JAKARTA, KOMPAS — Seusai mengikuti sejumlah kejuaraan paralayang internasional pada Februari, Senin (5/3), atlet paralayang akan kembali menjalani pemusatan latihan nasional di Gunung Mas, Puncak, Bogor, Jawa Barat. Atlet akan fokus menjalani adaptasi arena dan cuaca di daerah Puncak sehingga bisa meningkatkan konsentrasi saat pendaratan.
Pelatih kepala pelatnas paralayang Gendon Subandono di Jakarta, Minggu (4/3), mengatakan, turunnya intensitas hujan dan cuaca yang mulai mendukung akan dimanfaatkan untuk para atlet menjalani latihan dan simulasi pertandingan.
Sebelumnya, intensitas hujan yang tinggi pada Desember-Februari di daerah Puncak membuat pelatihan menjadi terkendala dan tidak maksimal. Pada kurun waktu tiga bulan tersebut, pelatihan yang dilakukan atlet berfokus pada ketahanan fisik.
”Maret ini cuaca sudah mulai mendukung. Setelah kejuaraan yang diikuti bulan lalu, para atlet akan beradaptasi kembali dengan cuaca di Puncak. Fokus kita, atlet dapat menginjak titik nol (titik pendaratan) secara konsisten saat simulasi,” ujar Gendon.
Menurut Gendon, saat ini, atlet paralayang, baik putra maupun putri, memiliki keunggulan di nomor ketepatan mendarat (accuracy). Hal tersebut terlihat saat Kejuaraan Dunia Paralayang Ketepatan Mendarat 2018 di Tatlisu, Turki, pertengahan Februarai lalu.
Pada kejuaraan tersebut, atlet paralayang Indonesia, Rika Wijayanti, sukses meraih medali emas setelah tercatat paling sedikit meleset dari titik tempat pendaratan, yaitu 9 sentimeter. Rika mengalahkan dua lawan tangguh dari Ceko, Marketa Tomaskova di posisi kedua dan Veronika Culkova di posisi ketiga.
Namun, di nomor lintas alam (cross country/XC), atlet paralayang Indonesia masih perlu meningkatkan kualitas teknik dan mentalnya dari negara-negara lain. Capaian belum maksimal itu terlihat saat tim Indonesia mengikuti Kejuaraan Dunia Paralayang Cross-country (XC) di Bright, Australia, akhir Februari lalu.
”Di nomor lintas alam kita masih perlu berusaha lebih keras jika ingin mengalahkan Korea, India, China, Jepang, dan Nepal. Semoga di nomor lintas alam kita bisa lebih maksimal karena mendapatkan keuntungan dengan pengenalan medan yang lebih lama,” kata Gendon.
Kendala
Selain kondisi cuaca, saat ini atlet masih terkendala peralatan pertandingan. Rika Wijayanti mengakui bahwa ia masih memakai peralatan-peralatan lama. Peralatan tersebut diantaranya yaitu parasut, helm, alat pengaman (harness), alat penunjuk lokasi (GPS), alat pengukur ketinggian (variometer), dan alat pengukur kecepatan angin (windmeter).
Menurut Rika Wijayanti, atlet memang perlu peralatan baru untuk menghadapi Asian Games agar hasil yang didapat lebih maksimal. Rika berharap peralatan baru untuk Asian Games nanti bisa datang lebih cepat karena atlet juga membutuhkan penyesuaian terhadap peralatan tersebut.
Pada Asian Games Agustus nanti, cabang paralayang akan mempertandingkan enam nomor, yakni empat nomor ketepatan mendarat putra-putri (individu dan tim) dan dua nomor lintas alam beregu putra dan putri. Indonesia menargetkan dua emas di nomor ketepatan mendarat.
Sebanyak 18 atlet, yang terdiri dari 10 putra dan 8 putri, masih menjalani pelatnas dan akan mengikuti pelatihan di Kazakhstan pada awal Mei. Pada Juli nanti, ditetapkan 12 atlet yang terdiri dari tujuh putra dan lima putri untuk mewakili Indonesia pada Asian Games. (DD15)