Idan Fauzan Richsan Terus Berlatih walau Belum Tentu Bertarung di Asian Games
Oleh
Korano Nicolash lms
·3 menit baca
Sekalipun Asian Games Jakarta-Palembang 2018 tinggal tujuh bulan lagi, Idan Fauzan Richsan, sang pemegang rekor nasional loncat galah putra senior dan yunior, belum memperoleh kepastian bahwa namanya menjadi salah satu atlet andalan di Asian Games Jakarta-Palembang pada Agustus nanti.
”Tetapi, ketidakpastian itu bukan menjadi halangan bagi saya untuk tetap berlatih dan berlatih setiap hari,” ucap Idan, panggilan akrab siswa SMA Ragunan kelas II IPA, ketika ditemui di Stadion Atletik Rawamangun di kawasan Universitas Negeri Jakarta, Rabu (24/1) siang, sebelum berlatih.
Idan mengakui, tahun 2018 dirinya memiliki target bisa melampaui mistar setinggi 5,40 meter. Itu artinya, target Idan lebih tinggi 20 sentimeter daripada rekor nasionalnya yang mencapai 5,20 meter.
Rekor nasional Idan ini diciptakan di Kejuaraan Nasional Atletik dan Estafet U-18 2017 pada 6-9 Desember lalu di Stadion Atletik Rawamangun. Loncatan setinggi 5,20 meter itu dicapai Idan pada loncatan kedua dari tiga kesempatan dengan mistar setinggi 5,20 meter.
Memang, saat itu tinggal Idan dari 10 peserta nomor loncat galah putra kejuaraan nasional dengan rekor nasional sebelumnya sudah atas nama Nunung Jayadi, setinggi 5,13 meter, yang dicapai pada 2002.
Dua peserta terakhir terhenti dengan loncatan masing-masing setinggi 5,00 meter dan 4,90 meter. Itu sebabnya, Dedi Irawan asal Jawa Timur yang loncatan ketiganya melampaui 5,00 meter berhak meraih medali perak.
Adapun Tengku Tegar Abad, juga dari Jawa Timur, meraih medali perunggu dengan loncatan 4,90 meter pada Kejuaraan Nasional Atletik dan Estafet U-18 tahun 2017 itu.
Sebagai pemegang rekor nasional dengan loncatan mencapai 5,20 meter, menurut Idan, tidak terlalu muluk kalau dirinya menargetkan bisa melakukan loncatan setinggi 5,40 meter pada 2018 ini.
”Kalau itu bisa saya capai di Asian Games, syukur alhamdulillah. Sebab, target yang saya patok ini tentu tidak terlalu muluk. Dan, rasanya, menurut saya, masih masuk dalam kemampuan saya untuk mencapainya,” tutur Idan yang masih terdaftar sebagai siswa SMA Negeri 6 Bogor.
Idan juga mengakui bahwa dirinya pernah mengalami kegagalan, yakni ketika mengikuti PON Remaja 2014 di Jawa Timur. Saat itu, loncatannya turun 10 sentimeter dari loncatan yang sudah dicapai, 3,90 meter, di Porda Jawa Barat.
Begitu juga ketika mengikuti Popnas 2017 di Kendal, Jawa Tengah. Saat itu, dia tidak mampu melampaui mistar setinggi 4,40 meter untuk loncatan pertama. Akibatnya, Idan harus didiskualifikasi karena tidak mampu menyelesaikan satu loncatan pun.
”Saya selalu menjadikan kegagalan sebagai pelajaran. Menjadi peringatan dari Pencipta bahwa saya harus berlatih lebih giat lagi untuk bisa mencapai hasil yang lebih baik. Dan, kita tidak boleh terlalu lama tenggelam dalam penyesalan,” tutur Idan.
Kegagalan di PON Remaja 2014 Jawa Timur menjadi pelajaran karena kurang berlatih keras. ”Itu sebanya, saya menambah porsi latihan dari 1 minggu hanya 5 hari menjadi 6 hari dalam seminggu. Kalau di Kendal, memang karena anginnya sangat kencang, bahkan pelatih saya, Saini H, juga bilang anginnya terlalu kencang,” lanjutnya.
Tentu, kegagalan di Kendal menjadikan banyak orang mencibir dirinya. Apalagi karena sebelumnya di Kejuaraan ASEAN Scholl 2017 di Singapura, Idan mampu membuat rekor baru mencapai 5,00 meter. Rekor tersebut sama dengan yang diciptakan Matthias Orban (16) untuk menjadi juara dunia loncat galah di Kejuaraan Dunia Atletik U-18 di Nairobi, Kenya. Kedua kejuaraan itu berlangsung pada Juli.
Akan tetapi, setelah menjadi pergunjingan insan atletik, Idan yang baru akan berusia 18 tahun mampu menjawab dengan memecahkan rekor nasional yunior dan senior pada pengujung 2017.
Mampukah Idan mencapai targetnya pada tahun ini? Kita nantikan bersama. Ini mengingat Asian Games Jakarta-Palembang 2018 masih tujuh bulan lagi.