Ide Olympic Village (perkampungan atlet) datang dari Bapak Olimpiade Pierre de Coubertin. Pada pertemuan Dewan Eksekutif Komite Olimpiade Internasional (IOC) 1923 di Roma, Italia, ditetapkan bahwa tuan rumah Olimpiade harus menyediakan akomodasi dan makanan untuk kontingen dengan harga tertentu.
Olimpiade Paris 1924 adalah yang pertama menggunakan konsep perkampungan atlet. Panitia membangun kabin di dekat Stade Olympique de Colombes untuk memudahkan akses bagi atlet menuju arena pertandingan. Setiap atlet dikenai biaya 30 franc untuk tempat tidur dan 25 franc untuk makanan, binatu, listrik, dan fasilitas untuk mandi.
Baru pada Olimpiade Los Angeles 1932, perkampungan atlet dibangun seperti yang dikenal sekarang, yaitu berupa bangunan untuk tempat tinggal atlet dan bangunan pendukung untuk memenuhi kebutuhan mereka di sana. Perkampungan atlet yang dibangun di Baldwin Hills disediakan khusus untuk atlet putra. Adapun atlet putri ditempatkan di Hotel Chapman Park. Disediakan ratusan bangunan yang terdiri dari tempat tinggal kontingen, kantor pos, teater terbuka, rumah sakit, petugas pemadam kebakaran, dan bank. Setelah Olimpiade, perkampungan atlet tersebut dibongkar.
Empat tahun kemudian, di Berlin 1936, perkampungan atlet dibangun di hutan Doberlitz, sekitar 14 kilometer dari Berlin. Seperti di LA, perkampungan ini disediakan hanya untuk atlet putra. Untuk pertama kalinya, panitia menyediakan sarana olahraga serta pelayanan potong rambut dan pijat.
Dengan perkampungan atlet, kenyamanan atlet menjadi prioritas tuan rumah dan IOC, seperti juga disediakan Rio de Janeiro, Brasil, tuan rumah Olimpiade 2016. Perkampungan atlet di Rio adalah kompleks apartemen baru di Barra da Tijuca. Tersedia dua akses masuk bagi kontingen dan tamu berakreditasi dan khusus bagi kontingen. Taman di depan apartemen digunakan untuk upacara penerimaan kontingen, juga tempat bersantai para atlet. Suasana Brasil dihadirkan lewat taman beralaskan pasir pantai. Di tempat ini atlet bisa bermain sepak bola mini dengan gawang kecil.
Taman yang juga dilengkapi panggung hiburan ini menjadi tempat pertemuan atlet dengan tamu. Di area ini pula tersedia bank, toko swalayan, restoran cepat saji, toko cendera mata, dan pusat media untuk tempat konferensi pers. Adapun di dalam apartemen, dengan terbatas, tersedia ruang makan, ruang latihan fisik, lapangan tenis, dan kolam renang.
Semangat Olimpiade untuk memberikan kenyamanan optimal bagi atlet ini diturunkan ke pesta olahraga kontinental, termasuk Asian Games. Dengan fasilitas tempat tinggal yang nyaman, memadai, dan lengkap selama berlomba, para atlet diharapkan dapat fokus pada usaha mereka menjadi yang tercepat, tertinggi, dan terkuat. (Yulia Sapthiani)