Tantangan Utama Transportasi
Pada penyelenggaraan Asian Games sebelumnya, kota metropolitan dan pelabuhan utama di Korea Selatan, Incheon, diuntungkan dengan adanya stasiun kereta api bawah tanah yang berdekatan dengan 20 arena kejuaraan. Stadion Incheon dan Kompleks Olahraga Munhak, misalnya, berada di seberang stasiun. Meski jarak antararena cukup berjauhan, angkutan umum siap mengangkut penonton. Panitia juga menyiapkan bus untuk mengangkut atlet dan ofisial dari penginapan ke arena kejuaraan.
Ketika menyiapkan Asian Games 2010, kota Guangzhou di China juga membenahi sistem transportasi. Total dana yang dikucurkan mencapai 122,6 miliar yuan atau sekitar Rp 266 triliun. Sebanyak 109 miliar yuan atau Rp 237 triliun digunakan untuk infrastruktur, seperti membangun sistem kereta bawah tanah (Kompas, 11 November 2010).
Dengan waktu dan anggaran terbatas, Indonesia ditantang untuk menemukan solusi terbaik mengatasi masalah transportasi pada Asian Games, terutama untuk mengurai kepadatan arus lalu lintas dari Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta Pusat, menuju berbagai arena kejuaraan yang tersebar antara lain di kawasan Gelora Bung Karno, TMII, GOR POPKI Cibubur, Rawamangun, dan daerah Pondok Indah.
Direktur Transportasi Deputi III Pendukung Pertandingan Panitia Penyelenggara Asian Games Indonesia (Inasgoc) Ipung Purnomo mengatakan, menjadi tuan rumah ajang olahraga sekelas Asian Games merupakan tantangan besar karena Indonesia akan menjamu sekitar 9.000 atlet dari 45 negara di Asia. Jumlah ini hanya terpaut sedikit dibanding peserta Olimpiade yang diikuti 11.000-an atlet dari 200 negara. Jumlah itu belum termasuk ofisial kontingen dan wartawan.
”Kalau menggelar konferensi internasional, seperti Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Afrika, meski tamunya banyak, tempat yang dituju hanya satu. Standar operasional dan koordinasi di lapangan juga jelas, jadi tidak terlalu ruwet. Kalau Asian Games, ini pengalaman pertama,” ujar pria yang pernah menjabat Kasat Patwal Polda Metro Jaya itu.
Untuk urusan transportasi pada Asian Games, Inasgoc bekerja sama dengan kepolisian, Dishub DKI Jakarta, dan Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT). Tim ini harus mengatur transportasi atlet dan ofisial, pengawalan tamu VVIP, serta pergerakan penonton.
Berbagai persiapan dilakukan, seperti menyiapkan 600 bus untuk atlet dan ofisial, melakukan simulasi perjalanan, membangun trotoar, serta melengkapi kendaraan dengan aplikasi navigasi perjalanan. Inasgoc juga akan melatih pengendara bus agar perilaku mereka dapat mencerminkan wajah Indonesia yang tertib dan teratur.
Skenario perjalanan
Ketua Inasgoc Erick Thohir meminta Pemerintah Provinsi DKI Jakarta merekayasa arus lalu lintas agar perjalanan atlet dari Wisma Atlet Kemayoran ke sejumlah arena maksimal 34 menit. Adapun toleransi maksimal dari Dewan Olimpiade Asia (OCA) adalah 45 menit.
Akhir tahun lalu OCA melakukan simulasi perjalanan dari wisma atlet ke GBK. Saat itu waktu tempuh tercatat lebih dari batas toleransi maksimal. Dishub DKI Jakarta lalu mencoba sendiri simulasi waktu tempuh pada akhir Januari 2017. Kali ini dengan pengawalan sehingga tercapai waktu tempuh rata-rata 35 menit. Hasil simulasi itu kemudian diterapkan dalam uji coba Asian Games, 8-15 Februari.
Direktur Lalu Lintas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Halim Pagarra mengungkapkan, dari hasil uji coba Asian Games, waktu tempuh dari wisma atlet ke arena pertandingan, yakni
35 menit, sudah tercapai. Waktu tempuh itu dicapai dengan rekayasa penutupan jalan di beberapa titik dan rombongan
atlet mendapat prioritas di jalan tol.
Namun, dalam uji coba Asian Games tersebut, muncul keluhan dari rombongan atlet yang terjebak macet. Kontingen basket Thailand, misalnya, menempuh perjalanan 1 jam 30 menit dari wisma atlet ke Hall Basket Senayan di dalam kompleks GBK.
Dari hasil evaluasi uji coba, Dishub DKI menyusun sejumlah skenario perjalanan untuk diterapkan saat Asian Games nanti. Wakil Kepala Dishub DKI Jakarta Sigit Wijatmoko menyebutkan, skenario yang bisa diterapkan antara lain melakukan contraflow di jalan tol atau perjalanan melawan arus lalu lintas di jalur sebelahnya. Upaya lain dengan rekayasa atau melakukan pengalihan lalu lintas.
Sementara untuk pengaturan perjalanan selepas tol, Dishub DKI membuat pembagian zonasi. Area GBK ditetapkan sebagai ring 1 (area utama) yang harus steril dari kendaraan bermotor. Ring 2 adalah jalan-jalan lingkungan area GBK. Sementara ring 3 adalah jalan-jalan besar di sekitar GBK mulai dari Gerbang Pemuda hingga Asia Afrika.
Masyarakat akan diedukasi untuk tidak menggunakan kendaraan pribadi ke arena kejuaraan. ”Karena kalau mau mencari parkir juga sulit. Tidak mungkin parkir di mal karena pasti penuh,” ujar Ipung.
Herry Trisaputra Zuna, Kepala BPJT, menjelaskan, contraflow di jalan tol bisa dilakukan dengan catatan Dishub DKI berkoordinasi dengan kepolisian untuk memantau situasi jalur.
Koordinasi dan pengawalan dari kepolisian perlu dilakukan mengingat kepadatan tol dalam kota saat ini mencapai 70.000 kendaraan per hari. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah masih berlangsungnya pembangunan MRT dan penataan trotoar di Jalan Sudirman-MH Thamrin. (Wisnu Aji Dewabrata/Adrian Fajriansah/ Helena F Nababan)