Penyesuaian dimaksud adalah memindahkan pembatas di dekat fasilitas atletik berupa bak pasir itu sejauh 2 meter ke arah tribune penonton. Seperti diberitakan sebelumnya, tiga bak pasir di arena atletik itu terancam tidak bisa dipakai di Asian Games karena dekat dengan pembatas. Itu bisa membahayakan atlet.
”Kami sepakat untuk memundurkan pembatas itu 2 meter. Delegasi teknik (dari Asosiasi Atletik Asia/AAA) sudah setuju. Pengerjaannya tidak butuh waktu lama. Itu sudah bisa selesai jauh sebelum Asian Games,” ujar Darpito Kusworo, Pejabat Pembuat Komitmen Pelaksanaan Penataan Bangunan Strategis 2 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, saat memantau fasilitas itu, Selasa (13/2).
Selain Darpito, sejumlah pejabat lain dari Kementerian PUPR dan kontraktor PT Adhi Karya turut hadir mengecek fasilitas atletik bermasalah itu. Meskipun pengerjaannya tidak sulit, masih ada satu hal yang mengganjal, yaitu menentukan apakah penggeseran pembatas itu dilakukan permanen atau semipermanen.
”Permasalahannya, stadion ini adalah benda cagar budaya. Jadi, tak semudah itu melakukan revisi (konstruksi). Kami, sih, inginnya itu (penggeseran pembatas) dilakukan permanen. Jadi, tak perlu dibongkar-pasang. Namun, itu tergantung TSP (tim sidang pemugaran cagar budaya),” tutur Direktur Bina Penataan Bangunan Kementerian Ditjen Cipta Karya PUPR Iwan Supriyanto.
Dalam kesempatan sama, Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PB PASI) Tigor M Tanjung berharap revisi proyek arena atletik itu dilakukan permanen, bukan sementara. ”Jika ingin ideal, sebaiknya permanen. Sayang jika fasilitas sebagus ini hanya dipakai untuk Asian Games. Kita masih bisa menggelar banyak kejuaraan atletik lainnya,” ujarnya.
Pendapat serupa disampaikan Cuddi Kotta Valson, delegasi teknik dari AAA. ”Seharusnya tidak ada masalah dengan isu perlindungan cagar budaya karena hanya menggeser (pembatas) 2 meter. Anda punya stadion, arena atletik, semegah ini. Sayang jika isu itu (cagar budaya) jadi penghalang. Arena ini masuk kelas I, bisa digunakan untuk Kejuaraan Atletik Dunia. Jika menggelar ini, negara Anda masuk peta (atletik) dunia,” tutur Kotta.
Arena panahan
Arena panahan di Senayan juga masih perlu penyempurnaan, di antaranya drainase di lintasan tembak, lorong penghubung ke lapangan tembak, fasilitas penonton, serta ruang tunggu atlet dan media.
Sejumlah peserta asing, seperti Fatin Nurfatehah dari Malaysia, mengeluhkan kondisi lintasan tembak yang tergenang air dan bergelombang. Itu mengganggu konsentrasinya membidik sasaran. Rendahnya langit-langit di tepi lorong penghubung, yang hanya 1,75 meter, membuat sejumlah atlet terantuk kepalanya. Adapun ruang tunggu atlet dan media sangat sempit.
”Kami sudah memberikan catatan kekurangan ini ke Inasgoc (Panitia Penyelenggara Asian Games Indonesia),” ujar Manajer Arena Panahan Tatang Ferry Budiman. (JON)