Pada laga di Stadion Emirates, Minggu (11/3), barisan bek Arsenal seperti Rob Holding dan Sead Kolasinac tampil lebih garang dalam meladeni barisan penyerang tim tamu. Bek tengah Shkodran Mustafi bahkan ikut menyumbang gol. Dua gol Arsenal lainnya dicetak Pierre-Emerick Aubameyang dan Henrikh Mkhitaryan.
Kiper gaek Arsenal, Petr Cech, tidak kalah ngotot. Ia menepis tendangan penalti Watford yang dieksekusi kapten tim, Troy Deeney, pada menit ke-71 laga ini.
Itu menjadi kemenangan pertama ”The Gunners” dalam empat laga terakhir di Liga Inggris. Untuk pertama kali pula di tahun ini, mereka tak kebobolan di Liga Inggris. Perlahan tapi pasti, The Gunners kembali bernyali.
Kemenangan itu jadi pembalasan dendam Arsenal atas Watford, khususnya Deeney. Jelang duel itu, sejumlah media Inggris menayangkan ulang pernyataan Deeney yang menyebut Arsenal adalah tim ”cojones” alias tidak bernyali dan kalah ngotot.
Pernyataan itu disampaikan Deeney untuk membalas komentar Manajer Arsenal Arsene Wenger yang mencemooh gol penaltinya di duel kedua tim sebelumnya di Vicarage Road pada Oktober 2017. Ketika itu Arsenal dibekap Watford, 1-2, setelah unggul lebih dulu berkat gol bek Per Mertesacker.
Deeney menilai kemenangan Watford itu diraih berkat mental kuat, bukan hadiah dari wasit. ”Kekalahan mereka itu bukan karena penalti. Mereka tidak cukup nyali untuk menang. Itu sering terjadi ketika menghadapi mereka,” ujar Deeney ketika itu, seperti dikutip The Guardian.
Pernyataan Deeney itu dikuatkan hasil pertemuan kedua tim sebelumnya. Pada duel di Emirates tahun lalu, Arsenal kembali dijungkalkan Watford, 1-2. Deeney lagi-lagi menyumbang gol.
Diakui gelandang Arsenal, Jack Wilshere, timnya memang sempat tampil di bawah standar dan kurang ngotot. Masalah mental itu juga terjadi sepanjang pekan lalu, yaitu ketika menjalani pekan buruk yang berujung empat kekalahan beruntun di berbagai kompetisi.
”Kami sadar tampil tidak cukup (baik) pekan lalu. Namun, itu bukan berarti kami tidak bernyali. Kami selalu berupaya tampil lebih baik dan kembali meraih kemenangan,” ujar Wilshere.
Tekad itu mulai dipraktikkan Arsenal saat menggilas AC Milan di laga tandang babak 16 besar Liga Europa, Kamis lalu. Kemenangan 2-0 itu telah mengangkat mental The Gunners.
Kembali punya amunisi
Tim berjuluk ”Meriam London” itu kini punya amunisi atau tujuan besar mengakhiri musim ini. Mereka ingin kembali tampil di Liga Champions musim depan. Ada dua rute menuju panggung sepak bola antarklub terglamor sejagat itu, yaitu finis keempat di Liga Inggris atau meraih trofi juara Liga Europa.
Jalan menuju peringkat empat besar di Liga Inggris sangat terjal dan sulit. Mereka kini masih terbenam di peringkat keenam dengan koleksi 48 poin dari 30 laga. Artinya, mereka masih tertinggal sepuluh angka dari tim penghuni peringkat keempat saat ini, Tottenham Hotspur.
Jalur Liga Europa menjadi opsi yang lebih menarik. Selain menawarkan trofi yang tentu sangat diharapkan Wenger dan suporter Arsenal, Liga Europa juga bisa menjamin tiket langsung ke fase penyisihan grup Liga Champions musim depan.
Adapun jika finis keempat di Liga Inggris, The Gunners masih harus melewati jalan berliku, yaitu bertarung dulu di babak play off untuk merebut tiket ke penyisihan grup Liga Champions.
Terkait hal itu, Arsenal patut meniru Manchester United. MU memilih fokus mengejar trofi Liga Europa dan sebaliknya melepas Liga Inggris di musim lalu. Tak ayal, mereka kini bisa tampil di fase 16 besar Liga Champions meskipun hanya finis keenam di Liga Inggris tahun lalu.
Sementara itu, tim sekota Arsenal, Chelsea, mengalahkan Crystal Palace, 2-1, di Stamford Bridge, Minggu dini hari WIB. Kemenangan tersebut diraih berkat penampilan gemilang Willian yang mencetak gol pembuka Chelsea.
Gol itu seolah menegaskan kian tajamnya Willian. Penyerang sayap asal Brasil itu kini menjadi mesin gol ”The Blues”. Ia mengemas lima gol dalam lima laga terakhir Chelsea. Itu menjadi modal The Blues menghadapi laga kedua babak 16 besar kontra Barcelona di Camp Nou, Kamis (15/3) dini hari WIB. (AFP/JON)