Saat memilih Andre Agassi menjadi pelatihnya pada Mei 2017, Novak Djokovic berharap bisa mendapat pengalaman dari mantan bintang tenis pada era 1990-an itu. Namun, keberadaan super coach (pelatih super), istilah untuk pelatih yang merupakan mantan bintang tenis, kali ini, rupanya tak memberi hasil baik bagi Djokovic. Djokovic mengakhiri kerja sama yang berlangsung hanya 11 bulan.
Djokovic memilih Agassi karena mantan petenis berusia 47 tahun itu pernah bangkit dari keterpurukan. Setelah menjadi petenis nomor satu dunia pada 1995, dia terpuruk ke urutan 141 pada November 1997. Cedera dan kegagalan pernikahannya dengan aktris, Brooke Shield, membuat perjalanan kariernya menurun. Setelah itu, Agassi bangkit. Dia meraih lima, dari total delapan, gelar juara Grand Slam dalam rentang 1999-2003.
Pengalaman itulah yang semula diharapkan bisa tertular kepada Djokovic yang didera cedera siku, hingga hanya menjalani musim kompetisi 2017 selama setengah musim.
Dari Boris Becker, yang melatihnya pada 2014-2016, Djokovic mendapat pengalaman lain. ”Ada kesamaan antara dia dan saya. Saat melihat dia melawan Rafael Nadal atau Roger Federer, penonton selalu memfavoritkan lawan. Saya pernah mengalami hal itu saat muda,” kata Becker kepada Daily Mail saat pertama kali melatih Djokovic. Pada zamannya, Becker bersaing ketat dengan Stefan Edberg dan Ivan Lendl.
Bersama Becker, Djokovic berhasil keluar dari bayang-bayang Nadal dan Federer. Pada rentang 2014-2016, statistik menang-kalah Djokovic atas Federer adalah 9-6, setelah sebelumnya tertinggal 14-16.
Petenis Serbia itu, bahkan, tampil dominan atas Nadal dengan memenangi sembilan dari 10 laga saat didampingi Becker. Padahal, pada 2006-2013, Djokovic tertinggal 17-22.
Ivan Lendl, saat melatih Andy Murray pada 2012-2014, berhasil membawa petenis kelahiran Skotlandia itu keluar dari tekanan tampil pada final kejuaraan besar. Seperti Lendl, Murray mengalami empat kekalahan pada final Grand Slam hingga akhirnya membawa pulang trofi juara AS Terbuka, September 2012. Sebulan sebelumnya, Murray meraih medali emas Olimpiade London 2012. Murray juga menjuarai Wimbledon 2013.
”Lendl percaya kepada saya ketika banyak orang tidak seperti itu. Saya bahagia bisa melakukannya bersama dia,” kata Murray dalam www.tennis.com.
Sumber inspirasi
Ketika Djokovic mengakhiri kerja sama dengan Agassi, mantan kapten Tim Piala Davis Serbia, Radmilo Armenulic, memberi komentar ”pedas”. Menurut dia, Agassi tak bisa menjalankan peran sebagai pelatih karena kemampuan Djokovic lebih baik dari suami Steffi Graf itu.
Namun, seperti dikatakan Federer, yang didampingi Stefan Edberg pada 2014-2015, keberadaan pelatih super bukan untuk memperbaiki hal teknis. ”Bagi saya, Edberg sumber inspirasi. Dia legenda,” katanya.
”Conchita tahu bagaimana caranya menang saat harus bermain di lapangan utama. Saat dia ada di samping saya, saya merasa percaya diri,” kata petenis putri Spanyol, Garbine Muguruza, yang dilatih mantan petenis Spanyol, Conchita Martinez, Juli 2017-Maret 2018.
Martinez mendampingi Muguruza ketika pelatihnya, Sam Sumyk, berhalangan karena harus mendampingi istrinya saat hamil dan melahirkan. Bersama Martinez, yang aktif bertanding di arena profesional pada 1988-2006, Muguruza menjuarai Wimbledon 2017 yang merupakan gelar Grand Slam kedua setelah Perancis Terbuka 2016.
”Mereka (pelatih super) adalah orang-orang pintar. Meski tak harus menjadi bintang tenis lebih dulu untuk menjadi pelatih, pelatih-pelatih super itu mengerti proses untuk menjadi petenis nomor satu. Itu yang ditularkan ke petenis lain,” kata Paul Annacone, mantan pelatih Federer dan Pete Sampras. (IYA)