Dalam kunjungan ke Redaksi Kompas, Selasa (23/1), Menpora Imam Nahrawi yang didampingi semua pejabat tinggi di Kemenpora menyampaikan sejumlah upaya pembenahan yang dilakukan pihaknya untuk mendukung kelancaran pelatnas. Dalam hal pencairan anggaran, misalnya, telah dicapai kesepahaman dengan Kementerian Keuangan sehingga prosesnya bisa cepat.
Selain itu, Kemenpora juga tengah mengupayakan perubahan regulasi perizinan bagi atlet pelatnas yang akan berlatih dan menjalani uji coba kejuaraan di luar negeri. Selama ini, kewenangan izin itu ada di Kementerian Sekretariat Negara.
”Sedang dikoordinasikan agar izin itu dilimpahkan ke Kemenpora,” kata Imam.
Terkait dengan dukungan dana pemerintah yang tidak mencukupi pengajuan dari cabang, Imam mengakui, hal itu memang karena keterbatasan anggaran pemerintah. Ia berharap ke depan industri olahraga di Tanah Air bisa berkembang lebih baik sehingga cabang juga bisa mendapatkan dukungan sponsor.
Benahi internal
Di luar upaya untuk mendukung kelancaran pelatnas, Kemenpora juga tengah membenahi tata kelola anggaran internalnya.
Sekretaris Kemenpora Gatot S Dewa Broto, yang turut mendampingi dalam kunjungan kemarin, mengatakan, dengan pembenahan itu, Kemenpora optimistis laporan keuangannya untuk tahun anggaran 2017 bisa bebas dari status disclaimer atau tidak memberikan pendapat. Sebelumnya, laporan keuangan status disclaimer dalam dua tahun berturut-turut.
Salah satu langkah pembenahan yang dilakukan adalah menerapkan sanksi tegas bagi pejabat di Kemenpora yang dinilai abai ataupun kurang teliti dalam mengelola anggaran. Tercatat lebih dari 50 pejabat, mulai dari eselon II sampai eselon IV, dikenai sanksi berupa pengurangan tunjangan kinerja hingga penundaan kenaikan golongan.
Untuk penggunaan anggaran, terutama bantuan pemerintah untuk pelatnas, Kemenpora menerapkan kebijakan pencairan dana secara bertahap dengan pengawasan yang ketat. Penerima bantuan juga diwajibkan untuk melaporkan penggunaan anggaran tersebut.
Kemelut karate
Terkait dengan kemelut mundurnya empat karateka andalan dan pelatihnya dari pelatnas karate, Kemenpora berharap agar persoalan itu bisa diselesaikan dan tak mengganggu upaya pencapaian prestasi di Asian Games. Deputi IV Bidang Peningkatan Prestasi Olahraga Kemenpora Mulyana mendesak pengurus cabang karate menyelesaikan persoalan itu secara internal.
Hingga saat ini Pengurus Besar Federasi Olahraga Karate-Do Indonesia (PB Forki) belum mengambil tindakan atas mundurnya empat karateka yang meninggalkan pelatnas ataupun pelatihnya yang juga mengundurkan diri. Sekjen PB Forki Lumban Sianipar menegaskan hal itu saat dikonfirmasi terpisah.
”Alasan pengunduran diri mereka (karateka), awal Januari lalu, salah satunya karena mereka merasa sudah tidak nyaman lagi di Pelatnas,” ujar Sianipar.
Keempat karateka itu adalah Srunita Sari Sukatendel, peraih medali emas SEA Games 2017 di nomor kumite -50 kilogram putri; Cok Istri Agung Sanistyarani, peraih emas SEA Games 2017 kumite -61 kg putri; Sisilia Agustiani Ora (kata perorangan putri); dan Ahmad Zigi Zaresta Yuda (kata perorangan putra). Sisilia dan Ahmad adalah peraih medali perak SEA Games 2017.
Alasan suasana pelatnas yang tidak nyaman lagi juga disampaikan pelatih kepala pelatnas jangka panjang Forki, Philip King Galedo yang juga mengundurkan diri pada Rabu (17/2). (OKI/DRI/NIC)