Sinyal positif itu terasa melalui komunikasi antara AWF dan Pengurus Besar Persatuan Angkat Besi, Binaraga, dan Angkat Berat Seluruh Indonesia (PB PABBSI). Dalam komunikasi melalui pesan singkat, Presiden Kehormatan AWF Intarat Yodbangtoey (Thailand) mengatakan, sebagai tuan rumah, Indonesia dapat melakukan apa pun.
”AWF akan mengirimkan surat untuk memainkan delapan kategori (putra), sama seperti Olimpiade Rio de Janeiro 2016. Sekarang Indonesia dapat berbicara dengan OCA. Apabila OCA tidak setuju, itu menjadi tanggung jawab Anda,” tulisnya.
Saat dikonfirmasi mengenai pesan singkat ini, Ketua Bidang Pembinaan Prestasi PB PABBSI Alamsyah Wijaya mengatakan, pernyataan Intarat belum mengikat. ”Karena belum ada keputusan resmi, jadi belum mengikat. Sekarang kami masih dalam posisi menunggu,” ujar Alamsyah di Jakarta, Sabtu (3/3).
Pencoretan kelas 62 kg pada Asian Games tertuang dalam surat edaran AWF tertanggal 11 Februari. Surat itu ditandatangani Presiden AWF Mohamed Yousef Almana (Qatar) dan Sekretaris Jenderal AWF Boossaba Yodbangtoey (Thailand).
Keputusan itu dibuat berdasarkan hasil pemungutan suara yang dilakukan Komite Teknik dan Dewan Eksekutif AWF.
Dari sepuluh suara yang masuk ketika itu, lima suara meminta kelas 62 kg dicoret dengan pertimbangan atlet dapat pindah ke kelas 56 kg atau 69 kg.
Sementara itu sebanyak dua suara meminta penghapusan kelas 56 kg. Adapun masing-masing satu suara meminta pencoretan kelas 105 kg dan +105 kg, serta membentuk kelas baru 94 kg.
Pencoretan satu kelas angkat besi dalam Asian Games dilakukan karena kategori lomba harus dibuat sesuai Olimpiade Tokyo 2020, yaitu terdiri atas 14 kelas. Selama ini angkat besi memainkan 15 kelas, seperti yang terjadi pada Asian Games Incheon 2014 dan Olimpiade Rio de Janeiro 2016.
Alamsyah mengatakan, berbagai cara telah dilakukan untuk memastikan kelas 62 kg tetap dimainkan dalam Asian Games.
Selaku induk organisasi angkat besi, PB PABBSI telah berkomunikasi dengan AWF. Demikian juga Panitia Penyelenggara Asian Games Indonesia (Inasgoc), Komite Olimpiade Indonesia (KOI), dan Kemenpora berbicara dengan OCA.
Alamsyah berharap AWF dapat menganulir surat yang menyatakan pencoretan kelas 62 kg dalam Asian Games dan menerbitkan surat baru.
Sekretaris Jenderal Inasgoc Eris Herryanto mengatakan, ada dua syarat utama untuk memainkan nomor pertandingan dalam Asian Games. Pertama, nomor tersebut berdasarkan hasil sidang pleno Olimpiade Tokyo 2020. Kedua, nomor itu merupakan usulan tuan rumah.
”Sebenarnya OCA sudah banyak menyetujui permintaan kita, seperti menyelenggarakan kejuaraan paralayang yang selama ini tidak pernah masuk dalam Asian Games. OCA juga memenuhi permintaan untuk memasukkan jetski, perahu naga, dan masih banyak lagi,” kata Eris.
Sebagai tuan rumah, menurut Eris, Indonesia bisa mengusulkan nomor pertandingan dalam Asian Games. Namun, Inasgoc merupakan kepanjangan tangan OCA. Sebagai pemegang hak penyelenggaraan Asian Games, keputusan penentuan nomor pertandingan ada di tangan OCA.
Dengan adanya sinyal positif dari AWF, Eris yakin OCA akan memenuhi harapan Indonesia untuk memainkan kelas 62 kg. ”Saya punya keyakinan OCA akan mendengarkan Indonesia. Kita tunggu saja respons resmi mereka,” kata Eris.
Eko Yuli mengatakan, dirinya masih berharap kelas 62 kg dapat dimainkan. ”Kalau memang harus pindah ke kelas 69 kg, ya sudah, jalani saja,” katanya.
Pindah latihan
Sementara itu, tim angkat besi Indonesia berencana pindah tempat pelatnas. Sebelumnya, Eko Yuli dan kawan-kawan berlatih di Markas Komando Pasukan Marinir II di Jalan Kwini 2, Jakarta Pusat. Mulai April, tim angkat besi direncanakan akan pindah ke Pedepokan Angkat Besi Gajah Lampung.
Sekjen PB PABBSI Kutandi Djajalana mengatakan, kepindahan ini dilakukan untuk penyegaran dan faktor kedekatan dengan sang pemilik, Imron Rosadi.
Deputi IV Bidang Peningkatan Prestasi Kemenpora Mulyana mempersilakan angkat besi pindah latihan asalkan hal itu dilakukan benar-benar untuk memenuhi kebutuhan atlet. (DNA)