JAKARTA, KOMPAS — Tiga karateka nasional yang dikirim ke Liga Primer Dunia (WPL) di Dubai, Uni Emirat Arab, belum dapat memperbaiki peringkat dunianya karena tersingkir di babak awal. Padahal, mereka ditargetkan bisa meraih peringkat 30 besar hingga akhir 2019 agar dapat tampil di Olimpiade Tokyo 2020.
WPL seri Dubai berlangsung Jumat-Minggu (16/2). Tiga karateka nasional yang dikirim ke sana adalah Dessyinta Rakawuni Banurea (peraih perunggu SEA Games 2017 kelas +68 kilogram putri), Iwan Bidu Sirait (peraih emas SEA Games 2017 -55 kg putra), dan Krisda Putri (peraih medali perak WPL Dubai 2017). Dessyinta sejauh ini berada di peringkat ke-46, Iwan di peringkat ke-76, dan Krisda di peringkat ke-50.
Dalam pertarungan perdananya, Jumat lalu, Krisda dan Iwan langsung tersingkir. Krisda mengalami kekalahan telak 0-5 dari karateka Turki, Dilara Eltemur. Sebelumnya, Krisda dinyatakan menang walkover (WO) pada laga pertama atas Nasiri Aya, karateka Maroko berperingkat 20 dunia. Sementara Iwan yang turun di kelas -60 kg kalah 1-2 dari Alpysbey Kaisar asal Kazakstan.
Pada pertarungan kemarin, Dessyinta juga harus mengakui keunggulan lawannya, Coppola Neri Alessia, karateka asal Italia. Meski di akhir pertarungan keduanya membukukan skor imbang, 1-1, Alessia dinyatakan menang karena memperoleh angka lebih dulu. Dengan demikian, Dessyinta dinyatakan kalah sonsu.
Sebelum tampil di WPL seri Dubai, ketiga karateka tersebut juga menjalani WPL seri paris, Perancis, Januari lalu. Saat itu, ketiganya juga menelan kekalahan pada pertarungan perdana mereka.
Omita Olga Ompi, salah satu pelatih pada pemusatan latihan nasional Pengurus Besar Federasi Olahraga Karate-Do Indonesia (PB FORKI), yang mendampingi ketiga karateka tersebut ke Paris dan Dubai, hingga berita ini diturunkan, masih belum dapat dihubungi untuk memberikan analisis atas kekalahan ketiga karateka asuhannya tersebut.
Evaluasi
Madju Dharyanto Hutapea, Komandan ASEAN Martial Arts Games 2008, menyayangkan kekalahan ketiga karateka yang juga dipersiapkan untuk ajang Asian Games 2018 tersebut. Apalagi, kekalahan mereka itu terjadi pada pertarungan pertama.
Menurut dia, PB Federasi Olahraga Karate-Do Indonesia perlu mengevaluasi dan mempertimbangkan untuk mengakomodasi kembali empat karateka nasional yang sempat mundur dari pelatnas akibat konflik internal.
"PB FORKI harus lakukan islah dan segera merangkul keempat karateka yang meninggalkan pelatnas terbatas FORKI. Hal itu penting kalau ingin target meraih medali terwujud pada Asian Games mendatang," katanya.
Seperti diberitakan sebelumnya, keempat karateka yang mundur adalah Srunita Sari Sukatendel, Cok Istri Agung Sanistyarani, Sisilia Agustiani Ora, dan Ahmad Zigi Zaresta.
Madju yang juga mantan kepala Bidang Pembinaan Prestasi PB FORKI menilai, tanpa kehadiran keempat karateka itu, peluang meraih medali Asian Games menjadi berkurang. (NIC)