Chelsea dan MU Diganjar Transfer
LONDON, KAMIS — Hiruk-pikuk transfer pemain berdampak pada performa Chelsea dan Manchester United, dua tim raksasa yang takluk dari lawan-lawannya pada laga Liga Inggris, Kamis (1/2) dini hari WIB. Mereka mengalami dilema menyusul datang dan perginya sejumlah penggawa.
Juara bertahan Chelsea secara mengejutkan dilumat tim papan tengah, Bournemouth, 0-3, di Stadion Stamford Bridge. Ini menjadi kekalahan terburuk Chelsea di kandangnya bersama manajer Antonio Conte.
Gejala kekalahan telak itu mulai terlihat dari susunan pemain yang diturunkan Conte. Tidak ada satu pun nama striker murni yang muncul di daftar itu, baik di tim inti maupun cadangan.
Striker Alvaro Morata masih cedera punggung. Adapun Michy Batshuayi, striker pelapis yang menjadi pahlawan ”The Blues” pada laga sebelumnya, yaitu Piala FA, malah tidak hadir karena tengah merampungkan kepindahan ke Borussia Dortmund.
Satu-satunya striker Chelsea yang tersedia malam itu, Olivier Giroud, hanya bisa duduk manis di bangku penonton. Conte tidak bisa menurunkannya karena pemain baru The Blues itu baru saja bergabung dari Arsenal.
Tak ayal, gelandang Eden Hazard terpaksa mengambil peran sebagai ujung tombak ”dadakan” Chelsea pada laga itu. Kekalahan ini mengulangi derita The Blues saat disingkirkan Arsenal di Piala Liga Inggris, 25 Januari lalu. Saat itu, Conte lagi-lagi memaksa Hazard bermain sebagai striker.
Padahal, The Blues sebetulnya memiliki Batshuayi yang terbukti lebih tajam. Striker 24 tahun itu tampil mengilap dalam dua laga terakhir The Blues di Piala FA. Batshuayi menyumbang tiga gol pada kedua laga itu.
Namun, kegemilangannya itu belum mampu meyakinkan Conte. Manajer asal Italia tersebut ngotot menginginkan striker baru. Lambatnya manajemen Chelsea mendatangkan striker baru menjadi blunder The Blues.
Mereka baru mendapatkan kepastian striker baru, Giroud, kurang 12 jam menjelang duel kontra Bournemouth. Ia tak punya cukup waktu bersiap turun di laga itu. Celakanya, Batshuayi telanjur pergi ke Jerman untuk menuntaskan transfer segitiga, yaitu Chelsea, Arsenal, dan Dortmund, tepat pada hari terakhir jendela transfer Januari.
Bak jatuh lalu tertimpa tangga, Chelsea juga kehilangan bek andalannya, Andreas Christensen, pada menit ke-28 laga itu. Ia ditarik keluar akibat cedera di paha belakang. Sejak itu, Chelsea limbung dan kebobolan tiga gol selama 16 menit di babak kedua.
Mereka pun harus menerima kenyataan turun ke peringkat keempat. Mereka disalip Liverpool yang unggul selisih gol. The Blues pun harus mulai melupakan gelar juara Liga Inggris. Mereka tertinggal 18 poin dari pemuncak klasemen Manchester City yang memukul West Bromwich Albion, 3-0, pada saat yang sama.
Lupakan gelar
Menurut Conte, Chelsea kini harus mati-matian berjuang hanya untuk mengamankan peringkat keempat. ”Jika sekadar bermimpi, saya bisa katakan kami masih dapat berjuang meraih gelar juara. Namun, penting untuk melihat realitas. Jika bisa lolos ke Liga Champions (finis di empat besar), itu sudah bagus,” ujar Conte yang kini dalam tekanan.
Setali tiga uang, MU juga harus mulai mengibarkan bendera putih dalam perburuan gelar juara Liga Inggris seusai dibekap Tottenham Hotspur, 0-2, di London. MU kini tertinggal 15 poin dari City, rival sekotanya. Hampir serupa Chelsea, kekalahan itu tidak terlepas dari transfer Januari.
Hadirnya Alexis Sanchez, bintang baru MU, menghadirkan dilema bagi manajer Jose Mourinho. Kedatangan bekas penyerang Arsenal itu membuat ”Si Spesial” lupa diri. Ia nekat menurunkan sekaligus empat penyerang terbaiknya pada laga itu, yaitu Sanchez, Romelu Lukaku, Anthony Martial, dan Jesse Lingard.
Mourinho pun hanya menyisakan satu gelandang, yaitu Nemanja Matic, yang memiliki karakter defensif dalam skema taktik 4-2-3-1 itu. Padahal, pada laga menghadapi tim enam besar Liga Inggris sebelumnya, seperti Arsenal dan Chelsea, Mourinho lebih memilih taktik hati-hati, yaitu pakem 5-3-2.
Skema taktik yang hanya menyisakan dua striker di depan itu berbuah kemenangan 3-1 atas Arsenal, Desember lalu, dan 1-0 atas Spurs dalam duel sebelumnya di Old Trafford. Minimnya gelandang bertipe defensif yang bisa merusak aliran bola lawan membuat MU gagal mengimbangi agresivitas tuan rumah Spurs.
Paul Pogba yang ditugasi Mourinho menemani Matic sebagai gelandang jangkar gagap menjalani peran saat bertahan. Ia kesulitan menekel lawan ataupun merebut bola di udara. Kesal dengan penampilannya, Mourinho menariknya keluar di menit ke-63.
Inilah ”blunder” Mourinho. Ia mengotak-atik formasi MU dan menempatkan Pogba di luar posisi nyamannya. Pogba sebelumnya lebih sering diturunkan sebagai gelandang serang. Umpan matangnya sering berbuah gol.
Tidak optimalnya permainan Pogba berujung macetnya aliran bola MU ke lini depan. Sanchez pun lebih sering menganggur pada laga di Stadion Wembley yang disaksikan 81.978 penonton, rekor tertinggi di Liga Inggris, itu.
Puluhan ribu penonton terenyak, nyaris tidak percaya, saat Spurs membobol gawang MU ketika laga baru berjalan 15 detik. Keunggulan Spurs pun bertambah akibat sapuan atau gol bunuh diri bek MU, Phil Jones. ”Ini sungguh konyol,” ujar Mourinho yang gusar. (AP/AFP/JON)