Nasib Conte di Ujung Tanduk
Untuk kedua kali secara beruntun, sang juara bertahan Liga Inggris dipermalukan tim papan bawah. Sebelumnya, ”The Blues” terpuruk 0-3 di Stamford Bridge. Kekalahan telak beruntun ini terakhir kali dialami Chelsea pada 23 tahun silam atau 1995.
Dua kekalahan memalukan itu membuat posisi Chelsea di peringkat empat besar Liga Inggris kian terancam. Sempat berada di peringkat kedua dan bersaing sengit dengan Manchester United, Januari lalu, The Blues kini melorot ke peringkat keempat.
Posisi mereka rentan digusur Tottenham Hotspur, tim peringkat kelima yang kini tengah ”tancap gas”. Spurs, runner-up musim lalu, hanya tertinggal satu angka dari The Blues.
Situasi itu membuat pemilik Chelsea, Roman Abramovich, panik. Taipan Rusia itu dikabarkan telah berada di London, kemarin, untuk mencari jalan keluar dari krisis kecil The Blues. Bagi Abramovich, finis di luar peringkat empat besar dan gagal bermain di Liga Champions merupakan sebuah ”bencana”.
Bukan rahasia bahwa Abramovich adalah sosok yang enggan menanggung risiko gagalnya The Blues tampil di Liga Champions. Demi target itu, Abramovich rela melakukan langkah tidak populer, yaitu memecat manajer yang berjasa besar seperti Conte.
Pelatih asal Italia itu membawa The Blues meraih trofi Liga Inggris musim lalu. Ia membangkitkan tim itu dari kehancuran, yaitu finis kesepuluh di Liga Inggris pada musim 2015-2016.
Menurut Jamie Carragher, mantan pemain Liverpool yang kini menjadi pandit di Sky Sports, Abramovich bukanlah tipikal pemilik klub yang punya belas kasihan demi menghargai jasa manajer tim. Ketika ia mulai mengendus bahaya kegagalan lolos ke Liga Champions, posisi manajer menjadi korban favoritnya.
”Itu dialami barisan manajer Chelsea sebelumnya, seperti (Andre) Villas-Boas, (Roberto) Di Matteo, dan (Jose) Mourinho. Dia (Conte) bisa saja dipecat sebelum laga Chelsea berikutnya melawan West Bromwich Albion (Selasa, 13/2),” ujar Carragher.
Conte pun seolah menghadapi deja vu takdir yang dialami para pendahulunya itu di Chelsea. Dua musim silam, Mourinho dipecat Abramovich setelah Chelsea terpuruk sehingga pelatih asal Portugal itu kehilangan dukungan dari para pemain senior tim. Padahal, semusim sebelumnya, Mourinho membawa Chelsea berjaya di Liga Inggris.
Hal tidak kalah pahit dialami Di Matteo. Seusai mengantarkan Chelsea meraih trofi Liga Champions pertamanya pada Mei 2012, pelatih asal Italia itu dipecat delapan bulan kemudian. Ia gagal mengulangi kegemilangan itu pada musim berikutnya.
Berkaca dari pengalaman buruk para pendahulunya itu, Conte pun sadar diri. Ia pasrah jika klub akhirnya memecatnya.
Calon pengganti
Sebelum kekalahan dari Watford itu, sejumlah media di Inggris melaporkan Chelsea telah menyiapkan sejumlah calon manajer baru. Mantan Pelatih Barcelona Luis Enrique ada di daftar teratas menggantikan Conte.
Enrique menjadi target paling realistis bagi Chelsea untuk mendapatkan pengganti Conte. Ia kini tengah menganggur setelah mengundurkan diri dari Barca akhir musim lalu.
Enrique pernah berkata ingin melakukan sabatikal selama setahun, persis dilakukan pendahulunya di Barca, Pep Guardiola. Namun, Enrique bisa saja berubah pikiran jika Chelsea bisa merayunya.
Tawaran melatih di Liga Inggris, apalagi klub sebesar Chelsea, adalah hal yang sulit ditolaknya. Itu menjadi kesempatan Enrique melengkapi karier melatihnya. Ia pernah merantau ke Liga Italia sebelum pulang ke Spanyol dan berjaya bersama Barca.
Selain Enrique, Chelsea masih memiliki empat pilihan lain, yaitu Maurizio Sarri (Pelatih Napoli), Massimiliano Allegri (Juventus), Diego Simeone (Atletico Madrid), dan Zinedine Zidane (Real Madrid). Namun, mereka bakal sulit didatangkan secepatnya karena masih terikat kontrak di klub masing-masing.
Keempatnya paling cepat bisa diikat kontrak pada akhir musim ini. Dalam situasi itu, menghadirkan Guus Hiddink sebagai manajer sementara hingga akhir musim ini bisa menjadi pilihan. Hiddink telah dua kali memegang jabatan itu sebelumnya.
Conte pun siap merelakan jabatannya. ”Saya bekerja keras setiap hari dan memberikan 120 persen kemampuan. Jika ini tidak cukup, ya tidak apa-apa. Klub berhak mengambil langkah berbeda. Namun, pastinya, saya tidak khawatir. Saya masih bisa tidur nyenyak saat ini,” ujarnya.
Bukan rahasia pula jika Conte di musim ini sedikit kesal dengan kebijakan Chelsea yang gagal memberikan pemain berkualitas seperti diinginkannya. Sejumlah buruan utamanya seperti Romelu Lukaku, Alex Sandro, dan Leonardo Bonucci gagal didapat.
Sebagai gantinya, Conte mendapatkan barisan pemain seperti Alvaro Morata, Ross Barkley, Tiemoue Bakayoko, dan Danny Drinkwater yang gagal bersinar. Bakayoko misalnya tampil buruk dan diusir wasit ketika melawan Watford. (AFP/Reuters/JON)