”Saya masih tidak percaya itu hal yang benar untuk F1. Kami akan terus berusaha (mengubah itu) pada diskusi mendatang dengan FIA dan FOM serta tim-tim lain. Sebab, saya rasa itu benar-benar tidak masuk akal bagi siapa pun,” kata Manajer Tim Balap F1 Renault Cyril Abiteboul, dikutip Crash.net, Rabu (7/2) waktu setempat.
Perubahan aturan batasan jumlah mesin dari empat unit pada musim sebelumnya menjadi tiga mesin pada 2018 itu dimaksudkan untuk mengurangi biaya serta mendorong pengembangan mesin yang lebih ekonomis dan bersahabat. Pembatasan juga dilakukan pada komponen pendukung lainnya, meliputi 3 unit turbocharger, 3 unit penyimpan energi panas (MGU-H), dan 2 unit penyimpan energi kinetik (MGU-K).
Langkah pengurangan jatah mesin dan komponen-komponen pendukung lainnya itu langsung mendapatkan kritik tajam karena justru pada tahun ini jumlah balapan bertambah menjadi 21 balapan (Grand Prix). Pemimpin tim Red Bull, Christian Horner, menyebut keputusan itu sebagai ”sepenuhnya omongan tidak masuk akal”.
Meski demikian, Abiteboul yakin perubahan di saat terakhir atas aturan itu masih bisa disetujui di antara tim-tim dan para pemimpin pengelola F1.
”Ini membuat pusing, tetapi pusing yang sudah diperkirakan. Kami tahu bahwa hal itu akan datang. Karena itu, kami harus membangun rencana dan strategi kami sesuai dengan hal itu. Meski demikian, saat ini tidak ada apa pun yang mengindikasikan bahwa kami tidak dapat bertahan dengan rencana tersebut,” kata Abiteboul.
Lebih dari 700 poin hukuman dijatuhkan sepanjang tahun 2017, sebagian besar di antaranya ditujukan kepada mobil-mobil yang bermesin Renault dan Honda. Meski demikian, sebagai langkah menyederhanakan aturan dan mencegah hal serupa musim lalu terjadi lagi, F1 membatasi sanksi pemunduran posisi start maksimal 15 posisi, atau penggeseran ke posisi paling belakang.
Halo menyulitkan
Terkait ketentuan pemasangan peranti keamanan ”Halo”, Abiteboul mengatakan, hal itu juga bukan hal mudah karena cukup berat dan secara estetika tidak terlihat bagus. Tim Renault sampai saat ini masih dalam proses mencari cara terbaik untuk pemasangan Halo.
Direktur Teknik Tim Mercedes James Allison juga mengakui, pemasangan peranti keamanan di kokpit jet darat itu bukan pekerjaan mudah. Hal ini karena pemasangannya memerlukan sejumlah tambahan pelat logam agar dapat menahan beban yang cukup berat.
”Ini bukan pekerjaan mudah. Ada beberapa kilogram titanium yang harus ditambahkan ke mobil. Ada perubahan-perubahan yang harus dilakukan untuk mengakomodasi Halo. Di sisi lain, kami juga harus memastikan berat mobil secara keseluruhan masih di bawah batas maksimumnya,” ujar Allison, dikutip Crash.net. (OKI)