Bagi Real Madrid, sebagai tuan rumah, trofi Liga Champions merupakan satu-satunya target tersisa musim ini karena trofi Liga Spanyol dan Copa del Rey sudah menguap. Menjuarai Liga Champions merupakan satu-satunya jalan untuk menyelamatkan muka mereka musim ini.
Jika gagal, Real akan menanggung aib yang sulit dihapus. Bagaimana tidak? Tim juara bertahan yang diperkuat para pemain terbaik dunia tumbang sebelum perempat final. Apalagi, Real memiliki Cristiano Ronaldo yang meraih penghargaan dari FIFA dan Ballon d’Or sebagai pemain terbaik dunia 2017.
Bahkan, lima rekan Ronaldo di Real Madrid, yakni Luka Modric, Sergio Ramos, Isco, Marcelo, dan Toni Kroos, ikut berada di peringkat 20 besar daftar nominasi Ballon d’Or. Artinya, separuh dari skuad inti Real diisi para pemain elite.
Namun, deretan bintang itu bukan jaminan bagi Real untuk terus menggenggam kejayaan. Musim ini menjadi buktinya. Mereka terperosok ke dalam krisis sejak September 2017 dan baru bisa bangkit tepat sebelum laga pertama babak 16 besar kontra Paris Saint-Germain (PSG), yaitu ketika mengalahkan Real Sociedad, 5-2, di La Liga.
Setelah mencetak tiga gol ke gawang Sociedad, pekan lalu, Ronaldo diharapkan kembali membawa keajaiban saat Real menjamu PSG. ”Laga kontra PSG memang akan menentukan seperti apa wajah Real musim ini,” kata bintang asal Portugal itu.
Peluang Real masih terbuka. Editor Marca, Pablo Brotons, mengingatkan bahwa Real selalu memberikan segalanya untuk memenangi Liga Champions. ”Situasi serupa pernah terjadi tahun 1998, tetapi Real yang diasuh Jupp Heynckes waktu itu bisa bangkit dan mengalahkan Juventus di final,” kata Brotons.
Namun, jika momen 1998 itu tidak bisa terulang, karier Pelatih Real Zinedine Zidane bisa terancam. ”Tekanan bakal lebih besar saat menghadapi PSG, tetapi saya akan menikmatinya. Sekarang saya tidak terlalu merisaukan masa depan saya,” kata Zidane.
Kekuatan uang
PSG di sisi lain juga sudah melakukan segalanya untuk bisa merebut trofi Liga Champions mereka yang pertama. Hal terbesar yang mereka lakukan adalah menginvestasikan sekitar 400 juta euro atau Rp 6,7 triliun musim ini untuk memboyong Neymar dan Kylian Mbappe. Transfer Neymar, 222 juta euro (Rp 3,7 triliun), menjadikan dirinya sebagai pemain termahal dunia.
Hasilnya pun langsung terlihat. PSG bertransformasi menjadi tim predator gol setelah trio Neymar, Mbappe, dan Edinson Cavani berada di lini depan. Di Grup B Liga Champions musim ini, PSG menjadi tim dengan koleksi gol terbanyak, yaitu 25 gol dalam enam laga.
Di Liga 1 musim ini, PSG sudah mengemas 76 gol dan berada di puncak klasemen dengan selisih 12 poin di atas AS Monako. Padahal, musim lalu, tim asuhan Pelatih Unai Emery ini hanya mencetak 86 gol dan finis di peringkat kedua klasemen di bawah Monako. Kini giliran Monako yang sinarnya meredup, salah satunya karena sudah tidak memiliki Mbappe.
”Kami sekarang jauh lebih kuat setelah kedatangan beberapa pemain hebat. Namun, faktor psikologis akan menjadi hal terpenting dalam laga (kontra Real) nanti,” kata gelandang PSG, Adrien Rabiot.
Laga Liga Champions, kata Rabiot, jelas berbeda dengan laga di level domestik. Tekanan akan jauh lebih besar dan bakat pemain tidak akan ada gunanya jika mentalnya lemah.
Musim lalu PSG disingkirkan Barcelona pada babak 16 besar. ”Tidak diragukan lagi, masalah psikologis menjadi penyebab kegagalan tersebut. Sekarang mental kami jauh lebih kuat,” kata Rabiot.
Perkuat pertahanan
Dengan adanya trio Neymar, Mbappe, dan Cavani, tugas para pemain bertahan Real tidak akan mudah. Apalagi, pertahanan Real saat ini tergolong buruk. Real hanya bisa menjaga gawang tetap steril dalam dua laga dari 11 laga terakhir.
Hal itu diperparah dengan absennya bek kanan Dani Carvajal akibat sanksi akumulasi kartu kuning. Padahal, ia bertugas mengawal Neymar. Zidane diprediksi bakal mengganti Carvajal dengan Nacho Fernandez. ”Kami harus fokus sepanjang waktu,” kata bek Real, Raphael Varane. (AP/AFP/REUTERS/BBC/DEN)