Spurs sudah tumbuh menjadi tim yang patut diwaspadai di Eropa saat ini. Perjalanan mereka selama babak penyisihan grup Liga Champions menjadi bukti kuat.
Di Grup H, mereka memimpin klasemen dan tidak pernah kalah. Bahkan, mereka mampu menumbangkan sang juara bertahan Real Madrid dan menyingkirkan salah satu raksasa Jerman, Borussia Dortmund. Apalagi, dengan koleksi 15 gol dan hanya kebobolan 4 gol selama fase grup, Spurs jelas berbahaya.
Sosok penting di balik kesuksesan Spurs itu tidak lain adalah striker Harry Kane. Selama 2017, Kane mencetak total 56 gol, jauh lebih banyak dibandingkan dengan bintang Barcelona, Lionel Messi, yang mencetak 54 gol. Musim ini, Kane sudah mengemas 34 gol di semua kompetisi.
Mantan striker Inggris, Chris Sutton, pun sampai menobatkan Kane sebagai striker termaut di Liga Primer saat ini melalui analisisnya di Daily Mail, Senin (12/2). ”Kane adalah striker serba bisa. Saya lebih memilih dia daripada Sergio Aguero (striker Manchester City),” tulis Sutton.
Wajar pula jika pendukung Spurs kemudian menjuluki striker kebanggaan mereka itu dengan sebutan ”HurryKane”, yang merupakan pelesetan istilah bahasa Inggris, hurricane, yang berarti badai. Ya, dengan penampilannya saat ini, Kane kemungkinan besar bisa menjadi ”badai” yang menyulitkan lini pertahanan Juventus di Turin.
”Kane adalah pemain yang fantastis! Kami sudah pernah melawannya tiga tahun lalu dan sekarang dia sudah jauh berkembang,” kata bek Juventus, Giorgio Chiellini. Jika Spurs sedang menyerang, Chiellini harus waspada karena Kane juga punya postur tinggi dan mampu memenangi duel-duel di udara.
Kekhawatiran gelandang Juventus, Sami Khedira, lain lagi. ”Dia juga bisa menggiring bola. Spurs sangat beruntung memilikinya,” katanya.
Ujian bagi Kane
Semua pujian terhadap Kane itu memang masih harus dibuktikan lagi di Turin. Pertahanan kokoh yang menjadi karakter Juventus menjadi ujian yang menantang bagi striker yang belum mengangkat satu trofi pun dalam kariernya itu.
Dalam 16 laga terakhir di semua kompetisi, Juventus baru kebobolan satu gol. Uniknya, satu-satunya gol yang membobol gawang tim berjuluk ”Bianconeri” itu adalah gol dari tim papan bawah Serie A, Hellas Verona.
”Laga seperti inilah (kontra Juventus) yang saya nantikan. Sebagai pemain, Anda harus menguji kemampuan Anda dengan melawan tim-tim terbaik,” kata Kane.
Sebenarnya, Kane pernah mencetak satu gol ke gawang Juventus dalam laga persahabatan di Stadion Wembley, London, pertengahan tahun lalu. Waktu itu Spurs menang, 2-0.
Untuk mengulang sukses serupa, Pelatih Spurs Mauricio Pochettino tidak akan melakukan banyak perubahan. Spurs selama ini sudah nyaman dengan formasi 4-2-3-1 yang mampu mengoptimalkan peran Kane. Ada Son Heung-min, Dele Alli, dan Christian Eriksen yang bertugas menyuplai bola kepada Kane.
”Penting untuk tidak melakukan banyak perubahan, kecuali jika Anda ingin merotasi tim demi menjaga kebugaran pemain,” kata Pochettino.
Spurs tidak membutuhkan rotasi saat ini karena semua pemain kunci dalam kondisi prima. Lagi pula Spurs mampu menundukkan Arsenal dan Manchester United di Liga Primer dengan sistem 4-2-3-1 ini. Pochettino hanya sedikit memodifikasi menjadi 4-3-1-2 (Son mendampingi Kane di depan) saat Spurs menahan Liverpool, 2-2.
Berpikir keras
Sebaliknya, Pelatih Juventus Massimiliano Allegri perlu berpikir keras mencari skema terbaik karena sejumlah pemain kunci masih cedera. Mereka adalah Juan Cuadrado dan Blaise Matuidi. Adapun Paulo Dybala dan Andrea Barzagli sudah mulai pulih, tetapi masih diragukan dapat bermain.
Tanpa Matuidi, lini tengah Juventus terancam berlubang. Allegri punya alternatif untuk mengisi posisi Matuidi dengan Claudio Marchisio atau Stefano Sturaro. Allegri bisa pula mengubah sistem 4-3-3 menjadi 4-4-2 untuk mengakali absennya Dybala. Dengan empat gelandang, Allegri punya Federico Bernardeschi dan Douglas Costa untuk memperkuat sayap.
”Juventus tidak memiliki kunci kesuksesan. Kami hanya punya pemain yang bagus dan mau memenangi laga,” ujar Allegri.(AP/AFP/REUTERS/DEN)