Pelatih Spurs Mauricio Pochettino hanya memasang Son Heung-min sebagai striker tunggal untuk menggantikan Harry Kane yang masih mengalami cedera engkel kaki kanan. Sementara Dele Alli, Moussa Dembele, dan kiper Hugo Lloris di bangku cadangan.
Susunan pemain Spurs ini sempat membangkitkan optimisme Swansea. Apalagi, mereka bermain di kandang. Tim asuhan pelatih Carlos Carvalhal ini pun mampu tampil meyakinkan begitu wasit meniup peluit tanda laga dimulai.
Namun, dominasi tuan rumah tidak berlangsung lama. Spurs hanya butuh sekitar 10 menit untuk mengambil alih kendali permainan. Senjata utama Spurs dalam laga ini ada di lini tengah.
Bermain dengan formasi 4-2-3-1, lini tengah Spurs diperkuat Christian Eriksen, Erik Lamela, dan Lucas Moura. Eriksen pun mulai ”menampar” Swansea pada menit ke-11 dengan mencetak gol dari luar kotak penalti.
Gelandang asal Denmark itu kembali mencetak gol pada babak kedua dari posisi yang hampir sama dengan saat ia mencetak gol pertama. Gol lainnya dicetak oleh Lamela dan juga tercipta dari tendangan jarak jauh.
Sementara Moura beberapa kali melakukan penetrasi ke pertahanan Swansea. Sayangnya, kiper Swansea, Kristoffer Nordfeldt, cukup tangguh.
”Kami sering memenangi laga dengan susunan pemain yang selalu berbeda,” kata Pochettino, seperti dikutip BBC.
Ini menunjukkan bahwa setiap pemain di Spurs bisa bermain di level tinggi. Tim juga bisa tetap konsisten tanpa terpengaruh nama-nama besar yang absen.
Menurut Pochettino, Spurs sangat layak melaju ke semifinal. Piala FA menjadi satu-satunya trofi yang masih bisa mereka rebut pada musim ini. Mereka sudah tidak mungkin menjuarai Liga Inggris dan baru saja disingkirkan Juventus pada babak 16 besar Liga Champions.
Bahkan, Spurs sudah menanti sejak 1991 untuk bisa kembali mengangkat Piala FA. Sejak saat itu, Spurs sudah tumbang sebanyak tujuh kali di babak semifinal, terakhir kali pada 2017 ketika dikalahkan Chelsea.
Namun, untuk kali ini, Spurs sedikit beruntung. Laga semifinal akan berlangsung di Stadion Wembley, London, yang juga kandang mereka.
”Spurs bisa tampil fantastis tanpa Kane. Mereka terlihat sangat menginginkan trofi ini. Saya rasa Anda sekarang bisa menjadikan Spurs sebagai favorit juara,” kata eks gelandang Everton, Leon Osman.
David dan Goliat
”Saya sudah mengatakan sejak awal bahwa ini adalah pertarungan ’David melawan Goliath’. Kami melawan tim yang benar-benar kuat,” kata Carvalhal.
Ia mengakui bahwa kemenangan hanya bisa diraih jika Swansea bermain sebaik mungkin dan Spurs mengalami hari yang buruk. Namun, yang terjadi, Spurs justru tampil sangat serius. Carvalhal pun tanpa ragu menyebut Spurs sangat layak menang.
Meski bisa legawa, kekalahan itu tetap menyakitkan bagi Swansea yang menembus babak perempat final Piala FA untuk pertama kalinya sejak 1964. Mereka sudah menyimpan hasrat untuk mengukir sejarah baru.
”Kami memang mengincar sukses di Piala FA, tetapi misi utama adalah menyelamatkan tim. Sekarang kami harus bisa tetap bertahan di Liga Primer,” kata Carvalhal, pelatih asal Portugal itu.
Swansea kini berada di peringkat 14 klasemen Liga Inggris dengan 31 poin. Mereka hanya unggul empat poin dari Crystal Palace yang menghuni zona degradasi. (REUTERS/DEN)