MULHEIM-AN-DER-RUHR, KAMIS — Penerapan aturan baru mengenai batasan tinggi servis 1,15 meter dari permukaan lapangan menjadi batu sandungan bagi ganda campuran Hafiz Faisal/Gloria Emanuelle Widjaja pada pertandingan babak pertama turnamen Jerman Terbuka 2018. Dalam laga tersebut, Hafiz/Gloria kalah dari Wang Chi-Lin/Lee Chia Hsin (Taiwan), 17-21, 19-21.
Asisten pelatih ganda campuran Vita Marissa dari Jerman, Kamis (8/3), mengatakan, penerapan aturan baru mengenai batasan servis memengaruhi permainan Gloria. Karena takut dinyatakan fault, Gloria berusaha melakukan servis serendah mungkin. Akibatnya, servis pemain dengan tinggi 184 sentimeter itu justru tanggung.
”Selama bertahun-tahun Gloria latihan servis dengan patokan rusuk terbawah, dan selama itu tidak pernah ada masalah,” kata Vita, dikutip dari laman PBSI.
Menurut Vita, aturan baru tentang servis memang tidak bisa dijadikan alasan kekalahan. Apalagi pemain sudah berlatih untuk beradaptasi dengan aturan baru itu. Namun, penerapan aturan baru itu tergantung dari posisi duduk dan sudut pandang hakim servis.
”Saya perhatikan, hakim servis ada yang (posisi) duduknya maju-mundur. Ini saja sudah mengubah sudut pandangnya terhadap alat pengukur. Semoga BWF mempertimbangkan kembali aturan servis ini,” kata Vita.
Peraturan baru tentang ketinggian servis diterapkan Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF) mulai 1 Maret 2018. Peraturan ini juga akan diterapkan di turnamen besar, seperti All England, Piala Thomas-Uber, dan Kejuaraan Dunia.
Turnamen berlevel BWF World Tour Super 300 Jerman Terbuka menjadi turnamen pertama yang menerapkan peraturan baru terkait servis. Peraturan itu mengharuskan semua bagian kok berada di bawah 1,15 meter dari permukaan lapangan saat berkenaan dengan raket ketika servis. Aturan ini menggantikan aturan sebelumnya yang menggunakan tubuh atlet sebagai indikator batas ketinggian. Aturan sebelumnya, kok harus berada di bawah pinggang atau tulang rusuk terbawah saat dipukul pertama kali, serta kepala raket harus mengarah ke bawah.
Sebelum bertolak ke Jerman, pemain pelatnas PP PBSI melakukan simulasi-simulasi pertandingan dengan menerapkan aturan baru terkait servis. Agar simulasi pertandingan berjalan seperti sungguhan, PP PBSI mengundang wasit untuk menilai gerakan para atlet. Melalui alat pengukur, wasit menilai tinggi dan gerakan servis.
Ketua Bidang Pembinaan Prestasi PP PBSI Susy mengatakan, ada beberapa kelemahan dari penerapan aturan servis, di antaranya tidak ada kepastian berapa jarak pasti antara hakim servis dan alat pengukur. ”Jarak antara hakim servis dan alat memengaruhi sudut pandang, dan akhirnya memengaruhi keputusan, apakah servis atlet fault atau tidak,” katanya.
Kondisi penglihatan hakim servis juga berpengaruh terhadap penilaian. ”Kalau matanya minus atau plus akan memengaruhi pandangan dia. Tentu kami tidak mau atlet dirugikan,” ujarnya.
Pelatih ganda putra Herry Iman Pierngadi memprediksi pertandingan All England pada 14-18 Maret akan berjalan tidak seperti biasanya. Penerapan aturan baru terkait servis akan memengaruhi permainan dan tingkat emosional atlet, terutama pemain-pemain ganda yang banyak mengandalkan pukulan servis.
Oleh karena itu, menurut Herry, simulasi pertandingan menjadi penting. ”Karena sudah pernah menerapkan aturan baru dalam simulasi pertandingan, harapannya atlet bisa bermain lebih tenang dan konsentrasinya tidak mudah buyar saat servisnya dinyatakan salah,” ujarnya. (DNA)