JAKARTA, KOMPAS — Tim angkat besi Indonesia menyabet lima medali emas pada hari pertama cabang angkat besi dalam uji coba Asian Games 2018, Minggu (11/2), di JIExpo Kemayoran, Jakarta. Meski meraih emas, lifter Indonesia perlu meningkatkan lagi kemampuannya karena angkatan mereka belum mencapai angkatan terbaik saat latihan.
Uji coba Asian Games cabang angkat besi diikuti lifter dari Indonesia, Brunei Darussalam, Singapura, Thailand, Arab Saudi, dan Malaysia. Manajer Tim Nasional Angkat Besi Indonesia Dirdja Wihardja mengatakan, pembenahan akan terus dilakukan dengan memperhatikan hasil pada uji coba Asian Games ini.
”Laga uji coba ini memberi gambaran jelas, apa saja yang harus dilatih lagi bagi para atlet,” kata Dirdja.
Medali emas Indonesia dipersembahkan lifter putra Eko Yuli Irawan di kelas 62 kilogram (kg), Surahmat bin Suwoto (56 kg), dan Deni (69 kg) serta lifter putri Sri Wahyuni Agustiani (48 kg) dan Dewi Safitri (53 kg).
Eko menggunakan kesempatan uji coba ini untuk memaksimalkan angkatannya. Pada angkatan snatch, ia mengangkat beban 135 kg. Angkatan itu menyamai angkatan terbaiknya pada latihan. Namun, pada angkatan clean and jerk, ia hanya dapat mengangkat 160 kg. Saat mengangkat beban 172 kg, Eko gagal menaikkan ke dada.
”Angkatan terbaik saya 171 kg. Saya ingin memecahkannya di sini, tetapi ternyata belum kuat. Saya harus berlatih lebih untuk mengangkat 140 kg pada snatch dan 175 kg pada clean and jerk agar membuka peluang merebut medali emas,” kata Eko.
Rekor snatch di kelas 62 kg adalah 154 kg yang diciptakan Kim Un Guk dari Korea Utara dan rekor clean and jerk 183 kg oleh Chen Li Jun dari China. Namun, kedua atlet itu bakal absen pada Asian Games 2018 karena sanksi doping.
Dengan demikian, Eko berpeluang merebut emas jika mampu memenuhi target angkatannya. Lifter Korea Selatan, Vietnam, dan atlet lapis kedua Korut bakal menjadi pesaing terberat bagi Eko. ”Peluang merebut emas masih imbang. Saya harus berlatih keras dan disiplin menjaga berat badan,” kata Eko.
Berat badan menjadi masalah karena Eko harus menurunkan 3-4 kg, sepekan sebelum uji coba. Itu memengaruhi staminanya.
Kelebihan berat badan juga menjadi masalah bagi Surahmat. Ia harus menurunkan sampai 4 kg dalam seminggu dengan cara sauna dan diet ketat.
Hal itu berpengaruh pada kekuatan saat mengangkat beban. Angkatan snatch Surahmat mencapai 117 kg dan angkatan clean and jerk 142 kg. Angkatan itu belum menyamai angkatan terbaiknya saat latihan, yaitu snatch 123 kg dan clean and jerk 153 kg.
”Saya berusaha mengangkat 150 kg untuk mendekati pencapaian terbaik saya, tetapi gagal pada angkatan ketiga. Saya harus berlatih lebih keras jika ingin membuka peluang meraih medali,” kata Surahmat.
Sementara itu, Sri Wahyuni meraih emas dengan mengangkat 82 kg untuk snatch dan 105 kg untuk clean and jerk. Angkatan itu masih terpaut jauh dari angkatan terbaiknya, snatch 91 kg dan clean and jerk 118 kg.
”Saya agak santai saat mengangkat barbel tadi. Namun, saya mau berlatih lebih keras agar meraih emas. Saat ini kesempatan lebih terbuka karena atlet China dan Kazakhstan dilarang tampil akibat doping. Namun, masih ada pesaing berat dari Thailand, Vietnam, dan India,” katanya.
Di kelas 69 kg, Deni mengalahkan sesama lifter tuan rumah Triyatno dengan angkatan snatch 145 kg dan clean and jerk 180 kg. Angkatan Deni itu capaian terbaiknya di ajang resmi. Namun, saat latihan, Deni pernah mengangkat snatch 148 kg dan 183 kg untuk clean and jerk.
Jalan pagi diplomatik
Sementara itu, Panitia Penyelenggara Asian Games Indonesia (Inasgoc) bersama Kementerian Luar Negeri menggelar Diplomatic Walk atau jalan pagi bersama 70 duta besar, kemarin, di Gelora Bung Karno, Jakarta.
”Kegiatan ini digelar bertepatan dengan uji coba sehingga para duta besar bisa menilai kesiapan kita,” kata Erick Thohir, Ketua Inasgoc.
Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi mengatakan, Asian Games 2018 harus dimanfaatkan secara maksimal di semua bidang, salah satunya dalam mempererat hubungan kerja sama antarnegara. (ECA/DD15)