Belum Masukkan SK Pelatnas, Menpora Panggil Ketua Umum Forki
Oleh
Korano Nicolash LMS
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Akibat belum memasukkan Surat Keputusan Pelatnas Asian Games 2018 hingga Senin (19/2), Menpora Imam Nahrawi akhirnya langsung memanggil Ketua Umum PB FORKI Jenderal (Purn) TNI Gatot Nurmantyo.
Panggilan tersebut tertuang dalam surat tertanggal 19 Februari atau Senin (19/2) dengan sifat sangat mendesak, dengan hal permohonan penjelasan pelatnas karate.
Dalam surat yang ditandatangani Sekretaris Menpora Gatot S Dewa Broto dengan tembusan kepada Menpora tersebut ditegaskan, pemanggilan itu berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun 2017 tentang Peningkatan Prestasi Olahraga Nasional.
Itu sebabnya Menpora meminta penjelasan terkait pelatnas karate pada Rabu (21/2) pukul 10.00 di Ruang Rapat Menpora, Gedung Graha Kemenpora Lantai 10, Jakarta.
Madju Dharyanto Hutapea, Komandan Martial Arts Games 2008, kepada Kompas, Selasa malam, membenarkan langkah Menpora. ”Sebab, dengan memanggil Ketua Umum, Jenderal (Purn) TNI Gatot Nurmantyo, semua persoalan akan terang-benderang.”
Sebab, kata Madju, ”Kalau hanya diwakili Sekjen PB FORKI Lumban Sianipar, tidak akan ada jalan keluar meskipun Lumban Sianipar mengaku mendapat mandat sebagai penanggung jawab pelatnas Asian Games yang sebenarnya menjadi tugas Bidang Pembinaan Prestasi BP FORKI.”
Tentu, lanjutnya, ”Mantan Panglima TNI itu bisa menjelaskan juga kepada Menpora setelah dia memercayakan Sekjen, justru sudah empat karateka terbaik berikut tiga pelatih mengundurkan diri, termasuk Frans Nurseto, penyusun program kerja Satlak Prima dulu.”
Itu sebabnya, tambah Nurseto, yang baru 1 Februari lalu mengundurkan diri dari pelatnas dan PB FORKI, ”Keputusan yang dibuat Sekjen selama ini tidak sesuai dengan isi rapat.”
Jangankan untuk isi rapat, ”Saya saja difitnah Sekjen. Kepada media massa dan elektronik, Sekjen berani membuat kebohongan publik, dengan menyatakan saya yang sudah mengundurkan diri, tetapi tiga jam kemudian meneleponnya kembali untuk masukkan nama saya sebagai pelatih Pelatnas Asian Games.”
Padahal, kata Nurseto yang gelar guru besarnya tertunda akibat sibuk di Pelatnas PB FORKI, ”Dia minta saya menjadi tim manajer. Kalau saya mengundurkan diri, kemudian minta menjadi pelatih, kan, malah turun itu. Makanya, Sekjen telah membuat kebohongan publik, dengan menyatakan saya mengemis minta jabatan. Saya ini karateka, tidak mungkin saya menjilat ludah sendiri.”
Memang dalam jumpa pers PB FORKI, Senin (12/2), kepada wartawan, Lumban mengungkapkan dirinya ditelepon Nurseto hanya tiga jam setelah pengunduran diri Nurseto dari Pelatnas Asian Games dan anggota pengurus Bidang Pembinaan Prestasi PB FORKI.
Kepada Kompas, Lumban juga menegaskan bahwa dirinya akan menyerahkan SK Pelatnas Karate Asian Games PB FORKI, Rabu (21/2).
Padahal, sesuai janjinya saat bertemu Deputi IV Bidang Peningkatan Prestasi Olahraga Kemenpora Mulyana, Kamis (15/2) lalu, SK tersebut harusnya diserahkan Senin (19/2).
”Makanya besok (Rabu 21/2) ini saya akan ke Kantor Menpora untuk menyerahkan SK, didampingi pelatih kepala Syamsuddin,” katanya.
SK Pelatnas FORKI ditunggu karena Menpora mau nama keempat karateka terbaik Indonesia yang mundur dari pelatnas terbatas FORKI, 5 Januari lalu, yang sudah dipersiapkan FORKI untuk bisa tampil ke Olimpiade 2020 Tokyo, harus dimasukkan.
Memang hanya keempat karateka itu yang berpeluang mempersembahkan medali di Asian Games 2018. Di samping itu, mereka memiliki peringkat dunia di bawah 50 besar.
Mereka adalah Srunita Sari Sukatendel, peraih medali emas SEA Games 2017 nomor kumite -50 kg putri yang kini peringkat ke-8 dunia, Cok Istri Agung Sanistyarani, peraih emas SEA Games 2017 -61 kg putri, peringkat ke-11 dunia.
Kemudian Sisilia Agustiani Ora, kata perseorangan putri peringkat ke-11 dunia, dan Ahmad Zigi Zaresta Yuda, kata perseorangan putra peringkat ke-25 dunia. Keduanya peraih medali perak SEA Games 2017.