Posisi Relawan Diminati
JAKARTA, KOMPAS — Antusiasme warga mendaftar sebagai relawan Asian Games 2018 cukup tinggi. Panitia Penyelenggara Asian Games Indonesia (Inasgoc) pun akan menyeleksi secara ketat karena mereka akan berhubungan langsung dengan atlet dan ofisial pada Asian Games.
Koordinator Sumber Daya Manusia dan Relawan Inasgoc Pusparani Hasjim Chappy Hakim, di Jakarta, Selasa (30/1), mengatakan, Inasgoc membuka pendaftaran relawan pada 18 Januari. Hingga Selasa, jumlah pendaftar dalam sistem daring mencapai 4.000 orang.
Pusparani mengatakan, pendaftaran akan dibuka hingga 5 Maret. Inasgoc membutuhkan 11.426 relawan dari kebutuhan 13.000 orang. Adapun 1.574 relawan direkrut lebih dulu pada 18 September-23 Oktober. ”Pada rekrutmen gelombang pertama lalu, antusiasmenya juga tinggi. Ada 21.077 orang pendaftar dan yang dipilih 1.574 orang,” katanya.
Menurut Pusparani, pihaknya akan menyeleksi kandidat relawan secara ketat. Setelah diseleksi otomatis oleh sistem daring, para pendaftar akan menjalani psikotes dan pelatihan. Inasgoc mencari relawan dengan pendidikan minimal SMA, berada dalam rentang usia 18-35 tahun, pandai berbahasa asing—minimal bahasa Inggris—dan sikap yang santun.
”Relawan tak hanya membantu proses penyelenggaraan Asian Games 2018. Mereka juga menjadi citra utama ataupun perwakilan wajah orang Indonesia. Sebab, mereka yang akan selalu mendampingi atlet ataupun ofisial yang ikut Asian Games 2018. Apabila mereka tak memiliki sikap yang baik, tentu atlet ataupun ofisial itu akan menilai buruk tentang Indonesia,” ujarnya.
Setelah menjalani rangkaian seleksi, para relawan terpilih akan disebar di 18 departemen yang terbagi di tiga deputi di Inasgoc, mulai dari akomodasi, konsumsi, transportasi, pengelolaan pertandingan, hingga pengelolaan penonton. Sebanyak 11.000 relawan akan ditempatkan di Jakarta dan 2.000 relawan di Palembang.
Sebanyak 11.426 relawan yang direkrut pada gelombang kedua ini akan aktif bertugas pada Asian Games 2018. ”Sedangkan 1.574 relawan yang telah direkrut lebih dulu sudah mulai bertugas saat uji coba pertandingan Asian Games 2018 pada 8-17 Februari ini,” kata Pusparani.
Tak salah persepsi
Sebelumnya, Ketua Inasgoc Erick Thohir mengatakan, pihaknya berharap masyarakat tidak salah persepsi dengan relawan. Inasgoc menegaskan, relawan bukan lowongan kerja. Apalagi mereka tidak menjanjikan honor, kecuali perlengkapan kerja, seperti seragam.
Namun, tambah Erick, menjadi relawan merupakan kesempatan prestisius bagi masyarakat. Sebab, mereka akan menjadi bagian sejarah Indonesia, yakni menjadi orang yang terlibat langsung menyelenggarakan Asian Games yang belum tentu terulang lagi dalam waktu 50 tahun ke depan.
Indonesia baru mendapatkan kesempatan kembali menjadi tuan rumah Asian Games setelah 56 tahun, atau setelah pertama kali menggelar Asian Games pada 1962. ”Tentu, menjadi relawan akan meningkatkan kualifikasi curriculum vitae orang yang berkesempatan menjadi relawan,” ujar Erick.
Persiapan Inapgoc
Selain Inasgoc, Panitia Penyelenggara Asian Para Games Indonesia atau Inapgoc juga akan mulai merekrut relawan untuk Asian Para Games 2018. Ketua Inpagoc Raja Sapta Oktohari mengatakan, pihaknya akan merekrut 5.300 relawan mulai Februari.
Relawan Asian Para Games memiliki kualifikasi khusus yang lebih berat daripada untuk Asian Games, antara lain akan dicari orang-orang yang memahami bahasa isyarat dan bisa membaca ataupun menulis huruf Braille. ”Tak tertutup kemungkinan ada atlet difabel yang tunarungu, tunawicara, ataupun tunanetra,” ujarnya.
Inapgoc pun tengah menyiapkan fasilitas pendukung di Wisma Atlet Kemayoran untuk atlet difabel. Bersama konsultan, mereka telah menyelesaikan rancang bangun untuk renovasi wisma atlet. Nanti, ada penambahan delapan lift pada lima menara wisma atlet untuk 1.000 atlet pengguna kursi roda. Ada pula perbaikan kamar dan kamar mandi, pintu, serta mengganti kasur dengan kasur pegas. Renovasi dimulai pada Februari dan ditargetkan selesai dalam tiga bulan.
Atlet Paralimpiade
Persiapan mengikuti Asian Para Games dilakukan sejumlah pihak, termasuk Bali Sports Foundation yang mengirim atletnya mengikuti pelatnas Asian Para Games. Sejak pertengahan Januari, dua atlet balap sepeda Paralimpiade dari Bali Sports Foundation, Wayan Damai dan Ni Kadek Karya Dewi, sudah berlatih di pelatnas Solo, Jawa Tengah.
”Secara mental saya sangat siap. Di Solo, saya harus lebih menempa teknik dalam latihan,” kata Dewi yang akan turun di nomor balap sepeda tangan.
Kemampuan Dewi teruji di ASEAN Para Games 2017 Malaysia. Di nomor individual time trial (ITT) putri (H1-H5), ia merebut medali emas dengan mengalahkan Amanda Mok (Singapura). Dewi juga mendulang emas saat turun di nomor jalan raya (H1-H2).
Dewi ditarik ke pelatnas Asian Para Games bersama Wayan Damai. Damai yang juga atlet balap sepeda tangan mengaku tertantang untuk memperbaiki prestasinya di Asian Games. Di ASEAN Para Games lalu, Damai merebut perak untuk Indonesia.
Bali Sports Foundation membina atlet difabel dari 17 cabang olahraga. Yayasan ini didirikan Rodney Holt, chef dan atlet rugbi berkebangsaan Australia. Beberapa atlet yayasan ini telah mengikuti kejuaraan internasional. (Dri/Ind)