JAKARTA, KOMPAS — Persoalan teknis, seperti transportasi, akreditasi, teknologi dan informasi, penjualan tiket, medis dan pengujian doping, penyiaran, manajemen kerumunan orang, dan pengelolaan sampah, masih menjadi pekerjaan rumah yang harus diselesaikan Panitia Penyelenggara Asian Games Indonesia (Inasgoc). Hal itu muncul dalam rapat koordinasi Inasgoc di Istora Senayan, Jakarta, Rabu (21/3).
Ketua Inasgoc Erick Thohir menyatakan, masalah manajemen kerumunan orang termasuk hal krusial yang harus diselesaikan dengan melibatkan lintas sektor kebijakan.
”Beban (masalah ini) bukan hanya milik Deputi IV (pengamanan pertandingan Inasgoc), tetapi juga melibatkan sektor-sektor lain,” katanya.
Asian Games sebagai ajang multicabang akan menggelar pertandingan sejumlah cabang dalam waktu yang relatif bersamaan. Dengan kondisi itu, kontrol terhadap kerumunan orang perlu diperhatikan, terutama pada kompleks olahraga terintegrasi seperti Gelora Bung Karno (GBK) di Jakarta dan Jakabaring Sport Center di Palembang.
Akses di GBK
Dalam rapat itu juga diusulkan agar akses masuk dan keluar kompleks GBK dibatasi. Dari 11 gerbang yang tersedia, direncanakan hanya ada lima gerbang yang dibuka.
Gerbang 1 di Jalan Asia Afrika khusus untuk akses tamu VIP. Akses penonton tersedia di gerbang 5 di depan FX Senayan serta gerbang 6 dan 7 di Jalan Sudirman. Adapun gerbang 10 di Jalan Gerbang Pemuda untuk melintas bus atlet dan ofisial. Meski sudah ada rencana pengaturan seperti itu, perlu ada detail pengaturan keluar-masuk tamu VIP, atlet, ofisial, dan penonton saat upacara pembukaan dan penutupan Asian Games.
Di sisi lain, sejumlah arena yang tersebar di daerah Jawa Barat dan Jakarta juga tetap perlu diawasi. Meskipun demikian, Erick menilai, pengawasan terhadap arena yang hanya menggelar satu cabang kejuaraan, seperti Taman Mini Indonesia Indah untuk karate, relatif lebih mudah.
Manajer arena bulu tangkis sekaligus Ketua Subbidang Hubungan Luar Negeri PBSI Bambang ”Rudi” Roediyanto menuturkan, ini merupakan pertemuan pertama yang menghadirkan semua anggota departemen Inasgoc. Dari pertemuan itu, terungkap banyak hal yang belum sinkron. Selain itu, masih banyak anggota yang saling bertanya karena belum jelas terhadap pengaturan pertandingan.
Ia mencontohkan cabang bulu tangkis yang akan menggelar kejuaraan di Istora Senayan pada 19-28 Agustus. Setelah jeda satu hari, arena kejuaraan bulu tangkis akan diubah untuk menggelar babak semifinal dan final basket, pada 30 Agustus-1 September. Adapun babak penyisihan hingga perempat final basket, pada 14-28 Agustus, akan memakai Hall A GBK.
Mengingat jeda pertandingan itu hanya satu hari, penyusunan tata letak ruangan, sistem pencahayaan, serta skema penyiaran pertandingan harus mengakomodasi kepentingan kedua cabang olahraga. Untuk tempat pemanasan atlet, misalnya, bulu tangkis hanya membutuhkan dua ruangan, sedangkan basket membutuhkan empat ruangan.
Dari persoalan itu, akhirnya diputuskan solusi berupa penggunaan ruang pemanasan yang akan memakai empat ruangan. Dengan demikian, tak perlu banyak mengubah tata letak ruang menjelang pertandingan basket.
Pasokan listrik
Sementara itu, Direktur Penyiaran Inasgoc Linda Wahyudi mengatakan, masalah ketersediaan listrik dan sistem telekomunikasi internasional masih mengkhawatirkan. ”Akhirnya sekarang semua sadar, kebutuhan ini penting mengingat Asian Games akan disiarkan di seluruh dunia,” ujarnya.
Manajer arena basket Riska Natalia mengatakan, belajar dari uji coba kejuaraan Asian Games, persoalan muncul karena kurang komunikasi dan koordinasi antar-penanggung jawab kegiatan. ”Dengan adanya pertemuan ini detail kebutuhan arena kejuaraan dan pertandingan jadi lebih terlihat. Selama ini, koordinasi ini yang masih kurang, jadi ujung-ujungnya jadi saling menyalahkan,” katanya. (DNA)