JAKARTA, KOMPAS Untuk pertama kali sejak Indonesia menjadi tuan rumah SEA Games 1997, Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, menjadi tempat penyelenggaraan ajang atletik internasional. Stadion Utama Gelora Bung Karno akan dioptimalkan untuk menggelar uji coba atletik Asian Games 2018, mulai Minggu (11/2), meski belum memenuhi semua syarat dari Asosiasi Atletik Asia (AAA).
Hingga Sabtu (10/2) sore, hampir semua peralatan lomba telah terpasang di trek dan lapangan rumput, fasilitas yang lebih sering digunakan untuk pertandingan sepak bola.
Tiang loncat galah dan loncat tinggi beserta matras, misalnya, telah dipasang di lapangan. Blok start untuk lari jarak pendek serta gawang untuk lari gawang dan lari halang rintang juga telah disiapkan di lintasan. Petugas lapangan juga menguji papan skor elektronik.
Peralatan juga disediakan di Stadion Madya yang digunakan sebagai tempat latihan. ”Kami mencoba memaksimalkan fasilitas yang ada. Untuk Asian Games, memang ada yang harus diperbaiki sesuai masukan delegasi teknis. Uji coba akan jadi pelajaran untuk Asian Games,” kata Manajer Kompetisi Atletik Dwi Priyono di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Sabtu.
Dwi bersama dua delegasi teknis dari AAA mengecek di Stadion Madya dan Stadion Utama Gelora Bung Karno pada Jumat sore hingga malam. Salah satu delegasi, Valson Cuddi Kotta, mengatakan, semua masukan telah disampaikan, salah satunya bak pasir lompat jauh yang terlalu dekat pada pagar pembatas tribune. Ujung bak pasir, bahkan, menempel pada pagar tribune.
”Kami sudah memberi semua masukan. Untuk Asian Games harus ada solusi terhadap masalah yang ada saat ini. Ingat, Asian Games adalah ajang besar,” ujar Kotta.
Persaingan atlet atletik dari 11 negara akan dimulai dengan nomor dasalomba dan final beberapa nomor, yaitu lompat jauh putri, lari gawang putra-putri, dan lari 100 meter putra-putri.
Sementara itu, turnamen uji coba cabang panahan mulai digelar di arena panahan Senayan, kemarin. Turnamen yang diikuti 107 atlet dari sembilan negara itu dimulai dengan babak kualifikasi untuk menentukan nama-nama atlet yang berhak tampil pada penyisihan compound beregu putra dan putri serta campuran.
Atlet muda
Dalam fase kualifikasi itu, atlet muda panahan Indonesia, Yurike Nina Bonita, menembus peringkat lima besar putri dari total 21 peserta. Perolehan poinnya, yaitu 676, mengungguli dua seniornya, Rona Siska dan Triya Resky.
Denny Tresyanto, pelatih kepala tim panahan Indonesia, tidak terkejut dengan penampilan menonjol pemanah muda seperti Yurike. Meski baru 17 tahun, pemanah asal Jawa Timur itu memiliki potensi yang hebat. ”Ia memenangi empat medali emas pada Kejuaraan Nasional Panahan 2017 di Aceh. Nilainya tertinggi di timnya (pada turnamen uji coba) saat ini,” ujarnya.
Pada turnamen itu, Pengurus Pusat Persatuan Panahan Indonesia menurunkan 16 atlet yang merupakan gabungan dari para senior (pelatnas) dan atlet muda (daerah). ”Kami ingin mencari pelapis untuk atlet pelatnas di turnamen ini,” kata Denny.
Menurut manajer tim panahan Indonesia, Freddy Rosandi, turnamen itu ibarat latihan. ”Soal target, ya, diharapkan bisa dapat dua emas,” ujarnya. (IYA/JON)