Bagi fans City, yang sempat mengalami perundungan panjang selama lebih dari dua dekade dari suporter MU, pesta juara di derbi Manchester malam ini ”harga mati”. Kemenangan atas ”Setan Merah” akan menyegel status City sebagai tim terbaik di Inggris, apalagi Manchester.
Jika menang, berakhir sudah upaya susah payah Manajer Pep Guardiola mengembalikan City sebagai yang terbaik di Inggris. Perolehan poin ”The Citizens”, yaitu 87 di puncak Liga Inggris, akan sulit dikejar MU di enam laga tersisa. MU, tim peringkat kedua, kini mengemas 68 poin.
Apabila skenario itu terwujud, ”The Citizens” bakal mengukir sejarah sebagai tim pertama di era Liga Premier Inggris (sejak 1992) yang menjadi juara tercepat. ”Belum pernah hal seperti ini terjadi sebelumnya. Jadi, kami menjadikan laga ini sebagai prioritas,” ujar Vincent Kompany, kapten City, yang tidak sabar menjadi juara.
Rivalitas kedua tim memang sulit ditandingi. Fans City menyebut suporter tetangganya itu sebagai ”gerombolan congkak”. Sebaliknya, suporter MU melihat fans City sebagai ”tetangga berisik” yang tidak punya tradisi panjang prestasi.
”Jadi, gelar juara City di derbi ini bak obat penawar mereka (fans City) atas derita panjangnya. Bukanlah rahasia jika selama ini mereka menjadi bahan tertawaan fans MU selama puluhan tahun,” ungkap Scott Patterson, jurnalis ESPN, yang menetap di Manchester.
Namun, Guardiola melihat rivalitas kedua tim dengan cara berbeda. Baginya, derbi Manchester tidak jauh lebih penting dari laga balasan kontra Liverpool di Etihad, Rabu (11/4/2018) dini hari WIB. City harus membalikkan defisit 0-3 dari ”The Reds” jika ingin lolos ke semifinal Liga Champions.
Mengingat jadwal laga mereka yang padat, Guardiola merasa harus melakukan rotasi pemain. Jadi, kemungkinan besar ia mengistirahatkan sejumlah pemain pilar seperti Leroy Sane dan David Silva di derbi itu.
Namun, berkat sokongan dana besar, City memiliki banyak pemain dengan kualitas hebat. Kedalaman skuad mereka adalah yang terbaik di Liga Inggris saat ini. Para pemain pelapis mereka, seperti Bernardo Silva, Gabriel Jesus, Ilkay Gundogan, dan Danilo, memiliki kualitas di atas rata-rata dan bisa menjadi pemain inti di banyak tim lain.
”Kami punya tiga laga besar ke depan, yaitu MU, Liverpool, dan Tottenham Hotspur. Hanya ada jeda waktu sebentar di antara ketiga laga ini. Saya akan melihat lebih dulu kondisi pemain dan menentukan skuad paling siap untuk mengejar kemenangan di laga kontra United,” tutur Guardiola.
Meski memprioritaskan laga perempat final Liga Champions, diakui Guardiola, kemenangan atas MU bisa berdampak positif bagi timnya. ”Itu (gelar juara Liga Inggris) dapat mendorong kami, secara emosi, menghadapi Liverpool. Namun, jika pun tidak (menang), masih ada enam laga tersisa,” kata Guardiola diplomatis.
Di kubu sebaliknya, Manajer MU Jose Mourinho bertekad menyabotase pesta juara City di Etihad. Baginya, rival sekotanya itu boleh saja berpesta asalkan tidak di depannya dan timnya. Manajer pemilik tiga trofi juara Liga Inggris itu akan melakukan cara apa pun untuk mencegah kemenangan City.
Salah satu cara andalannya, yang tidak mungkin dipakai Guardiola, adalah bertahan ”parkir bus”. ”Motivasi saya finis kedua pada akhir musim ini. Itu yang akan saya bawa pada laga besok,” ujarnya, kemarin.
Namun, menariknya, banyak fans MU yang justru mendesak Mourinho bermain lebih berani dan meniru Liverpool. Namun, ia menolak mengikuti jejak itu. ”Tidak,” katanya. (AFP/JON)