Ya, Liverpool adalah tim yang berhasil memupus peluang terbaik yang pernah dimiliki Roma untuk meraih trofi paling bergengsi di Eropa. Apalagi, final Piala Champions 1984 (kini Liga Champions) itu digelar di Stadion Olimpico, kandang Serigala Roma. ”The Reds” yang waktu itu masih diperkuat Ian Rush menahan Roma 1-1 dan memenangi adu penalti 4-2.
Setelah itu, langkah Giallorossi selalu mentok di perempat final Liga Champions. Hingga akhirnya pada musim ini mereka membuat sejarah baru karena berhasil menembus babak semifinal setelah menyingkirkan Barcelona dengan agregat gol 4-4 (Roma unggul gol tandang). Lagi-lagi Liverpool yang ada di depan mata mereka.
Namun, beberapa jam setelah pengundian semifinal di Nyon, Swiss, Jumat (13/4/2018), aroma dendam itu justru tidak terlalu kuat. Sebaliknya, duel Liverpool-Roma ini seolah seperti laga persahabatan, terutama karena Roma merindukan Salah dan begitu sebaliknya.
”Kita akan bermusuhan selama 180 menit, tetapi apa pun yang terjadi setelah ini, kita tetap berteman selamanya. Tak sabar bertemu denganmu,” tulis AS Roma kepada Salah melalui akun Twitter klub. Cuitan itu disertai foto Salah saat menggunakan seragam Roma.
Sebelum menggemparkan Liga Inggris bersama Liverpool musim ini, Roma menjadi klub yang mematangkan kemampuan Salah. Pemain asal Mesir yang redup saat di Chelsea itu bangkit dan bersinar bersama Roma. Salah kemudian menjadi keajaiban di Liverpool dengan koleksi 29 gol saat ini.
Salah kini merupakan pemain pertama yang mampu menyabet penghargaan pemain terbaik Liga Inggris sebanyak tiga kali dalam satu musim.
Karena itu, Salah tidak akan bisa melupakan Roma. ”Saya mencintai fans Roma dan mereka juga sebaliknya. Saya pun masih sering mengobrol dengan para pemain Roma dan ingin bertemu lagi dengan Francesco Totti (legenda hidup Roma),” kata Salah kepada CNN.
Tahu diri
Pelatih Roma Eusebio Di Francesco bertekad bahwa timnya harus bisa melaju ke final. Namun, kubu Roma juga tahu diri bahwa tim yang akan mereka hadapi di semifinal jauh lebih berpengalaman di Eropa dan sudah lima kali menjuarai Liga Champions.
Kiper Roma, Alisson Becker, mengingatkan, ”The Reds” belum terkalahkan hingga lolos ke semifinal. ”Liverpool sangat kuat dan kami harus tetap bisa bermain seperti saat menghadapi Barcelona,” ujar kiper asal Brasil itu, seperti dikutip Sky Sport Italia.
Laga kedua di kandang juga akan menjadi kunci kekuatan Roma karena bakal ada ribuan fans yang bisa mengintimidasi The Reds. Di Olimpico, Roma sudah menggilas Chelsea dan Barcelona dengan skor identik, 3-0. Dalam empat laga terakhir Liga Champions di Olimpico, gawang Roma tidak pernah kebobolan.
Hal itu sudah mengusik pikiran Pelatih Liverpool Juergen Klopp. Roma tidak seperti Real Madrid atau Manchester City yang kewalahan menjamu tamunya di kandang pada laga kedua perempat final.
Karena itu, The Reds harus mencetak gol sebanyak-banyaknya di Anfield.