Perhatian Dita Karenza (17) teralihkan saat seorang pecatur remaja pria dari Vietnam berulang kali mencuri pandang ke arahnya. Pemuda berwajah enak dipandang itu membuat banyak waktu Dita terbuang. Padahal, gadis kelahiran Tarakan, Kalimantan Utara, itu sedang menjalani laga kedua melawan pecatur China, Yang Yijing, pada Kejuaraan Catur Remaja Asia di Chiang Mai, Thailand, Selasa (3/4/2018).
Setelah menyadari kesalahannya karena membuang waktu, Dita kembali fokus pada papan catur. Namun, waktu yang tersisa untuknya tinggal sembilan menit, sedangkan Yijing masih memiliki 54 menit. Dita mengalami krisis waktu. Jika waktunya habis sebelum laga usai, Dita akan dianggap kalah meskipun posisinya unggul.
”Saya kesal dia membuat perhatian saya teralihkan. Dulu, kami sempat berkenalan dan dia mulai mendekati saya, tetapi kami tidak ada hubungan. Eh, dia cari perhatian lagi,” kata Dita.
Dalam catur standar, setiap pecatur diberi jatah main 2 jam. Setiap pecatur mendapat tambahan 30 detik dari setiap langkah yang digerakkan. Jika pecatur bermain dengan cepat dan tidak berpikir terlalu lama, jatah waktunya akan bertambah.
Jam di samping papan catur adalah penunjuk waktu yang dimiliki setiap pecatur. Seorang pecatur akan memencet tombol di atas jam seusai menggerakkan satu buah catur. Tombol itu akan menambah jatah waktu 30 detik dan menghentikan putaran waktunya. Pada saat bersamaan, putaran waktu sang lawan mulai berjalan. Demikian sebaliknya, saat lawan memencet tombol jamnya.
Dengan sistem itu, jika pecatur A bermain lamban dan B sebagai lawannya bermain cepat, A dapat kehabisan waktu dan B masih memiliki banyak waktu. Tidak ada batasan berapa lama seorang pecatur harus menggerakkan satu buah caturnya. Yang penting, jatah waktunya jangan sampai habis sebelum laga usai.
Kembali ke kisah Dita, krisis waktu memaksanya bermain cepat dan taktis. Sistem penambahan waktu 30 detik setiap langkah membuat sisa waktunya bertambah dari sembilan menit menjadi 10 menit. Yijing, yang merasa unggul waktu, menjadi lebih lama untuk berpikir sehingga waktunya berkurang dari 54 menit menjadi 27 menit.
Seiring jalannya pertandingan, waktu Dita menyusut menjadi lima menit dan Yijing menjadi 10 menit. Dita terus berusaha bermain cepat dan Yijing justru bermain lambat dan Dita justru unggul secara waktu. Waktu Dita tersisa tiga menit, sementara Yijing dua menit.
Buah catur Dita yang tersisa adalah satu benteng, satu kuda, dan dua bidak, sedangkan Yijing memegang dua benteng dan satu bidak. Dita memiliki keunggulan karena dua bidaknya sudah dekat garis belakang lawan dan bisa diganti dengan menteri atau benteng. Pada titik kritis itu, Yijing menawarkan remis atau imbang.
”Saya berpikir, saya dapat mengganti bidak dengan menteri atau benteng. Namun, jika terlalu lama berpikir, waktu saya dapat habis dan saya justru bisa dianggap kalah. Oleh karena itu, saya menerima tawaran remis,” kata Dita.
Menurut Ketua Bidang Pembinaan Prestasi Persatuan Catur Seluruh Indonesia (Percasi) Kristianus Liem, pecatur remaja sangat rawan dengan gangguan konsentrasi. Ketertarikan kepada lawan jenis atau ketergantungan pada suatu permainan atau gawai juga dapat mengganggu konsentrasi mereka saat bertanding. Hal itu menjadi tugas orangtua dan pelatih untuk membantu pecatur remaja agar bisa fokus ke pertandingan.
”Waktu dapat menjadi sekutu jika cerdik mengaturnya, tetapi dapat menjadi musuh jika memboroskannya,” kata Kristianus.