JAKARTA, KOMPAS — Setelah Indonesia melakukan lobi selama lebih kurang sebulan, Federasi Angkat Besi Asia (AWF) dan Dewan Olimpiade Asia (OCA) akhirnya melunak dengan membatalkan pencoretan angkat besi kelas 62 kilogram dari Asian Games 2018. Kini, segenap pihak terkait di Indonesia perlu memastikan nomor tersebut diikuti minimal oleh enam negara.
Untuk itu, semua pihak, terutama Pengurus Besar Persatuan Angkat Besi, Binaraga, dan Angkat Berat Seluruh Indonesia (PB PABBSI), diminta terus melobi negara-negara lain agar bersedia tampil di kelas 62 kg pada Asian Games. Apabila tak terpenuhi, cabang atau nomor pertandingan bisa batal dipertandingkan pada Asian Games.
Deputi I Bidang Operasional Pertandingan Panitia Penyelenggara Asian Games Indonesia (Inasgoc) Harry Warganegara ketika dihubungi dari Jakarta, Minggu (18/3), mengatakan, pihaknya baru saja mendapatkan surat resmi dari OCA terkait status kelas 62 kg. Dalam surat yang ditandatangani Direktur Jenderal OCA Hussain al-Mussalam pada 8 Maret itu, OCA memutuskan perubahan kategori kelas di cabang angkat besi dengan memasukkan kelas 62 kg pada Asian Games 2018. Surat itu baru diterima oleh Inasgoc pada 18 Maret.
Dengan keputusan itu, nomor pertandingan angkat besi Asian Games 2018 bertambah dari 14 kelas menjadi 15 kelas, yakni delapan kelas putra dan tujuh kelas putri. Hal itu turut menambah nomor pertandingan secara keseluruhan pada Asian Games 2018, yaitu dari 462 nomor menjadi 463 nomor.
”Ini win win solution bagi kita maupun AWF. Sebab, kans kita mendapatkan medali dari angkat besi kelas 62 kg tetap terbuka. Di sisi lain, AWF pun tidak mengalami pengurangan kelas dari rencana mereka yang mengacu pada Olimpiade Tokyo 2020,” tegas Harry.
Sebelumnya, kelas 62 kg terancam tidak dipertandingkan pada Asian Games 2018. Hal itu menyusul pencoretan kelas 62 kg yang tertuang dalam surat edaran AWF per 11 Februari. Setelah keputusan itu, segenap pihak di Indonesia, yaitu PB PABBSI, Inasgoc, Komite Olimpiade Indonesia (KOI), dan Kementerian Pemuda dan Olahraga, mengajukan protes kepada AWF dan OCA.
Keberatan itu baru mendapat respons positif pada awal Maret setelah terbit surat AWF kepada Inasgoc tentang penjelasan duduk perkara pencoretan itu. Kemudian, pada 18 Maret, OCA mengirim surat kepada Inasgoc bahwa kelas 62 kg tetap dipertandingkan di Asian Games 2018.
Terus lobi
Setelah mendapatkan keputusan positif itu, Harry mengutarakan, Inasgoc berharap agar segenap pihak di Indonesia, terutama PB PABBSI, terus menjalin komunikasi yang baik dengan negara-negara calon peserta angkat besi kelas 62 kg di Asian Games 2018.
”Jangan sampai setelah berhasil mempertahankan kelas 62 kg di Asian Games 2018, justru nanti kelas itu tidak dipertandingkan karena tidak bisa memenuhi syarat minimal enam peserta. Apalagi, kemarin (menjelang pencoretan oleh AWF), cukup banyak negara yang ikut voting menghapus kelas 62 kg pada Asian Games,” ujar Harry.
Wakil Ketua PB PABBSI Djoko Pramono mengatakan, pihaknya sangat bersyukur kelas 62 kg tetap dipertandingkan pada Asian Games 2018. Sebab, kelas tersebut memang salah satu andalan PABBSI untuk meraih medali di Asian Games, termasuk target emas.
Untuk itu, pihaknya pasti akan berjuang agar kelas 62 kg bisa diikuti minimal oleh enam peserta. ”Paling tidak, kami akan melobi negara sahabat di Asia Tenggara maupun Asia,” ujar Djoko.
Pelatih kepala angkat besi Dirdja Wihardja menyampaikan, keputusan itu sangat melegakan. Dengan itu, atlet andalan Indonesia di kelas 62 kg, Eko Yuli Irawan, bisa kembali fokus mempersiapkan diri menuju Asian Games 2018. ”Kini, Eko tidak perlu berpikir keras lagi mengubah berat badannya. Ia bisa fokus mematangkan skill dan mempersiapkan fisik,” kata Dirdja. (DRI/DNA)