JAKARTA, KOMPAS — Sejumlah pengurus cabang optimistis mampu memenuhi target yang disampaikan Wakil Presiden Jusuf Kalla, yakni Indonesia masuk 10 besar dengan meraih minimal 16 medali emas pada Asian Games 2018. Syaratnya, pemerintah juga memberikan dukungan penuh.
Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Sport Sepeda Indonesia (PB ISSI) Raja Sapta Oktohari menegaskan, pihaknya siap menyumbang empat medali emas untuk mewujudkan target tersebut. Nomor unggulan untuk meraih target itu meliputi BMX, downhill, track, dan supercross.
Optimisme meraih target itu antara lain dengan mempertimbangkan faktor tuan rumah, di mana atlet-atlet Indonesia bisa beradaptasi lebih awal dengan arena Asian Games 2018. Dengan beradaptasi lebih awal, atlet bisa lebih memahami kelebihan dan kekurangan arena sehingga lebih siap saat pertandingan.
Sementara Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Angkat Besi, Binaraga, dan Angkat Berat Seluruh Indonesia (PB PABBSI) Djoko Pramono mengatakan, pada dasarnya semua cabang akan melakukan yang terbaik agar Indonesia meraih hasil optimal di Asian Games 2018. Namun, pemerintah juga perlu memberikan dukungan penuh, antara lain memastikan semua cabang ataupun nomor andalan Indonesia dipertandingkan di Asian Games 2018.
Seperti diketahui, per 11 Februari, Federasi Angkat Besi Asia (AWF) mengirim surat edaran yang menyatakan angkat besi kelas 62 kilogram dihapus dari Asian Games 2018. Keputusan itu merugikan Indonesia karena kelas 62 kg menjadi salah satu andalan tuan rumah untuk mendulang satu emas Asian Games.
”Hal seperti itu seharusnya tidak boleh terjadi. Apalagi Indonesia sebagai tuan rumah, jangan mau cabang andalannya dihapus pada Asian Games 2018,” katanya, Jumat (9/3).
Isu penghapusan nomor andalan Indonesia itu, diakui Djoko, berdampak negatif bagi psikologis atlet. Isu itu secara tidak langsung membuat lifter kelas 62 kg andalan Indonesia, Eko Yuli Irawan, sakit. ”Setelah kasus 62 kg, jangan sampai isu serupa merebak lagi. Ini sangat buruk bagi psikologis atlet. Mereka bisa kehilangan semangat,” katanya.
Menjaga semangat
Menpora Imam Nahrawi mengatakan, demi menjaga semangat bersama, pemerintah telah berupaya lebih baik dibandingkan dengan persiapan ajang multicabang sebelumnya. Kini, pemerintah menggelontorkan langsung anggaran pelatnas ke pengurus cabang, dengan harapan tidak ada lagi kasus gaji telat, uang pengadaan alat latihan dan tanding tidak ada, ataupun anggaran untuk training camp dan uji coba di luar negeri tidak ada.
”Di sisi lain, kami pun menjanjikan bonus lebih besar untuk atlet peraih emas di Asian Games maupun Asian Para Games. Dengan ini, kita berharap semuanya bersemangat dan optimistis meraih target 10 besar dan minimal 16 emas itu,” tegasnya.
Pelatnas karate
Secara terpisah, Pengurus Besar Federasi Olahraga Karate-Do Indonesia (PB FORKI) melibatkan tiga wasit asing dalam seleksi karateka pelatnas yang akan mewakili Indonesia di Asian Games. Mereka memiliki lisensi dari Federasi Karate Dunia (WKF) dan Federasi Karate Asia (AKF).
Ketua Dewan Wasit PB FORKI Donald Pieter Luther Kolopita mengatakan, selain tiga wasit asing itu, ada 11 wasit nasional yang juga terlibat dalam pelaksanaan seleksi.
Saat ini 28 karateka digembleng di pelatnas karate di Lembah Hijau, Ciloto, Jawa Barat. Sekretaris Jenderal PB FORKI Lumban Sianipar menyampaikan, sesuai permintaan Kemenpora, pihaknya mengakomodasi 16 karateka dan 3 pelatih dalam pelatnas Asian Games. Di luar itu, PB FORKI akan mendanai sendiri. (DRI/INA/NIC)