Wajah Berbeda Madrid
Kemenangan itu membawa Madrid lolos ke perempat final dengan agregat gol 5-2. Madrid membuka peluang menjuarai Liga Champions untuk ketiga kalinya secara berurutan.
Di La Liga, Madrid selalu mengandalkan permainan yang mengurung pertahanan lawan. Semua pemain, termasuk bek, dikerahkan untuk mendominasi permainan sepanjang waktu.
Namun, Manajer Madrid Zinedine Zidane mengubah pola permainan itu dan lebih mengandalkan serangan cepat dengan sedikit pemain di kotak penalti lawan. Pemain bintang seperti Gareth Bale, Luka Modric, dan Toni Kroos digantikan pemain muda seperti Lucas Vazquez, Mateo Kovacic, dan Marco Asensio demi mendapatkan permainan cepat.
Pertahanan ditata lebih kuat dan bek diwajibkan disiplin menjaga wilayahnya karena serangan PSG mematikan. Madrid tak segan mengandalkan serangan balik, senjata alternatif yang sering membantu mereka meraih dua gelar pada musim 2016-2017.
Perubahan pola permainan itu terbukti efektif saat Cristiano Ronaldo mencetak gol pembuka dengan menyundul umpan Vazquez pada menit ke-51. Ronaldo leluasa mencetak gol karena penjagaan oleh bek PSG di kotak penalti tidak terlalu ketat.
Dengan gol itu, Ronaldo menyamai rekor Ruud van Nistelrooy yang selalu mencetak gol pada sembilan laga Liga Champions berurutan. Namun, Ronaldo mencetak 14 gol dan Nistelrooy hanya 12 gol.
Secara total, Ronaldo mencetak 118 gol di Liga Champions dan 57 gol di antaranya di fase gugur. Jumlah itu 19 gol lebih banyak daripada Lionel Messi.
Gol kedua Madrid yang dicetak oleh Casemiro pada menit ke-80 diawali oleh serangan balik yang dimotori Ronaldo. Casemiro datang dari lini kedua memanfaatkan kemelut di kotak penalti untuk mencetak gol.
Gol Casemiro menandakan Zidane mengaktifkan lagi serangan balik sebagai salah satu alternatif senjata melawan tim-tim kuat Eropa. Seperti musim lalu, Madrid juga akan memainkan berbagai variasi serangan cepat dan tidak terpaku pada pola dominasi penguasaan bola.
Di lini pertahanan, kedisiplinan para bek sangat membantu Madrid agar tidak kalah. Banyak peluang Kylian Mbappe dan Edinson Cavani dimentahkan para bek Madrid.
Keberuntungan
Gol Cavani pada menit ke-71 terjadi dengan aroma keberuntungan. Sundulan Javier Pastore ditahan Casemiro, tetapi bola membentur kaki Cavani dan bola menggelinding ke gawang.
Diusirnya Marco Verratti dari lapangan karena menerima dua kartu kuning membuat PSG sulit bangkit. Kekosongan di lini tengah memungkinkan Madrid mendominasi laga pada setengah akhir babak kedua.
”Ini penampilan sempurna. Kami menekan lawan dan menampilkan permainan bagus. Tidak mudah, tetapi kami bermain bagus. Kami layak maju ke babak berikutnya,” kata Zidane.
Di kubu PSG, kekalahan itu membuktikan belanja pemain yang mencapai 1 miliar euro atau sekitar Rp 16,74 triliun sejak 2011 tidak begitu saja dapat membeli trofi Liga Champions. Sejak musim 2012-2013 sampai musim ini, PSG selalu lolos ke Liga Champions, tetapi prestasi terbaiknya hanya perempat final.
Belum padunya Cavani, Mbappe, dan Neymar membuat PSG gagal mengatasi Madrid pada laga pertama. Hal itu diperparah dengan absennya Neymar pada laga kedua.
”Tereliminasi di 16 besar memang mengecewakan, tetapi kalah dari Madrid tak mengecewakan. Mereka layak lolos. Kami harus membangun tim yang dapat menjadi juara di masa depan. Saat datang ke sini, saya yakin tim ini dapat menjuarai Liga Champions. Namun, kami perlu proses. Itu dapat terwujud tahun depan atau setelahnya,” kata Unai Emery, Manajer PSG, yang kontraknya berakhir pada 30 Juni 2018. (AFP/ECA)