Mohamed Salah, Idola Baru Liverpool
Mo Sa-la-la-la-lah/Mo Sa-la-la-la-lah/If he’s good enough for you he’s good enough for me/If he score another few then I’ll be Muslim too/ If he’s good enough for you he’s good enough for me/He’s sitting on the mosque that’s where I wanna be/ Mo Sa-la-la-la-lah/Mo Sa-la-la-la-lah...
Nyanyian yang dikumandangkan puluhan suporter ”The Reds” Liverpool itu langsung viral dengan penonton dunia maya mencapai sekitar 200.000. Dalam beberapa hari, nyanyian ini mengundang perhatian dunia dan menjadi trending topic di beberapa kanal media sosial.
Syair lagu yang unik ini dinyanyikan fans The Reds di Porto dan ditujukan kepada Mohamed Salah, bintang Liverpool asal Mesir, selepas laga putaran 16 besar Liga Champions di Estadio Dragao, kandang FC Porto, sang juara Liga Portugal, tengah pekan lalu.
Tentu syair unik nyanyian para Liverpudlian (sebutan pendukung Liverpool FC) mengundang tanggapan pro dan kontra. Maklum, karena ada selipan masalah yang cukup sensitif, isu perpindahan agama. Sebagian tanggapan menilai nyanyian itu agak berlebihan, tetapi sebagian besar lainnya merespons positif dengan memuji kebesaran jiwa para pendukung LFC.
Salah satu komentar dilontarkan Mariya Shah dari Universitas London: ”Penggemar Liverpool telah berbuat banyak untuk meningkatkan hubungan antar-ras sejak kehadiran Mo. Mereka terkenal punya selera humor yang tinggi. Mo telah membuat semua pendukung LFC terpesona, mereka sangat memuja Mo….”
Dia merayakan gol dengan bersujud di lapangan, menunjukkan terima kasihnya kepada Sang Pencipta, sebuah selebrasi yang mengundang simpati, bukan saja publik Liverpool, melainkan juga publik Inggris.
Terlepas dari pro dan kontra yang selalu mewarnai unggahan apa pun di dunia maya, sosok Mo Salah memang paling menonjol di balik cemerlangnya penampilan pasukan Juergen Klopp. Musim ini, Salah telah mencetak 30 gol di semua kompetisi, hanya satu gol tertinggal dari Luis Suarez yang mencetak 31 gol pada musim 2013-14.
Di Liga Primer, Salah (22 gol) bersaing ketat dengan striker Tottenham Hotspur, Harry Kane (23 gol), di daftar pencetak gol terbanyak, sebuah pencapaian yang belum pernah diraih pemain asal Arab atau Mesir di kompetisi paling masyhur tersebut sebelumnya.
Awal bulan ini, pemain kelahiran Nagrig, Mesir, 15 Juni 1992, itu dimahkotai sebagai striker dengan kaki kiri paling mematikan setelah mencetak gol melawan Southampton. Ini berarti dia hanya butuh satu lagi gol kaki kiri untuk mematahkan rekor Robbie Fowler, juga legenda Liverpool, yang mencetak 19 gol dengan kaki kiri pada musim 1994-95 menurut laman resmi Liga Primer.
Boleh dibilang, setahun terakhir ini memang berkah yang melimpah bagi Salah, seorang anak desa yang bekerja sangat keras mewujudkan mimpinya menjadi bintang lapangan hijau. Salah menjadi idola di Anfield tidak hanya karena gol-golnya, tapi juga karakternya yang rendah hati, selalu tersenyum, dan berteman dengan siapa saja.
Dia merayakan gol dengan bersujud di lapangan, menunjukkan terima kasihnya kepada Sang Pencipta, sebuah selebrasi yang mengundang simpati, bukan saja publik Liverpool, melainkan juga publik Inggris.
Masa getir di Chelsea
Sebelum bergabung dengan pasukan ”Merah” di Anfield, publik sepak bola tidak terlalu memedulikan sosok berjanggut dengan rambut gimbal ini. Orang hanya mengingat Salah sebagai pemain yang gagal bersinar bersama Chelsea dan kemudian ”dibuang” ke Italia oleh pelatih ”The Blues” kala itu, Jose Mourinho.
Ingatan tentang Salah terhadap Chelsea memang kelam, dan bahkan mungkin paling pahit sepanjang sejarah hidupnya sebagai pemain bola.
