Di masa lalu, kedua klub itu sangatlah perkasa. Keduanya mengoleksi tujuh trofi Liga Champions, yaitu lima milik Liverpool dan dua sisanya kepunyaan Porto. Seiring waktu berlalu, era kejayaan kedua klub berakhir.
Namun, karisma nama besar keduanya tidak pernah benar-benar sirna. ”DNA” kejayaan Eropa masih terus mengalir di nadi kedua klub itu. Porto dan Liverpool adalah dua dari tiga tim berstatus non-unggulan yang pernah meraih trofi ”si kuping lebar” pada abad ke-21 ini.
Capaian itu dilakukan Porto pada 2004, disusul ”The Reds” setahun berselang. Hanya Chelsea asuhan Roberto Di Matteo pada 2012 yang mampu menandingi prestasi ”kejutan” mereka itu. Tak ayal, satu dekade terakhir, status Porto dan Liverpool di Liga Champions tidak lebih dari tim ”kuda hitam”.
Takdir pun kini memaksa kedua tim itu saling bunuh untuk menjaga reputasi besar mereka. Dalam konteks ini, ”The Reds” lebih diunggulkan dari Porto, yang akan menjalani duel dini hari ini di kandangnya, Stadion Dragon.
The Reds sangat bersemangat menjalani fase gugur Liga Champions pertamanya itu dalam kurun sembilan tahun terakhir. Ya, sejak musim 2008-2009, ketika disingkirkan Chelsea di perempat final, The Reds baru tahun ini merasakan kembali atmosfer di fase gugur Liga Champions.
Liverpool melaju ke babak 16 besar Liga Champions musim ini dengan status sebagai salah satu tim tergarang. Mereka mencetak total 23 gol atau rata-rata 3,8 gol per laga di fase penyisihan grup. Rekor itu hanya bisa dikalahkan tim yang kaya-raya dan salah satu favorit juara, Paris Saint-Germain. PSG mengemas 25 gol.
Tajamnya The Reds tidak terlepas dari peran trisula maut mereka, yaitu Mohamed Salah, Roberto Firmino, dan Sadio Mane. Ketiganya mengoleksi 16 gol di Liga Champions musim ini. Angka gol itu setara koleksi trio PSG, yaitu Edinson Cavani, Neymar, dan Kylian Mbappe.
”Trio menakjubkan itu membuat Liverpool menjadi tim kuda hitam paling berbahaya di Liga Champions musim ini. Ketiganya sangat eksplosif, dinamis, dan tidak kenal takut akan bek lawan,” tulis The National.
Trisula Liverpool itu menjadi ancaman terbesar bagi pertahanan Porto, apalagi mereka tengah pincang. Mereka kehilangan pilar pertahanannya, Felipe, yang terkena skorsing kartu. Partnernya di lini belakang Porto, Ivan Marcano, juga masih diragukan tampil karena masalah kebugaran.
Selain itu, Porto juga terancam tidak bisa diperkuat bomber dan pencetak gol terbanyak, Vincent Aboubakar. Pemain yang mengoleksi 22 gol sepanjang musim ini itu belum seratus persen bugar. Ia hanya mengikuti sebagian sesi latihan, Senin lalu.
Situasi ini tidak menguntungkan Porto, apalagi tamunya bakal datang dengan pasukan terbaik, minus Emre Can yang terkena skorsing kartu. Satu-satunya hal yang menjadi dilema Manajer Liverpool Juergen Klopp adalah pilihan kiper.
Ia bingung memilih antara Loris Karius dan Simon Mignolet untuk diturunkan di laga ini. Pada awal musim, Klopp lebih sering menurunkan Mignolet. Namun, sejak pergantian tahun, posisinya mulai digeser oleh Karius meskipun penggantinya itu tidak tampil cukup konsisten.
Akibat lebih sering dicadangkan, Mignolet lantas mulai menunjukkan gelagat tidak betah di Anfield. Di satu sisi, Klopp tidak ingin kehilangannya. ”Jujur saja, saya belum menentukan pilihan. Namun, yang bakal turun adalah yang siap,” ujar Klopp.
Meskipun di atas kertas jauh lebih diunggulkan, The Reds pantang meremehkan tuan rumah. Mereka tidak jarang tampil lebih galak di ”kandang naga” alias Stadion Dragon. Itu mereka tunjukkan saat menggilas semifinalis musim lalu, AS Monako. Mereka juga selalu menang di tiga laga terakhirnya. (AFP/JON)