Tim panahan Indonesia, misalnya, gagal menyumbang emas dari dua nomor andalan, yaitu recurve beregu putra dan beregu campuran yang dipertandingkan di final uji coba Asian Games, Rabu (14/2) di Senayan, Jakarta.
Pasangan unggulan Indonesia, Riau Ega Agata Salsabila dan Diananda Choirunisa, takluk dari pasangan campuran asal Taiwan, Chun Heng Wei dan Chia Mao Peng, dengan skor 3-5.
Kekalahan dengan skor sama dialami tim recurve beregu putra Indonesia dari Taiwan. Pada nomor ini, tim pelatih panahan Indonesia menurunkan kombinasi atlet putra senior dan muda. Mereka adalah Riau Ega, Aviyanto Bagas Prasetyadi, dan Okka Bagus Subekti.
Menurut Denny Trisyanto, pelatih tim panahan Indonesia, kurang maksimalnya pencapaian tim Merah Putih salah satunya karena rusaknya peralatan panah para atlet. ”Peralatan panah itu sangat penting. Alat yang rusak juga akan memengaruhi kualitas atlet,” ujar Denny saat ditemui seusai lomba.
Mayoritas kerusakan peralatan panah atlet Indonesia itu terjadi pada busur. Alat terpenting di olahraga panahan yang mereka pakai itu mengalami keretakan, sebagian mulai pecah-pecah. Kerusakan busur dapat mengurangi dan mengganggu laju anak panah yang dilepaskan mereka.
”Seharusnya, pada Desember lalu, peralatan panah untuk atlet sudah tersedia. Kami telah meminta pengadaan alat sejak Oktober 2017 atau sebelum Satlak Prima dibubarkan. Namun, sampai sekarang, peralatan tersebut belum kami terima. Hal ini akan sangat mengganggu persiapan para atlet jika itu tidak segera dipenuhi,” tutur Denny.
Kerusakan peralatan panah juga diakui oleh sejumlah atlet, di antaranya Akbar Yoke Rizaldi dan Bonita Yurike Nina. Pasangan ini meraih perunggu di nomor compound beregu campuran seusai mengalahkan pasangan Thailand, Nitiphum Chatachot dan Suvaporn Anutaraporn.
Honor
Sejumlah atlet dan pelatih tim panahan Indonesia juga belum menerima honor Januari. Wakil Ketua Bidang Pembinaan Prestasi Pengurus Pusat Persatuan Panahan Indonesia (PP Perpani) Tatang Ferry Budiman mengakui, anggaran pelatnas panahan belum cair. Salah satu penyebabnya terkait revisi pengajuan anggaran pelatnas.
PP Perpani sebetulnya mengusulkan 16 nama atlet untuk masuk program pelatnas, tetapi hanya separuhnya yang diloloskan Kementerian Pemuda dan Olahraga. Padahal, di lain pihak, Perpani ditargetkan meraih dua medali emas di Asian Games.
Belum cairnya honor bulanan juga diakui sejumlah pelatih atletik, salah satunya Eni Nuraini. Padahal, Eni terus bekerja untuk mendorong prestasi atlet. Berkat polesannya, Indonesia pada Rabu meraih emas di nomor lari estafet 4 x 400 meter putra.
Capaian waktu yang dicetak kuartet pelari cepat Yaspi Boby, Eko Rimbawan, Fadlin, dan Muhammad Zohri itu bahkan hanya terpaut 0,02 detik dari rekor nasional yang diukir di SEA Games Malaysia 2017. ”Ini belum bisa jadi ukuran (prestasi) di Asian Games karena banyak pesaing hebat absen. Saat ini latihan kami pun masih di tahap persiapan umum,” ujar Eni.
Ketua Kontingen Indonesia untuk Asian Games 2018 Komisaris Jenderal Syafruddin saat ditemui di Senayan berharap pengadaan peralatan tanding segera direalisasikan guna mendongkrak prestasi. Menurut dia, sistem anggaran olahraga saat ini lebih baik dari sebelumnya.
Sekretaris Kemenpora Gatot S Dewa Broto lewat siaran pers menjelaskan, anggaran untuk 28 cabang sudah dicairkan. Sebelas cabang lain, seperti panahan dan atletik, menunggu proses di Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara. (DD15/JON)