Salah nyaris tak pernah menjadi bagian dari rencana Mourinho di The Blues kala itu. Dalam satu setengah tahun yang getir, dia hanya dimainkan enam kali sebagai starter dan tujuh kali sebagai pemain pengganti dengan total hanya 530 menit. Salah bahkan diberi label sebagai satu ”kegagalan” terburuk di Liga Primer.
Meski dianggap gagal, penyelidikan lebih dalam setelahnya menjelaskan, sebagai pemain, Salah tetap berkembang kedewasaannya. Fakta lain menunjukkan, saat itu Salah harus bersaing dengan sejumlah bintang di posisi penyerang sayap kanan bersama dengan Juan Cuardado, Andre Schurrle, Kevin de Bruyne, bahkan juga Marko Marin yang sejatinya bukan pemain serang sayap kanan.
”Namun, tak hanya Salah yang kemudian harus pergi, De Bruyne pun pergi,” ujar Pat Nevin, mantan pemain Chelsea, kepada BBC Sports.
Menurut Nevin, meski kemudian tersingkir dari The Blues, pengalaman Salah dalam bersaing dengan para bintang yang lebih senior membuatnya semakin matang dan dewasa saat ”terbuang” ke Italia dan kemudian bergabung dengan Fiorentina dan AS Roma.
”Salah punya kekuatan mental untuk menggapai cita-citanya. Dia telah menjelma menjadi pemain berkualitas saat hijrah ke Italia dan tumbuh semakin dewasa di Italia, secara taktik dan sebagai manusia,” papar Nevin.
Berkat ”sekolah taktik dan strategi Italia” itu pulalah, Salah dengan cepat menyerap rencana permainan Klopp saat dia bergabung di Anfield, musim panas lalu. Di tangan Klopp, bakat hebatnya—yang sebenarnya sudah terlihat sejak masih menjadi pemain remaja di Mesir—menemukan lahan yang tepat untuk bersemi sebagai bintang.
Pemain Terbaik Afrika
Februari 2017, Salah yang sudah menjadi andalan timnas Mesir gagal membawa negara itu menjadi juara Afrika setelah kalah di final melawan Kamerun. Namun, delapan bulan kemudian dia membawa Mesir untuk pertama kalinya lolos ke Piala Dunia sejak 1990.
Atas penampilannya yang gemilang, pemain yang dibeli Liverpool dari AS Roma dengan mahar ”hanya” 34 juta pound sterling (Rp 648 miliar) itu dinobatkan menjadi Pemain Terbaik Afrika 2017. Salah menjadi pemain Mesir pertama yang menjadi pemain terbaik se-Afrika setelah Mahmoud el-Khatib pada 1983.
Meski demikian, Salah telah merebut hati rakyat Mesir jauh sebelum dia dinobatkan sebagai Pemain Terbaik Afrika. Maka, saat dia memimpin Mesir kembali ke Piala Dunia, statusnya sebagai ikon Mesir semakin dikukuhkan. Di tempat kelahirannya, kota kecil Basyoun, nama Salah diabadikan di sebuah gedung sekolah dan sebuah jalan utama.
Meski telah menjadi ikon dan pujaan, Salah tetap rendah hati dan dermawan. Januari lalu dia diundang ke istana oleh Presiden Mesir Abdel Fatah el-Sisi yang berterima kasih kepada Salah yang telah menyumbang 200.000 pound sterling (Rp 3,8 miliar) kepada Tahiya Masr, sebuah program pemerintah untuk penguatan ekonomi rakyat. Salah juga menyumbang 30.000 euro (Rp 505 juta) kepada Asosiasi Pemain Veteran Mesir.
”Dia (Salah) sangat membumi dan rendah hati meskipun berstatus superstar,” ujar Marwan Saeed, pengamat sepak bola Mesir, kepada BBC Sports.
Sebagaimana sejumlah legenda sepak bola dunia, faktor terbesar dalam kesuksesan Salah adalah ambisinya yang tak terbendung untuk menjadi yang terbaik di lapangan hijau. Dia tidak saja mengorbankan masa kecil dan remajanya untuk berlatih, tapi membiarkan dirinya diterpa oleh kesulitan-kesulitan untuk menjadikannya manusia tangguh.
Sejak remaja dan bergabung dengan akademi klub Mokawloon, Salah memecut dirinya ekstra keras. Untuk hadir di lapangan latihan akademi, Salah harus menempuh perjalanan darat menggunakan bus selama delapan jam pergi dan pulang. Kadang kala dia harus berbanti-ganti bus sampai lima kali sebelum tiba di tujuan.
”Begitu sampai di rumah, hari sudah larut malam dan harus segera tidur,” ujarnya seperti dikutip majalah World Soccer (Februari 2018).
