GENOA, SABTU — Bagi Inter Milan, laga kontra Sampdoria, Minggu (18/3) pukul 18.30 WIB, merupakan ”pintu” untuk kembali menuju ke ajang Liga Champions setelah enam tahun absen. Namun, tidak mudah bagi ”Nerazzurri” untuk membuka ”pintu” itu. Penampilan mereka masih inkonsisten dan Stadion Luigi Ferraris selama ini kurang ramah terhadap Inter.
Inter kini membutuhkan tiga poin untuk kembali masuk dan mengamankan peringkat empat besar klasemen Serie A. Ini merupakan zona paling seksi karena empat tim peringkat teratas akan langsung mendapat tiket untuk bertarung di fase grup Liga Champions musim depan.
Masalahnya, Inter masih tertahan di peringkat kelima dengan 52 poin. Mereka harus menang atas Sampdoria agar bisa menggusur Lazio yang kini di peringkat keempat dengan 53 poin. Inter pun masih bisa terus menjauh dari Lazio karena masih menyimpan satu laga tunda kontra AC Milan.
”Sampdoria memiliki kekuatan dan kualitas. Mereka paham bagaimana memainkan sepak bola modern. Ini tidak akan mudah,” kata Pelatih Inter Milan Luciano Spalletti, seperti dikutip laman Tuttosport, Sabtu (17/3).
Sampdoria memang sangat tangguh, terutama di kandangnya. Dalam enam laga terakhir di kandang, Sampdoria belum terkalahkan. Mereka menang empat kali dan bermain imbang dua kali. Di sisi lain, Inter juga tidak pernah menang di Stadion Luigi Ferraris dalam tiga pertemuan terakhir mereka.
Spalletti pun hanya memiliki satu cara terbaik, yaitu bermain sama seperti ketika menahan Napoli, 0-0, pekan lalu. Hasil laga itu, bagi Spalletti, merupakan penampilan terbaik Inter sejak terjatuh ke dalam krisis.
Saat melawan Napoli, Inter mampu tampil sedikit lebih agresif dan merebut bola dari kaki para pemain lawan. ”Laga kontra Napoli memperlihatkan bahwa kami sudah bisa bermain sebagai satu tim. Kami lebih solid,” kata gelandang Inter, Roberto Gagliardini, seperti dikutip Football-Italia.
Bukan salah Spalletti
Gagliardini sendiri mengaku tidak paham timnya bisa bermain buruk dan turun perlahan dari puncak klasemen. Menurut dia, kondisi ini lebih disebabkan faktor pemain karena mereka sekarang memiliki pelatih hebat. ”Spalletti punya karisma dan bisa berpikir ke depan. Dia punya pengalaman dan sudah sangat membantu kami,” kata Gagliardini. Di sisi lain, pemain pinjaman dari Atalanta itu menyadari bahwa dirinya masih kurang cepat mengoper bola.
Seperti yang terjadi hampir di semua klub, pelatih akan mendapat sorotan ketika penampilan timnya memburuk. Hal itu juga dialami Spalletti. Namun, performa buruk tim belum tentu sepenuhnya kesalahan pelatih.
Pelatih asal Belanda, Frank de Boer, mengatakan, sulit bagi seorang pelatih baru untuk memimpin Inter. Ia pun hanya bisa bertahan selama 14 laga di Inter pada 2016. ”Ada pemain yang bisa menjadi ’racun’ di tim. Anda ingin menghilangkannya, tetapi manajemen tidak mau. Anda pun mengalami kebuntuan,” ujarnya, seperti dikutip The Independent. (DEN)