JAKARTA, KOMPAS — Pengurus Besar Wushu Indonesia memaksimalkan alokasi dana Rp 11,5 miliar dari pemerintah untuk mempersiapkan atletnya menghadapi Asian Games Jakarta-Palembang 2018. Anggaran itu akan digunakan untuk membiayai pemusatan latihan nasional 21 atlet wushu, termasuk pemusatan latihan di luar negeri.
”Dengan Rp 11,5 miliar, hanya disetujui pembinaan untuk 13 atlet berikut empat pelatih nasional. Sementara dana untuk pelatih asingnya langsung ke Kemenpora,” kata Ngatino, Ketua II Pengurus Besar Wushu Indonesia (PB WI), saat memantau pelatnas nomor taolu (jurus) di GOR Pertamina, Simprug, Jakarta, Kamis (25/1).
Pelatih wushu Susyana Tjhan menilai anggaran itu harus diatur dengan sangat detail karena ada 21 atlet yang mengikuti pelatnas Asian Games. ”Dengan begitu, sisanya menjadi tanggungan PB,” kata Susyana, peraih medali perak di Asian Games 2006 dan medali perunggu di Asian Games 2010.
Karena keterbatasan dana itu, tambah Ngatino, rencana menyatukan 14 atlet taolu yang berlatih di GOR Pertamina, Jakarta Selatan, serta tujuh atlet sanshou (tarung) yang berlatih di kawasan Kemayoran, Jakarta Pusat, masih akan dibahas ulang. Hal itu karena pada April para atlet sudah harus mengikuti pemusatan latihan di Hong Kong selama satu bulan. Dan, Mei, mereka berangkat ke beberapa kota di China selama tiga bulan.
”Ada delapan atlet yang pergi,” ucap Ngatino.
”Pemusatan latihan atlet-atlet taolu ke Hong Kong dan China tersebut untuk mempertajam teknik setiap jurus atlet kita,” tambah Susyana.
”Untuk mengirit biaya, PB tidak akan mengirimkan pelatih. Sebab, memang kalau sudah berlatih di China, tentu anak-anak akan dilatih langsung oleh pelatih di sana. Paling sekali-sekali saja mereka dikunjungi manajer maupun pelatih kepala,” tambah Susyana, yang sempat bekerja kantoran, tetapi kemudian memilih menjadi pelatih wushu.
Selain itu, tambah Ngatino, untuk nomor tarung, direncanakan enam atlet terbaiknya berangkat mengikuti uji coba di Rusia, pada Februari. ”Adapun training camp-nya di Iran selama satu bulan dan dilanjutkan tiga bulan di China. Mereka kembali ke Tanah Air menjelang Asian Games,” ujar Ngatino.
Adapun untuk biaya pelatih asing, Zhang Yue Ning asal China, yang sudah mendampingi atlet wushu Indonesia sejak 2011, menurut Ngatino, Kemenpora sempat hanya memberikan 3.500 dollar Amerika Serikat per bulan. Padahal, selama ini, PB WI memberikan gaji pelatih asing 4.500 dollar AS per bulan.
”Itu sebabnya, langsung kami minta ke Kemenpora agar diberikan gaji yang sama dengan yang sudah diberikan selama ini. Dan, kini sudah dipenuhi,” ujar Ngatino.
Terganggu
Terkait atlet-atlet peserta pelatnas Asian Games, Ngatino mengakui PB WI sempat kesulitan ketika memasukkan beberapa nama atlet Sumatera Utara, yang selama ini menjadi pusat pelatnas nomor taolu. Para atlet berkorban besar karena tidak bisa menjalani kuliah selama pelatnas.
”Ya, pastilah, kuliah saya terganggu,” kata Juwita Niza Wasni, penyumbang medali emas SEA Games 2017, yang kuliah di Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
Di SEA Games Kuala Lumpur 2017, wushu mempersembahkan tiga medali emas. Selain Juwita, emas juga dipersembahkan oleh Lindswell Kwok dan Felda Elvira Santoso. Di Asian Games Jakarta-Palembang 2018, cabang wushu ditargetkan meraih dua medali emas. (NIC)