Pada 25 Desember 2010, Salah melakukan debut bersama tim senior El Mokawloon dan mencetak gol saat menahan imbang tim elite Al Ahly, 1-1. Setelah tampil dalam 38 laga dan hanya mencetak 11 gol, Salah hijrah ke klub Swiss, FC Basel, pada 2012 dengan nilai transfer 2 juta pound sterling (Rp 38 miliar). Di FC Basel, pemain kelahiran 15 Juni 1992 tersebut mulai menunjukkan potensi besarnya sebagai pemain depan meski sering kali kehilangan momentum dan konsentrasi pada detik terakhir untuk mencetak gol.
Manajemen FC Basel kemudian secara khusus menugaskan mantan ujung tombak Swiss, Alex Frei, untuk melatih Salah dan memberikan sesi ekstra untuk meningkatkan ketajamannya. Di bawah pengarahan Frei, Salah mendapatkan banyak sekali kemajuan.
Frei menggambarkan Salah sebagai pemain yang sangat tajam, mematikan, serta punya timing hebat untuk melakukan eksekusi akhir peluang menjadi gol. ”Saya memberinya sesi khusus melakukan tembakan dan berhasil membuatnya semakin efektif di depan mulut gawang,” ujar Frei, yang mencatat 86 kali membela Swiss dengan torehan 42 gol (2001-2011).
Menurut Frei, seperti dikutip World Soccer, Salah menunjukkan dedikasi luar biasa untuk memacu dirinya selalu lebih baik setiap hari. Salah selalu menjadi orang pertama di tempat latihan sebelum rekan setimnya hadir. ”Di lapangan dia agak pendiam, tetapi tidak pernah menolak masukan tim pelatih,” papar Frei yang juga mantan andalan FC Basel.
”Maka saya tidak heran kini dia menyandang pemain kelas dunia,” tambah Frei. ”Sejak dia di Italia, bergabung dengan Fiorentina dan AS Roma, Salah telah mendapatkan banyak keuntungan menyerap berbagai macam pengetahuan taktik dan strategi. Itulah mengapa dia langsung bisa menyesuaikan diri secara cepat dengan gaya permainan Klopp di Liverpool,” lanjut Frei yang pernah menjadi andalan klub elite Jerman, Borussia Dortmund.
Menjadi pemain utama di Basel jugalah yang membuat Salah menepis tawaran sejumlah klub ternama seperti Newcastle United, Koeln, dan Espanyol. ”Bersama Basel, saya selalu punya kesempatan menjadi pemain utama dan tampil di Liga Champions,” papar Salah yang mencetak 9 gol dalam 47 laga sebelum bergabung dengan Chelsea pada 2014 saat Mourinho kembali ke klub London barat tersebut.
100 juta pounds
Para analis mengatakan, Mourinho seharusnya menyesali keputusannya ”membuang” Salah yang menurut mantan gelandang Liverpool, Jan Molby, kini berharga tak kurang dari 100 juta pound sterling (Rp 1,9 triliun) dan telah masuk radar klub-klub elite Eropa seperti Real Madrid, Barcelona, dan Paris St Germain.
”Sekarang dia punya daya tawar yang sangat tinggi,” papar Molby. ”Saya hanya bisa membandingkan dia dengan Ousmane Dembele, yang lebih muda dari dia, tetapi gagal menunjukkan kualitasnya di Barcelona yang membelinya dengan harga 135,5 juta pounds,” papar Molby.
Meski diyakini telah masuk radar tim-tim elite Eropa, Murat Yakin, mantan pelatih Salah di FC Basel, mengatakan, bintang Mesir tersebut tidak akan tergesa-gesa meninggalkan Anfield. Yakin meyakini, Salah telah menemukan kebahagiaan di Inggris bersama anak dan istrinya serta sejauh ini berhasil menghindari publikasi media yang berlebihan terhadap kehidupan keluarga dan pribadinya.
”Ketika Anda bahagia di satu klub dan mendapatkan waktu berharga dengan segalanya, tak ada alasan untuk pindah klub,” ujar Yakin. ”Salah sangat fokus pada sepak bola dan dia tidak tertarik hal lain.”
Keyakinan Yakin tentu juga harapan para Liverpudlian yang berharap bintang Mesir tersebut tetap menjadi trio paling mematikan di Liga Primer bersama Roberto Firmino dan Sadio Mane yang secara kombinasi telah menghasilkan 63 gol bagi Liverpool di semua kompetisi musim ini.