JAKARTA, KOMPAS — Karateka putri yang tidak dipanggil ke pemusatan latihan nasional, Srunita Sari Sukatendel, membuktikan dirinya layak dipanggil membela skuad ”Merah Putih” di Asian Games 2018. Sari menegaskan kelasnya sebagai karateka elite dunia dengan menembus partai final nomor kumite -50 kg putri pada Liga Primer Dunia (WPL) seri ketiga di Rotterdam, Belanda, pada 16-18 Maret.
Pada laga final yang berlangsung Minggu (18/3) ini, Sari akan menantang Shara Hubrich andalan Jerman. Sari menjalani tiga pertarungan untuk mencapai final. Pada laga pertama, Jumat (16/3), Sari menundukkan Moldir Zhangbyrbay dari Kazakhstan. Pada laga kedua, Sari menang 3-2 atas Sara Bahmanyar asal Iran, disusul kemenangan 1-0 atas Elena Stepanova dari Rusia.
Ini pencapaian bagus bagi Sari karena tidak didampingi seorang pun pengurus ataupun pelatih dari PB FORKI. Sari yang berada di peringkat delapan dunia berangkat ke Rotterdam dengan dana dari KONI Sumatera Utara.
Pada laga final yang berlangsung Minggu (18/3) ini, Sari akan menantang Shara Hubrich andalan Jerman.
Sepanjang karier Sari, ia sudah mengoleksi dua medali perak dari WPL Jakarta 2013 dan kejuaraan Federasi Karate Asia 2017 Kazakhstan, serta tiga medali perunggu di WPL Jakarta 2014, WPL Rotterdam 2016, serta WPL Salzburg 2017.
Selain Sari, ada tiga karateka yang berangkat ke Rotterdam, yaitu Cok Istri Agung Sanistyarani (peraih emas SEA Games 2017 kumite -61 kg putri), Sisilia Agustiani Ora (kata perorangan putri), dan Ahmad Zigi Zaresta Yuda (kata perorangan putra). Mereka juga berangkat dengan dana dari KONI masing-masing.
Keempat karateka itu tidak dipanggil ke pelatnas karate untuk Asian Games 2018 karena pada Januari lalu meninggalkan pelatnas untuk Liga Primer Dunia seri pertama di Paris, Perancis.
Selama bertarung di Rotterdam, Sari dan Cok Istri Agung yang tampil di nomor kumite (tarung) didampingi pelatih karate tuan rumah Belanda. Sementara Sisilia dan Zigi yang tampil di nomor kata (jurus) tidak wajib didampingi pelatih.
Sisilia menjelaskan, pelatih Belanda itu merupakan kolega dari mantan manajer dan pelatih timnas karate, Zulkarnaen Purba dan Philip King Galedo. ”Karena hubungan baik manajer dan kepala pelatih kami dulu, di sini baik Sari maupun Coki (Cok Istri) di dampingi pelatih Belanda,” ujar Sisilia melalui pesan singkat, Sabtu (17/3).
Keempat karateka itu mengikuti WPL Rotterdam dengan misi utama mempertahankan peringkat dunia mereka di 50 besar. Ini merupakan upaya supaya mereka bisa membela Indonesia di Olimpiade Tokyo 2020.
Di Rotterdam, Cok Istri terhenti di babak delapan besar setelah kalah 0-8 dari Anzhelika Terliuga asal Ukraina. Sementara Sisilia tersingkir di pertandingan pertama setelah kalah 2-3 dari karateka Perancis, Alexandra Feracci. Zigi yang mendapat bay menang atas Michael du Plessis (Afrika Selatan) 4-1 di laga babak pertama, tetapi kemudian kalah 2-3 dari Enzo Montarello asal Perancis. (NIC)