Opsi-opsi itu menjadi pertimbangan Pengurus Besar Persatuan Angkat Berat, Binaraga, dan Angkat Besi Seluruh Indonesia (PB PABBSI) menyusul pencoretan kelas 62 kg angkat besi dari Asian Games 2018 oleh Federasi Angkat Besi Asia. Indonesia saat ini sedang berkoordinasi dengan Komite Olimpiade Asia (OCA) supaya kelas 62 kg tetap diperlombakan di Asian Games.
Ketua Bidang Pembinaan Prestasi PB PABBSI Alamsyah Wijaya mengatakan, memainkan Eko di kelas yang berbeda bukanlah pilihan mudah. ”Untuk anak muda, membentuk massa otot bisa dilakukan dengan cepat, tetapi Eko tidak lagi muda. Apabila yang bertambah hanya lemak, kecepatan untuk mengangkat beban akan berkurang dan jumlah angkatan jadi tidak maksimal,” ujarnya, Jumat (23/2).
Selain itu, menurut Alamsyah, untuk bisa bersaing di kelas 69 kg, Eko harus mempunyai jumlah angkatan lebih berat, yaitu 345 kg, atau 28 kg lebih berat dari pencapaian terbaiknya di kelas 62 kg, yaitu total angkatan 317 kg (Olimpiade 2012). Dengan kondisi Eko yang memiliki riwayat cedera lutut, dia tidak bisa dipaksa untuk menjalani latihan berat setiap hari.
Namun, menaikkan kelas dinilai lebih baik daripada memainkan Eko di kelas 56 kg. Penurunan berat badan yang terlalu drastis akan membahayakan kesehatan dan menurunkan kemampuan fisik Eko. Terakhir kali Eko bermain di kelas 56 kg saat meraih perunggu Kejuaraan Dunia 2007.
Selama bermain di kelas 62 kg, Eko telah meraih perak Olimpiade Rio 2016 serta perunggu London 2012 dan Beijing 2008.
”Saat ini semua masih berjuang agar kelas 62 kg tetap dimainkan,” kata Eko yang sejak lima hari lalu dirawat di rumah sakit karena sakit tifus.
Menurut Sekretaris Inasgoc Eris Herryanto, yang paling berhak menentukan nomor pertandingan dalam Asian Games adalah OCA. ”Salah satu bentuk negosiasi adalah dengan tetap memainkan kelas 62 kg serta mengganti pencoretan nomor lain yang kurang menguntungkan,” katanya.
”Daripada menghapus kelas 62 kg yang menjadi andalan Indonesia, sedang diusulkan agar kelas yang dihapus adalah satu kelas putri. Proses ini berjalan melalui KOI (Komite Olimpiade Indonesia). Inasgoc hanya bertugas sebagai penyelenggara (Asian Games),” kata Deputi I Inasgoc Harry Warganegara.
Velodrom
Terkait persiapan arena Asian Games, saat ini pembangunan stadion balap sepeda atau velodrom telah mencapai 85 persen, tiga persen lebih cepat dari target. Saat ini, proyek yang dibangun dengan dana APBD DKI Jakarta senilai Rp 665 miliar itu sudah mulai berbentuk seperti desain. ”Sampai saat ini pekerjaan konstruksi atap, facade (eksterior), serta tribune sudah selesai,” ujar Manajer Proyek Velodrom PT Jakarta Propertindo Iwan Takwin, kemarin.
Adapun para pekerja masih menyelesaikan pemasangan sistem tata cahaya berkekuatan 2.500 lux dan tata suara. ”Akhir bulan ini pemasangan itu selesai,” ujar Iwan.
Penutup atap membran berwarna putih dan kursi di tribune berkapasitas 2.500 penonton juga sudah selesai dipasang.(DNA/HLN/DD15)