Fisik dan mental bertanding yang belum sempurna menjadi catatan para pemain bulu tangkis yunior Indonesia untuk bisa bersaing di level senior.
Ikhsan menjadi satu-satunya wakil Indonesia pada final kategori U-19. Sebelumnya, di nomor ganda putra dan putri, pasangan Ghifari Anandaffa Prihardika/Ferdian Mahardika Reinaldy dan pasangan Nita Violina Marwah/Putri Syaikah gagal melaju ke final setelah dikalahkan oleh pasangan dari China.
Ikhsan, yang belum pernah sekali pun menang dari Kunlavut dalam empat pertemuan terakhir, kembali harus mengakui keunggulan Kunlavut pada duel kelima mereka. Ikhsan mengubur misi membalas kekalahan setelah ditaklukkan Kunlavut dua gim langsung dengan skor 21-14, 21-9.
Menurut Ikhsan, kekalahan dalam empat pertemuan terakhir sempat membuat mental dan kepercayaan dirinya turun. Dia pun gagal mengatasi ketenangan di lapangan sehingga memperburuk kualitas pukulannya.
Adapun lawannya mampu meraih poin dengan mudah karena memiliki kualitas dan akurasi pukulan yang jauh lebih bagus.
”Saya sudah berjuang semaksimal mungkin, tetapi lawan memang punya level lebih tinggi dari saya. Saya akan berusaha lebih keras dan mengeluarkan kemampuan terbaik dalam pertandingan berikut, siapa pun lawannya,” ujar Ikhsan seusai pertandingan.
Pemain tunggal putra legendaris Indonesia, Rudy Hartono, menilai, saat ini, pemain sektor tunggal putra Indonesia memang belum banyak memperlihatkan kemajuan yang signifikan. Kekalahan Ikhsan dari Kunlavut menjadi salah satu bukti nomor tunggal putra belum bisa kembali berjaya seperti dulu.
”Ikhsan dan pelatihnya seharusnya sudah tahu kelemahan lawan karena telah bertemu sebanyak empat kali sebelumnya. Namun, saya melihat Ikhsan masih kalah fisik dari pemain Thailand ini. Daya tahan Ikhsan dan kecepatannya masih belum konsisten,” ujar Rudy yang menyaksikan langsung pertandingan final tersebut.
Menurut peraih delapan gelar All England ini, kunci keberhasilan pemain menjuarai setiap turnamen adalah pada kekuatan mental dan fisik. Hal ini bisa diraih jika pemain bulu tangkis Indonesia yang masih yunior terus didorong untuk berlatih semaksimal mungkin hingga mencapai batas kelelahannya.
Selain itu, Rudy menambahkan, pemain juga perlu menetapkan target dan ditanamkan sikap pantang menyerah dalam meraih gelar juara tertinggi. Sikap ini dapat memberikan motivasi bagi para pemain saat tertekan dari lawan dalam pertandingan atau pada saat pemain sedang berlatih.
Meski tidak ada pemain Indonesia yang meraih juara di kategori U-19, hasil lebih baik ditunjukkan oleh pemain di kategori U-17 dan U-15.
Indonesia berhasil memenangi ganda putra, ganda campuran, dan tunggal putri pada kategori U-17. Di ganda putra, Rian Cannavaro/Asghar Herfanda menjadi juara setelah mengalahkan rekan senegara, Muhammad Satria/Muhammad Haikal Zafi, 21-17, 21-18.
Di ganda campuran, Muhammad Nendi Novantino/Tryola Nadia mengalahkan Galuh Dwi Putra/Nabila Putri Arsyillah, 21-7, 20-22, 21-19. Adapun Aisyah Sativa Fatetani menjadi juara tunggal putri setelah mengalahkan pemain Korea Selatan, So Yul-lee, 15-21, 21-13, dan 21-19.
Adapun di kategori U-15, Indonesia berhasil meraih gelar juara di dua nomor, yaitu tunggal dan ganda putri.
”Turnamen ini hanya untuk tolok ukur pemain-pemain yunior Indonesia. Mereka baru bisa membanggakan Indonesia jika menjuarai turnamen internasional tertinggi di level senior, seperti All England, Kejuaraan Dunia BWF, dan Olimpiade. Harapan pemain yunior untuk menjuarai turnamen itu masih sangat terbuka karena mereka masih muda,” tutur Rudy. (DD15)