Teknik dan gerakan yang belum sempurna itu membuat atlet-atlet atletik Indonesia kurang bisa bersaing dengan negara-negara unggulan. Kesenjangan itulah yang coba dikejar oleh 16 atlet atletik nomor lari jarak dekat dan lempar, yang diproyeksikan mewakili Indonesia di Asian Games Jakarta-Palembang 2018.
Pemusatan latihan kembali dipusatkan di Stadion Madya, kompleks Gelora Bung Karno, Jakarta, mulai Selasa (13/3). Stadion itu terakhir kali digunakan untuk pelatnas pada 2016. Stadion kemudian ditutup dua tahun karena renovasi. Selama renovasi, pelatnas atletik tersebar di beberapa lokasi, seperti Stadion Rawamangun, Jakarta, dan Stadion Pakansari, Bogor.
Ketua Pengurus Besar Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PB PASI) Bob Hasan, kemarin, mengatakan, para atlet akan beradaptasi kembali dengan lapangan dan fokus pada pengembangan teknik. Bob mengakui, kelemahan atlet Indonesia yang paling signifikan bukan terletak pada fisik, melainkan gerakan dan teknik yang tidak sempurna.
”Atlet yang kurang kuat tetapi tekniknya sempurna akan menang atas atlet yang kuat tetapi tekniknya tidak begitu baik. Jadi, banyak yang bisa dimanipulasi jika atlet bisa menguasai teknik dengan sempurna,” ujar Bob.
Guna mengembangkan teknik para atlet, PASI mendatangkan pelatih Harry Mara asal Amerika Serikat yang dinobatkan sebagai pelatih terbaik Asosiasi Internasional Federasi Atletik 2016.
Gerakan dan teknik yang belum sempurna itu juga diakui para pelatih dan atlet di setiap nomor. Di nomor 4 x 100 meter estafet putra, para atlet masih lemah dalam gerakan saat mentransfer tongkat.
”Teknik seperti ayunan tangan dan kepercayaan terhadap teman harus diperkuat. Dampak jika tidak menguasai teknik ini sangat signifikan. Kita salah sedikit di penukaran tongkat saja sudah tertinggal jauh dari lawan,” ujar atlet estafet 4 x 100 meter putra Fadlin Ahmad.
Fadlin dan ketiga atlet lainnya di nomor 4 x 100 meter estafet putra menargetkan bisa mencatatkan waktu 38 detik. Saat ini rekor kecepatan lari mereka adalah 39,07 detik dengan rata-rata kecepatan setiap pelari 10,5 detik.
Kendala peralatan
Di nomor loncat galah, atlet masih perlu mengembangkan teknik seperti kecepatan berlari dan kekuatan saat mengayunkan galah. Selain itu, kurangnya peralatan seperti galah yang berukuran lebih dari 4,6 meter juga menjadi kendala para atlet.
”Kita tidak bisa mengembangkan teknik secara lebih karena galah yang kita miliki hanya berukuran 4,6 meter, sedangkan galah 4,75 meter sudah pecah. Kita bisa memaksimalkan pelatihan jika atlet dapat menggunakan galah sepanjang 4,75 meter atau 4,9 meter,” tutur pelatih loncat galah Saini.
Atlet loncat galah putra Idan Fauzan Richsan saat ini dapat meloncat setinggi 5,2 meter dengan galah sepanjang 4,6 meter. Saini menargetkan Idan dapat meloncat setinggi 5,4 hingga 5,5 meter dengan galah 4,75 meter. Target itu mendekati catatan peraih emas Asian Games 2014, atlet China, Xue Changrui, dengan loncatan setinggi 5,55 meter. Sementara rekor Asian Games masih dipegang atlet Kazakhstan, Igor Potapovich, dengan loncatan setinggi 5,65 meter yang dicetak di Hiroshima 1994.
”Kurangnya galah sudah disampaikan ke PB (PASI) dan sekarang sudah dipesan. Pelatihan saat ini kita coba memaksimalkan Idan menggunakan awalan pendek, seperti 8, 10, atau 12 langkah,” ujar Saini.
Pada Asian Games 2018, cabang atletik memainkan 48 nomor. Kontingen Indonesia hanya ikut di 12 nomor dengan target meraih satu medali emas. Potensi emas terbesar ada di nomor lompat jauh putri melalui Maria Natalia Londa dan lari estafet 4 x 100 meter putra. (DD15)