JAKARTA, KOMPAS — Panitia Penyelenggara Asian Games Indonesia (Inasgoc) mempertimbangkan usulan pemindahan arena babak final di sejumlah cabang pentas olahraga itu untuk lebih mendorong pariwisata. Salah satu yang dikaji adalah pemindahan arena panahan dari Senayan ke Lapangan Monas, Jakarta.
Usulan memindahkan arena babak final panahan ke Monas itu disampaikan delegasi teknis dari Federasi Panahan Asia (AAF). Mereka berada di Jakarta untuk mengawasi pelaksanaan uji coba kejuaraan panahan Asian Games yang digelar sejak Sabtu (10/2).
”Saya baru mendengar adanya usulan pemindahan arena final di panahan. Ini bisa saja dilakukan, seperti halnya usulan final squash dipindahkan dari Senayan ke Ancol. Namun, banyak hal perlu dipertimbangkan, misalnya aspek penyajian acaranya,” tutur Direktur Arena dan Lingkungan Asian Games 2018 Arlan Lukman, Rabu (14/2), di Jakarta.
Pemindahan arena babak final panahan butuh sejumlah kajian matang, termasuk faktor lingkungan seperti kondisi angin dan sarana pendukung. ”Arena panahan yang kita punya saat ini, kan, sebetulnya salah satu yang terbagus di dunia. Jadi, apa memang perlu dipindahkan? Kita dengar dulu masukan dari delegasi teknis,” ujar Lukman.
Chiu Ping-kun, delegasi teknis dari AAF, mengakui, Arena Panahan Senayan adalah salah satu yang terbaik yang pernah dikunjunginya sejauh ini. Hanya saja, ia menilai pemindahan lokasi final ke Monas dapat memberikan keuntungan ekstra bagi Indonesia, khususnya terkait pariwisata dan publikasi.
”Monas, kan, ikon di negara ini. Bayangkan bagusnya foto dan tayangan yang dihasilkan jika babak final nanti berlatar belakang monumen bersejarah itu. Itu bisa menjadi magnet, daya tarik lebih olahraga ini,” ujar Chiu.
Menurut Tatang Ferry Budiman, Manajer Arena Panahan, digelarnya lokasi final panahan di ikon kota telah menjadi hal lazim di kejuaraan internasional. ”Itu dilakukan di Piala Dunia Panahan, salah satunya di Turki. Pariwisata menjadi salah satu pertimbangan,” ujar mantan atlet nasional panahan itu.
Menurut dia, pemindahan itu sangat mungkin dilakukan. Tribune untuk penonton, misalnya, bisa menggunakan material yang dapat dibongkar pasang. Tribune serupa sebetulnya juga terpasang di Arena Panahan Senayan untuk uji coba Asian Games.
”Namun, bagaimanapun, usulan (pemindahan arena final) itu perlu didiskusikan lebih dulu dengan Pengurus Pusat (Persatuan Panahan Indonesia) dan Inasgoc agar bisa sinkron,” ujar Tatang.
Sementara itu, Wakil Presiden AAF Sanguan Kosavinta keberatan dengan usulan pemindahan final panahan di Asian Games 2018 ke Monas. Salah satu alasan penolakannya adalah aspek aksesibilitas bagi penyandang disabilitas. Menurut dia, tidaklah mudah membuat sarana khusus disabilitas seperti tangga landai itu di arena pertandingan.
Saat ini, sarana itu telah tersedia di Arena Panahan Senayan. ”Itu (sarana aksesibilitas) sangatlah penting untuk kegiatan sebesar ini. Tidak perlu dipindahkan. Arena di sini (Senayan) sudah sangat bagus dan memadai,” ujar anggota delegasi teknis untuk Asian Para Games 2018 itu.
Tidak cukup
Meskipun dianggap sangat bagus, sejumlah sarana pendukung di Arena Panahan Senayan masih perlu ditingkatkan. Sarana itu antara lain ruangan makan berupa tenda raksasa berukuran 10 meter x 20 meter. Ruangan itu dianggap tidak cukup besar untuk menampung sekitar 360 atlet plus ofisial panahan dari sejumlah negara di Asian Games 2018.
Setidaknya perlu tenda ukuran 20 meter x 20 meter untuk menampung orang sebanyak itu. Masalahnya, saat ini nyaris tidak lagi tersisa lahan luas di Arena Panahan Senayan. Salah satu solusinya menggunakan lahan eks arena hoki di sebelah arena panahan itu. ”Lahannya saat ini memang masih berupa semak belukar. Namun, itu dapat digunakan,” ujar Arlan. (JON)