, dapat memangkas ketertinggalan dari City, yaitu menjadi 12 poin jika menang atas Stoke City, Selasa dini hari tadi.
Meskipun kalah, aura kehebatan City masih terpancar kuat. Dalam kondisi babak belur, mereka masih bisa mengejar melalui gol Bernardo Silva dan Ilkay Gundogan pada menit ke-84 dan 90+1. Namun, City gagal melawan waktu dan kalah.
Kemenangan Liverpool itu bisa menginspirasi tim-tim lain yang akan menghadapi City. Taktik menarget barisan pemain bertahan City itu sebetulnya juga sempat diterapkan Crystal Palace dan Bristol City. Namun, mereka gagal menang karena tak memiliki barisan lini depan yang galak dan cepat seperti Liverpool.
Di lain pihak, Manajer Manchester City Pep Guardiola berkata, timnya sempat kehilangan kontrol. Itu salah satunya akibat tekanan suporter Liverpool. ”Dengan beragam alasan, kami seperti terpengaruh oleh suasana di stadion ini,” tukas Guardiola.
Meskipun rekor City telah terhenti, Guardiola meminta timnya segera bangkit dan memetik pelajaran dari kekalahan itu. ”Skuad ini masih muda. Itu (kekalahan) bisa jadi hal yang baik ke depan. Hal terpenting adalah belajar dan tidak kalah lagi,” ujarnya.
Pada laga selanjutnya, pekan depan, City akan menjamu Newcastle United yang memiliki barisan penyerang, seperti Christian Atsu dan Ayoze Perez, yang bisa merepotkan bek-bek City. (AFP/Reuters/JON)
