Dengan kemenangan itu, Sevilla unggul dengan agregat gol 3-1. Sevilla maju ke babak final untuk kesembilan kalinya. Pada lima kesempatan, Sevilla menjuarai Piala Raja tersebut.
Di final, Sevilla akan menanti pemenang antara Barcelona dan Valencia. Jika Barcelona yang lolos, final Copa del Rey pada musim ini akan mengulang final dua musim lalu. Saat itu Barcelona menjadi juara.
Jika itu terjadi, Sevilla berpeluang membalaskan dendamnya atas Barcelona dan mengakhiri paceklik gelar juara.
Sebelumnya, sejak 2014 sampai 2016, Sevilla selalu mengantongi gelar juara Liga Europa. Namun, prestasi Sevilla langsung anjlok saat pelatih Unai Emery pindah ke Paris Saint-Germain.
Sevilla mulai bangkit kembali ketika pelatih Eduardo Berizzo menangani Sevilla. Sevilla lolos ke babak 16 besar Liga Champions. Saat Berizzo dipecat dan digantikan pelatih Vincenzo Montella, Sevilla melaju ke final Copa del Rey.
Sebelum ke final, Montella memainkan tim yang lebih lemah pada laga La Liga melawan Eibar, pekan lalu. Keputusan itu membuat Sevilla kalah 1-5 dari Eibar.
Namun, keputusan itu membuat para pemain utama Sevilla menjadi lebih bugar dan agresif dalam menyerang. Kebugaran itu menjadi faktor kunci bagi para pemain Sevilla untuk mengimbangi permainan Leganes yang juga agresif menyerang.
Kecepatan dan variasi serangan dari sayap berbuah gol pada menit ke-15 melalui kaki Joaquin Correa. Correa memanfaatkan umpan tarik Luis Muriel untuk menempatkan dirinya di posisi kedua sebagai pencetak gol terbanyak dengan lima gol.
Kemenangan Sevilla diteguhkan oleh gol kedua Franco Vazquez pada menit ke-89. Gol itu diawali serangan balik dari Sandro Ramirez yang memanfaatkan terlalu majunya para pemain bertahan Leganes.
”Kami tahu cara untuk tetap bersatu saat kami terjatuh dan cara menjadi sebuah tim. Karena hal itu, kami melaju ke final. Ini akan memberi kami dorongan penting sampai akhir musim,” ujar Montella.
Langkah ke final itu juga menjadi pembuktian bagi Montella bahwa dirinya dapat membawa tim meraih prestasi. Sebelumnya, Montella dipecat AC Milan karena gagal membawa tim itu ke papan atas Serie A Italia.
Bagi Leganes, kekalahan itu mengubur mimpi mereka melaju ke final. Mimpi bagi Leganes terbangun saat mengandaskan Real Madrid di perempat final.
”Kami sangat bangga terhadap semua pemain karena mereka memberikan segalanya, tetapi kami menghadapi lawan yang lebih baik. Saat mereka memberikan segalanya, saya tidak bisa meminta yang lain,” kata Asier Garitano, Manajer Leganes.(Reuters/ECA)