Awan mendung seolah memayungi Arsenal akhir-akhir ini. Mereka bak kapal karam. Belum sembuh dari luka kekalahan bertubi-tubi dari Nottingham Forest di Piala FA dan Bournemouth di Liga Inggris, Arsenal ditinggalkan barisan bintangnya, Sanchez dan Theo Walcott.
Sanchez hijrah ke Manchester United, klub yang dinilainya lebih memungkinkan meraih trofi-trofi juara. Adapun Walcott berlabuh ke Everton. Mesut Oezil, gelandang kreatif, berpeluang menambah panjang daftar eksodus bintang Arsenal.
Oezil tidak kunjung memperpanjang kontrak di ”The Gunners” yang bakal habis Juli mendatang. Sejumlah klub, seperti Juventus, pun tengah mendekatinya untuk hijrah dari London.
Untuk kali pertama dalam 22 tahun kariernya di Liga Inggris, Manajer Arsenal Arsene Wenger merasa seolah tidak berdaya. Ia merasa dikhianati oleh sejumlah pemain yang sempat dibesarkannya itu. Eksodus barisan bintang The Gunners, diakuinya, sempat membuat suasana di kamar ganti tim sangat ”suram”.
”Ini sungguh situasi sulit. Untuk kali pertama kami kehilangan salah satu pemain penting pada bulan Januari. Ini menciptakan atmosfer, perasaan yang aneh, di kamar ganti,” ujar Wenger.
Meskipun demikian, pelatih asal Perancis itu bukanlah tipikal sosok yang mudah mendayu-dayu. Situasi sulit hingga krisis dan cibiran justru kerap membuat ia lebih terpacu, seperti saat Wenger membawa The Gunners menjuarai Piala FA tahun 2015 dan 2017. Saat itu banyak orang yang meminta dia pensiun.
Duel versus Chelsea pada laga kedua semifinal Piala Liga menjadi kesempatan Wenger dan Arsenal untuk membuktikan diri bahwa tidak ada satu pemain pun yang melebihi tim. Mereka ingin mengirim pesan ke seluruh Inggris bahwa ”Meriam London” masih mampu berbunyi nyaring tanpa Sanchez ataupun Walcott.
”Setiap kali kehilangan pemain kelas dunia, kami bakal dapatkan bintang dunia lain. Saya yakin itu. Kini kami harus fokus menatap Chelsea. Ini laga penting. Kami ingin ke final,” ujar Wenger.
Pemain kelas dunia pengganti Sanchez yang dimaksud Wenger adalah Henrikh Mkhitaryan. Pemain yang dibarter dengan Sanchez itu terkenal dengan visi bermain dan kreativitasnya. Ia sempat menorehkan rekor asis Liga Inggris, yaitu lima asis pada tiga laga perdananya musim ini bersama MU.
Tanpa Mkhitaryan
Hubungan Mkhitaryan yang buruk dengan Manajer MU Jose Mourinho disinyalir menjadi penyebab ia ”ditumbalkan” demi Sanchez. Namun, Mkhitaryan tak bisa memperkuat Arsenal melawan Chelsea karena aturan ”cup tied” di Piala Liga, yaitu satu pemain tidak bisa memperkuat dua klub dalam semusim.
Untuk itu, Wenger sangat berharap kepada Oezil untuk menghidupkan permainan Arsenal pada laga ini. Ia tampil baik pada akhir pekan lalu saat membekap Crystal Palace, 4-1, di Liga Inggris.. Kemenangan perdana pada 2018 itu menjadi penyuntik semangat Arsenal. Ketika itu, mereka tidak diperkuat Sanchez.
Penyerang sayap Alex Iwobi mengisi posisi yang ditinggalkan Sanchez. Pemain yang sempat dihukum karena ulah indisipliner itu menyumbang satu gol pada laga kontra Palace.
Jika Oezil dan Iwobi mampu tampil baik, tidak sulit bagi The Gunners menyingkirkan Chelsea. Mereka hanya butuh kemenangan 1-0 untuk melaju ke final dan kian dekat dengan trofi Piala Liga, gelar yang belum pernah sekali pun diraih Wenger.
Namun, di sisi lain, ”The Blues” juga punya kans besar mengalahkan Arsenal. Chelsea sangat paham dengan gaya permainan Arsenal yang akhir-akhir ini rutin memakai sistem pertahanan tiga bek ketika bertemu mereka.
Pada laga ini, Manajer Chelsea Antonio Conte kemungkinan bakal memakai kembali pola 3-4-3 yang kerap dipakainya pada musim lalu. Sejak kehadiran Alvaro Morata musim ini, Conte lebih sering memakai pola 3-5-2.
Pola 3-4-3 itu membawa Chelsea menghajar Brighton & Hove Albion, 4-0, meski tanpa Morata, Sabtu (20/1). Striker Chelsea itu kemungkinan masih absen karena cedera punggung. ”Kami akan menyerang,” ujar Eden Hazard, bintang Chelsea. (AFP/BBC/JON)